tag:blogger.com,1999:blog-57943337600962066892024-03-05T17:39:42.839-08:00Bajingan Yang Bergerak Bersama WaktuAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.comBlogger57125tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-90036006464157149542017-11-25T08:22:00.000-08:002017-11-25T08:55:54.279-08:00Helen dan Sukanta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: x-large;">BAB I. Lacheden Javaan</span><br />
<br />
<br /></div>
<span style="font-size: large;">1</span><br />
<span style="font-size: large;">Bulan Juni 2001 itu, saya merasa sangat senang bertemu dengan Nyonya Helen di restaurant Lachende Javaan, yaitu sebuah restaurant Indonesia yang cukup populer di Haarlem, Belanda, tepatnya di jalan Frank.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Restauran Lachende Javaan atau kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya Jawa Ketawa, adalah tempat makan yang menyenangkan. Suasananya cukup intim. Semua hal di sana berasa santai dan tenang. Interiornya memiliki kesan khusus dan dipenuhi oleh aneka macam poster dan foto-foto lama tentang masa kolonial Belanda. Ada juga lukisan dan barang-barang antik kebudayaan Indonesia. Hanya saja kurang tokek dan Komodo.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Makanan di tempat itu benar-benar hebat sebagaimana harusnya sebuah restaurant Indonesia. Ada serundeng, kerupuk udang, nasi kuning, es tjendol, perkedel, sambal goreng, pangsit, ketoprak dan banyak lagi yang lainnya. Makanan hangatnya tediri dari soto ayam, sayor lodeh, daging rendang, dan nasi goreng. Juga ada babi kecap yang tidak boleh saya makan karena saya seorang muslim.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Semuanya otentik dan segar. Semuanya disiapkan dengan baik dan disajikan dengan penuh kekeluargaan. Katanya, itu adalah makanan dengan cita rasa asli khas trdisional di masa Kolonial Belanda.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Di sini, kita makan sambil belajar sejarah kolonial Belanda pada waktu bersamaan”, kata Frans, pemilik restauran Lachende Javaan itu”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Masakannya enak, Om”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Terimakasih”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Lebih enak kalau gratis”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oh begitu”, kata Frans dengan senyum.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Iya”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Aku baru tau. Coba kamu traktir aku. Aku ingin tau bagaimana rasanya”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Kasih dulu aku uangnya”, kata saya dengan senyum di wajah saya. “Nanti aku traktir kamu”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Itu ditraktir tapi gak enak ha ha ha”</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">2</span><br />
<span style="font-size: large;">Hari itu adalah kali kedua saya mampir ke restauran Lachende Javaan, yaitu di dalam perjalanan pulang setelah berkunjung ke rumah The Tjong King, seorang illustrator buku untuk anak-anak yang tinggal di daerah Haarlem.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Di restauran itulah, secara kebetulan, saya bertemu dengan Nyonya Helen. Kadang-kadang memang, hal seperti itu bisa terjadi begitu saja. Dia menemui saya yang sedang duduk sendiri setelah beres makan soto. Saya langsung menenangkan diri dengan menyadari bahwa saya sedang di Eropa.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Waar kom jij vandaan? Indonesia? Vietnam?”. Dia bertanya untuk memulai percakapan seperti orang yang hanya ingin mampir untuk menyapa dan menggunakan bahasa Belanda yang artinya: “Kamu dari mana? Indonesia? Vietnaam?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Indonesia, Oma”, kujawab. Kemudian dia tersenyum perlahan, dan memperkenalkan dirinya sebagai kebajikan sebenarnya tentang sebuah pertemuan.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Itulah yang terjadi. Saya juga tersenyum dengan cara bagaimana menyambut seseorang yang ingin ngajak bicara.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Saya tahu dia sangat santai dan kemudian duduk di kursi yang ada di depan saya. Dia mengaku bernama Helen. Dia masih tampak cukup baik untuk usianya yang sudah 75 tahun.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Sepertinya dia adalah seorang wanita yang ramah. Samar-samar agak gemuk. Memiliki mata dan rambut cokelat yang dilipat menjadi sanggul di atas kepala. Di lehernya melilit syaal sebagaimana beberapa wanita tua biasanya. Dia menggunakan blus klasik warna putih dan rok panjang warna hitam dengan sepatu datar. Wajahnya memiliki tanda-tanda kecantikan sebagai sisa-sisa di masa lalu.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Saya senang mendengar dialek bicaramu”, katanya lagi, setelah duduk berhadapan denganku yang terpisah oleh meja. “Kamu tinggal di mana di Indonesia?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Saya, di Bandung”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oh. Bandung. Kota romantis. Oke?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oma dari mana?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Saya? Saya tinggal di Utrecht”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oma sendiri?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Maaf?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oma sendirian ke sini?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oh. Tidak. Saya bersama dua teman. Ada pertemuan di Haarlem. Cuma saja, mereka ada urusan. Keluar sebentar. Jadi saya hanya menunggu”, jawab Nyonya Helen.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Ketika berbicara, dia selalu memiliki binar di matanya dan melihat saya dengan penuh perhatian atau mengangguk dengan cara yang berarti pada saat giliran saya bicara.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Tadi. Saya lihat kamu duduk sendiri. Barangkali kamu bisa diajak bicara untuk mengisi waktu. Ternyata kamu baik dan ramah”, katanya. Bahasa Indonesianya terdengar cukup bagus dan baik.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Bahasa Indonesia Oma lancar sekali”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Ya, tentu. Saya lahir, saya besar, di Indonesia”.</span><br />
<span style="font-size: large;">Saya tidak bisa mengalihkan pandangan dari dirinya. Dia tersenyum untuk membuat saya yakin. </span><br />
<span style="font-size: large;">“Oh ya? Waaah”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Kamu tahu Ciwidey?”, tanya Nyonya Helen.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Tentu saja saya tahu Ciwidey. Sebuah daerah yang selalu diselimuti oleh kabut. Sejauh mata memandang hanya pohon-pohon teh yang sangat luas seperti karpet hijau yang digelar. </span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Pegunungan di kejauahan dan bukit-bukit yang dekat. Untuk mencapai tempat yang bernama Ciwidey itu, dari kota Bandung, akan membutuhkan waktu sekitar 3 jam kalau tidak macet.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Ciwidey jauh dari Bandung”, kujawab.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Iya, Oma tahu. Kamu pernah ke sana? Ke Ciwidey?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Satu atau dua kali. Ke tempat pemandian. Apa itu? Cimanggu” “Ya. Cimanggu. Saya dulu lahir dan tinggal di daerah Ciwidey”.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Ow! Ciwidey?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Iya”, jawab Oma tersenyum dengan wajah penuh rasa bangga. “Kamu tahu Ranca Suni?”, tanya Nyonya Helen kemudian.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Ranca Suni?”, saya balik bertanya karena memang belum pernah mendengar nama itu.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Di mana itu?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Ah, kasian kamu”</span><br />
<span style="font-size: large;">Aku tersenyum.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Itu di Ciwidey juga”, katanya. “Saya lahir di kampung Ranca Suni. Ranca Suni itu bagian dari Ciwidey”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oke”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Ranca Suni juga bagian dari siapa saya”, katanya lagi dengan cepat dan senyuman.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">3</span><br />
<span style="font-size: large;">Di restauran Lachende Javaan, dengan perasaan nostalgia, kemudian Nyonya Helen bercerita tentang masa lalunya. Dia menceritakan hal-hal tentang dirinya selagi masih di daerah Ranca Suni, Ciwidey.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Memang, ketika kita memiliki kenangan pribadi, kadang-kadang kita merasa ingin membahasnya dengan orang lain. Itu adalah kenangan masa lalunya, tentang hari-hari yang penuh dengan hal-hal keseharian di Hindia Belanda, yang kini bernama Indonesia.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Itu adalah pertemuan pertama saya dengan Nyonya Helen, di mana dia bercerita tentang kisahnya selama tinggal di Ciwidey, tepatnya di daerah yang bernama Ranca Suni itu.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Bagi Nyonya Helen, Ranca Suni adalah sebuah tempat yang cukup memainkan peranan besar ketika dia tumbuh di sana. Ranca Suni selalu ada di dalam pikiran dan kenangannya sampai saat itu. Dan ketika dia sudah tua, di saat harus lebih mengenang ke masa lalu, dia menceritakannya dengan penuh segala hormat.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Saya masih ingat bau tanah Ranca Suni. Saya masih ingat kabutnya. Saya masih ingat suara kodok dan anginnya yang sangat dingin menembus tembok. Saya masih ingat wajah orang-orang pribumi. Daftar yang mempesona. Ada banyak pilihan yang bisa kita rindukan. Ada lubang kerinduan untuk masa-masa tempo doeloe"</span><br />
<span style="font-size: large;">"Hmm"</span><br />
<span style="font-size: large;">“Jika matahari bersinar di Belanda, saya langsung merasa melankolis untuk semua yang saya miliki, yang kadang-kadang membuat membuat saya merasa keheningan”, katanya.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Pada dasarnya, saya merasa memiliki percakapan yang baik, tapi waktu berjalan sangat cepat, dan saya harus segera kembali ke Amsterdam karena ada janji bertemu dengan teman untuk menghadiri kegiatan yang ada di sana.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Dua orang teman Nyonya Helen juga sudah datang. Nyonya Helen berharap akan bisa bertemu lagi dengan saya, itulah yang bisa ia katakan sebelum saya berpisah dengannya. Dia mengajakku ke rumahnya di Utrecht.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oke. Boleh minta alamatnya?”</span><br />
<span style="font-size: large;">Kemudian dia memberi alamat rumahnya, yaitu tak lama setelah dia mengenakan mantelnya.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Saya mau ngasih tau kamu, bagaimana kehidupan saya waktu itu, di Ranca Suni, seperti yang bisa saya ingat sampai sekarang”, katanya. Dia tersenyum.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Siap, Oma”</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Hari sudah mau malam dan keheningan membaur, meresap di udara.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span><span style="font-size: x-large;"><span style="font-size: medium;"><br /></span>
</span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">BAB II. Utrecht</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<span style="font-size: large;">1</span><br />
<span style="font-size: large;">Minggu sore itu saya tidak punya hal yang lebih baik untuk dilakukan, dan merasa sedang terbuka untuk mendapat pengalaman baru, jadi saya memutuskan untuk mengunjungi rumah Nyonya Helen di Utrecht.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Tidak terlalu sulit untuk menemukan rumah Nyonya Helen. Itu adalah sebuah flat kecil dengan jendelanya yang luas terbuka menawarkan udara segar.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Saya duduk di sebuah sofa, di ruang tamu yang ada di sebelah kanan, dan itu tampak seperti tempat yang tepat untuk berkumpul. Saya masih ingat warna dan tekstur langit-langit rumahnya sampai hari ini.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Jullie huis is mooi, Oma”, kataku. Saya mencoba menggunakan bahasa Belanda, artinya: “Rumahmu bagus”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Dank je”, jawab Nyonya Helen dengan memberi saya senyuman.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Kamu tinggal sendiri di sini, Oma?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Saya bersama saudara saya, tetapi ah, sudah seminggu dia sedang pergi ke Portugis”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oke”</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Saya melihat, ada banyak foto yang tergantung di ruang tamunya. Semuanya adalah foto-foto lama. Semuanya berbicara tentang masa lalu, sebagai dokumen langka dari realitas kehidupan sehari-hari masyarakat Belanda di Indonesia. Di dalam foto itu Nyonya Helen masih seorang gadis kecil yang polos.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">2</span><br />
<span style="font-size: large;">Setelah itu, kami bersama percakapan yang sangat khusus, di mana emosi langsung terasa di ruang tamu. Lonceng kecil yang menggantung di depan pintu, menggemerincing ditiup angin.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Saya rindu kebun teh, seperti di foto ini”, katanya sambil menunjuk sebuah foto waktu dia masih tinggal di Ranca Suni. “Seakan Ranca Suni selalu menghisapku dari jarak jauh”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Ini Oma?”, kutanya sambil memandang sebuah foto di mana Helen kecil sedang duduk di atas sepeda kumbang bersama ayahnya.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Iya. Itu saya. Cantik ya?”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Cantik, Oma”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Ini, orang yang megang sepeda, ayah saya. Namanya Bijkman. Dulu, di Rancasuni, oleh orang-orang dipanggil Tuan Bijkman”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Hmmm”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Kalau saya mendengar orang berbicara tentang Indonesia dan semua hal tentang yang ada di sana, saya bangga bahwa saya berasal dari sana”.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Oke”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Tidak berarti saya tidak mencintai Belanda, itu pasti saya lakukan! Hanya kemudian saya menemukan hati saya merah putih”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Iya, Oma”</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Kata-kata bijak yang utuh dari seorang wanita tua yang cerdas. Baginya seolah-olah rasa Rindu itu adalah nyata, terletak di antara Ranca Suni dan Utrecht!</span><br />
<span style="font-size: large;">“Karena Allah, tanah itu begitu indah!”, kata Nyonya Helen tersenyum.</span><span style="font-size: large;">“Semuanya berbeda sekarang”, kata Nyonya Helen lagi.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Iya, Oma”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Mudah-mudahan saya masih bisa menggambarkan dengan jelas tentang semua yang saya alami dulu”.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">3</span><br />
<span style="font-size: large;">Nyonya Helen ingin bercerita tentang masa lalunya. Dia ingin bercerita tentang setiap kejadian, baik cerita yang dia dengar atau situasi yang dia alami sendiri. Selalu ada hubungan dengan penjelasan saat itu.</span><br />
<span style="font-size: large;">”Biar kamu tau bagaimana rasanya”.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Dalam cerita-cerita ini, untuk beberapa nama orang yang terlibat, dia hanya ingin menggunakan nama samaran. Dia juga, dengan alasan pribadi, tidak bersedia mencantumkan nama keluarganya dan untuk itu dia minta maaf.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Baiklah, mari kita simak ceritanya:</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span><span style="font-size: x-large;"><span style="font-size: medium;"><br /></span>
</span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">BAB III. Ranca Suni</span></div>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">1</span><br />
<span style="font-size: large;">Saya ini lahir di daerah Ranca Suni, Ciwidey tahun 1926 dan diberi nama baptis Hellen.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Saya tumbuh di Ranca Suni sebagai seorang gadis Belanda yang harus beradaptasi untuk merasa senang dengan lingkungan yang tak bisa dihindari.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Saya lahir dari keluarga kelas menengah ke atas yang mampu memenuhi kebutuhan untuk kehidupan yang lebih baik, bahkan beberapa di antaranya adalah saya anggap berupa kemewahan. Ada radio, gramofon, banyak buku dan banyak mainan.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">2</span><br />
<span style="font-size: large;">Ayah saya adalah juragan perkebunan teh yang ada di Ranca Suni. Dia bernama Bijkman, seorang yang agak berminyak dengan kulit berwarna kemerahan dan selalu mengenakan kemeja putih dengan kantong besar dan celana. Di atas meja tulis besarnya, dia telah memainkan peran penting perkembangan kebun teh di daerah sekitar Ranca Suni.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Ayah saya sangat serius. Benar-benar seorang pria yang kaku. Saya selalu melihat dia sedang menulis di mejanya. Seperti orang yang diam-diam sedang menikmati dirinya sendiri. Tapi sudahlah, dia pikir mungkin itu yang terbaik.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Sedangkan ibuku bernama Maria. Dia lahir di Amsterdam tahun 1907. Dia memiliki karakter yang berlawanan dengan Ayah. Dia adalah orang yang cukup ceria. Sepertinya dia tidak punya hobi yang khusus atau memiliki kepentingan tertentu untuk apa pun.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Dia hanya suka membuat kue dan menari dengan saya di waktu senggang dengan diiringi oleh musik piringan hitam. Dia suka menyanyi lagu "Burung Kakatua", “Nina Bobok” atau "Terang Bulan", yaitu lagu yang bercerita tentang bulan purnama yang bersinar di sungai. Hal itu biasanya dia lakukan untuk mengantar saya tidur siang atau malam.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">3</span><br />
<span style="font-size: large;">Kadang-kadang Mama, begitu saya menyebutnya, sering membuat saya berguling di sofa, sementara tangannya menggelitik pinggang saya.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Stop!”. Saya teriak sambil ketawa dan kemudian lari untuk berlindung di balik badan Bi Sitih, babu setia kami, yang tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya tersenyum melihat tingkah laku kami.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Bi Sitih, kamu lihat Hellen?”, tanya Mama pura-pura tidak tahu kalau saya sembunyi di balik Bi Sitih.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Jangan Mama kasih tahu, Bi Sitih”, kata saya teriak ke Bi Sitih.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Jangan bicara!”, jawab Bi Sitih dengan sedikit ketawa. “Nanti Mama tahu”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Bi Sitih, niet praten!”, kata saya (Bi Sitih, jangan ngomong!)</span><br />
<span style="font-size: large;">“Nee…”, jawab Bi Sitih. Bi Sitih mengenal sedikit bahasa Belanda dan juga ingin bisa berbicara lancar dalam bahasa tersebut. </span><br />
<span style="font-size: large;">“Heeft Mama kan praten??”, tanya Mama. (Apakah Mama boleh ngomong?)</span><br />
<span style="font-size: large;">“Nee!!” saya jawab dan itu membuat Mama dan Bi Sitih ketawa.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">4</span><br />
<span style="font-size: large;">Bi Sitih yang saya maksud adalah yang dulu dikenal sebagai Babu. Saya memang diasuh oleh Bi Sitih. Dia penuh kasih sayang. Bi Sitih keturunan pribumi berasal dari desa terdekat. Saat itu dia masih muda, tenang, lembut dan penuh perhatian.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Waktu masih kecil, saya selalu digendong di pinggulnya. Dia sudah menjadi bagian dari keluarga. Dia benar-benar lebih sebagai orang kepercayaan keluarga daripada sebagai seorang pembantu.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Mayoritas anak-anak kulit putih yang lahir di jaman Hindia Belanda akan selalu memiliki satu babu. Maksud saya selama orang tuanya itu mampu untuk membayar.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Anak-anak Belanda akan lebih dekat dengan babu sampai mereka tumbuh remaja karena mereka relatif lebih memiliki banyak waktu yang dihabiskan bersama anak-anak. Merawat dan mengawasi kami setiap hari dan dia bahkan akan tidur di samping tempat tidur kami.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Kalau saya ingin pergi bermain ke tempat lain tanpa pengawasan Bi Sitih, saya bisa melakukannya dalam diam, dan sebetulnya selalu ada kesempatan untuk bisa menyelinap keluar.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Sekali waktu saya pernah mengajak Bi Sitih bermain petak umpet, dulu namanya Ucing-Ucingan. Saya meminta Bi Sitih yang jadi Kucing, kemudian Bi Sitih menutup matanya. Pada saat dia sudah melakukan, saya lari menemui kawan-kawan Ranca Suni saya.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Menyadari saya hilang, tentu saja Bi Sitih terkejut dan panik. Terbayang olehnya bagaimana orangtua saya akan menghukum Bi Sitih seandainya ada terjadi apa-apa dengan saya. Bi Sitih mencari saya kemana-mana dan akhirnya berhasil ia temukan sedang nongkrong di tepi sungai bersama anaka-anak Ranca Suni. Bi Sitih berada dalam kondisi antara senang dan nafas terengah-engah.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Non….”</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Sejak itu Bi Sitih tidak mau diajak lagi main ucing-ucingan. Tetapi itulah yang terjadi. Bi Sitih benar-benar begitu baik. Dia hanya akan sedang duduk menunggu ketika saya sedang bermain. Dia akan membuat masakan yang paling lezat dan jamu untuk kesehatan atau membuat obat seperti rempah-rempah yang ditumbuk menjadi halus.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Kalau dipikir-pikir, sebetulnya ibu saya lebih toleran daripada Bi Sitih, yang bisa memahami bahwa kami tidak tinggal di Eropa sana dan harus bisa beradaptasi dengan masyarakat termasuk dengan nyamuk, kodok, tokek, cacing, siput dan lain-lain. Tapi pada dasarnya apa yang dilarang oleh Bi Sitih adalah karena dia tahu dia harus menjalankan tugas menjaga saya, dia takut kepada ibu saya seandainya ada hal buruk menimpa diri saya.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Nanti Mama marah, Non”</span><br />
<span style="font-size: large;">“Dus..laat mama het niet weten. Jadi jangan biarkan Mami tau”, Saya menggerutu.</span><br />
<span style="font-size: large;">“Iya, Non”</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Kenyataannya, Bi Sitih tahu saya lebih galak dari ibu dan oleh karena itu dia sering merasa bingung harus bagaimana. kasihan dia itu.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Bi Sitih kadang-kadang bercerita tentang hantu yang bersembunyi di hutan. Atau tentang sungai yang mengalirkan getah yang akan membuat lengket anak-anak. Atau tentang karuhun di atas gunung yang akan menangkap anak-anak nakal. Sebagai seorang anak saya takut itu.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Bi Sitih tinggal bersama kami, hanya seminggu sekali pulang ke rumahnya. Dia tinggal di bangunan belakang di luar gudang. Bangunan itu memang dibangun untuk para pelayan. Saya suka melihat mereka menggosok gigi di sana dengan jari telunjuk menggunakan batu merah yang ditumbuk.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">5</span><br />
<span style="font-size: large;">Biar bagaimanapun, Ayah dan ibu saya adalah dua orang yang sangat penting di masa muda saya, karena mereka selalu ada dan sangat dekat dengan saya.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Sayang sekali, saya tidak bisa meceritakan tentang kakek nenek saya. Jujur saja, saya tidak begitu banyak tahu tentang itu. Ayah dan ibu jarang berbicara mengenai masa lalunya.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Sebetulnya saya ingin tahu banyak soal mereka, tapi mereka hanya bilang Ayah ibunya, yaitu nenek dan kakek saya, tinggal di Amsterdam dan sudah meninggal dunia. Kemudian sejak itu, saya menyadari bahwa saya sudah tidak punya kakek dan nenek. </span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">6</span><br />
<span style="font-size: large;">Di Ranca Suni, kami tinggal di sebuah rumah besar. Rumah kami memiliki latar belakang gunung Malabar dan gunung Halimun yang sangat indah, yaitu di sebuah kawasan perkebunan teh dengan suhu yang sangat sejuk sekali, yaitu berkisar 17 sampai 26 derajat dan bisa berubah menjadi sangat dingin sekali di malam hari.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Ranca Suni sendiri adalah sebuah kampung yang sunyi. Sejauh mata memandang ke arah lereng gunung Malabar, terhampar luas pohon teh. Warnanya hijau kekuningan yang tumbuh berundak karena mengikuti kontur tanah yang ada.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Di tepian pohon teh itu terdapat beberapa air terjun kecil bertingkat, mengalirkan air yang bersumber dari gunung dan bening. Langit yang selalu nampak kelabu membentang di atasnya.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Setiap pagi atau sore, kami memiliki kabut putih, yang membungkus pohon-pohon teh itu, pucuk-pucuk hijau daun itu, pohon-pohon kai dan pohon-pohon pinus, juga membasahi jalanan yang berkelok di sana.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Pada waktu-waktu tertentu, kabut itu akan turun cukup tebal sehingga jarak pandang bisa hanya 1-2 meter saja, kemudian tidak ada yang bisa kita lihat kecuali hanya putih semuanya.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Meskipun langitnya selalu berada di dalam keadaan mendung, tapi adakalanya kami memiliki langit yang cukup bagus dengan berbagai warna campuran di udara yang ditinggalkan matahari.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Saya benar-benar menikmatinya, kadang-kadang dengan duduk di teras rumahku sambil memandang ke arah Situ Patenggang, yaitu danau cantik di tengah pemandangan yang sunyi, yang sepi dan diam.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">7</span><br />
<span style="font-size: large;">Rumah saya berada di atas bukit yang hijau, di mana satu rumah dengan rumah lainnya memiliki jarak yang agak berjauhan.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Barangsiapa yang berdiri di halaman rumah saya, akan bisa melihat gunung Sepuh, Gunung Tambang Guruyung, Gunung Masigit dan bedeng-bedeng di lembah yang tidak jauh dari rumah saya. Bedeng-bedeng itu ditempati oleh warga pribumi yang disediakan oleh pihak pengusaha perkebunan untuk menjadi tempat tinggal karyawan perusahaan.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Begitu baik bahwa hampir semua bedeng-bedeng itu diurus untuk ditambahkan dengan beberapa bunga di halaman depannya. Nampak manis sekali, warnanya merah, ada juga warna lainnya, yang selalu akan sesuai dengan kabut yang suka turun setiap pagi dan petang.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">8</span><br />
<span style="font-size: large;">Cuaca di Ranca Suni sangat dingin, apalagi kalau malam. Kalau tidur, harus selalu menggunakan selimut. Di dalam memori saya masih bisa saya rasakan selimutnya bau kamper. Baunya bercampur dengan udara pegunungan. Itu adalah yang bisa saya kenang selama masa-masa masih tinggal di sana, yaitu antara tahun 1926 sampai 1943.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Di masa itu, hampir segala sesuatu di rumah saya selalu dirundung kesunyian. Saya biasa duduk di sofa dekat jendela dengan buku dan susu murni. Hal itu sering kerasa seolah-olah saya benar-benar sedang menyerah kepada waktu.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Apapun itu, saya ingin mendapatkan diriku, bahkan dalam tahapan paling klise, yang mungkin bisa kulakukan hanya untuk merasa hidup. Setidaknya itu yang saya pikirkan.</span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">BAB IV. Anak-Anak Ranca Suni</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<span style="font-size: large;">1</span><br />
<span style="font-size: large;">Anak-anak Ranca Suni adalah anak-anak karyawan perusahaan perkebunan Ranca Suni. Mereka biasa main ke daerah atas, yaitu deket Gedung Mess, atau mandi di daerah bendungan sungai pada saat siang hari, yaitu di daerah yang dulu disebut Tangsi. Itu adalah sungai yang jernih dan dingin sekali.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Di sungai itu selalu ada perempuan mencuci pakaian atau kerbau yang sedang dimandikan.</span><br />
<span style="font-size: large;">Tidak Cuma warga pribumi yang mandi di sungai itu, warga Belanda juga sering pada mandi di sana. Beberapa di antara warga Belanda ada yang ikut bergabung mandi dengan mereka.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Pada saat-saat tertentu, saya sering melihat anak-anak Ranca Suni bermain layangan di halaman rumah, main panggal, main kincir atau main bola dengan bolanya yang terbuat dari kulit jeruk. Sebagai anak-anak, kami diizinkan bermain dengan gerobak di rel pabrik perusahaan.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Bagi mereka yang punya peternakan domba atau kerbau, biasanya akan ngarit, atau nyambit rumput ke daerah Rancabali. Di jaman saya belum ada Pabrik Rancabali yang kamu katakan itu. Pabrik Rancabali konon dibangun sekitar tahun 1975.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">2</span><br />
<span style="font-size: large;">Selalu ada ruang untuk bermain. Anak-anak di daerah Ranca Suni selalu tampak begitu hidup, begitu menarik. Saya tidak bisa menjelaskan dengan detail. Itu adalah saat yang menyenangkan. Sumber kesenangan yang besar.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Saya masih ingat nama makanan di sana. Ada yang dinamakan Pilus. Itu sejenis kerupuk manis berbentuk kubus dan digantung pada sepotong bamboo yang bisa dikalungkan. Rasanya manis dengan aroma yang khas. Saya membelinya dengan harga sekian sen di sebuah warung yang ada di lokasi bedeng pemetik teh. Itu adalah warung tempat membeli kebutuhan sehari-hari warga di sana. Sesekali saya datang bersama Bi Sitih dengan rasa gembira untuk datang ke wilayah wargapribumi yang akrab.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">3</span><br />
<span style="font-size: large;">Kalau di hari minggu, kami warga Belanda, sering memanfaatkannya untuk liburan ke Kawah Putih, yaitu sebuah danau yang terbentuk akibat dari letusan Gunung Patuha.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Masih bisa saya ingat dinding-dinding bukit yang mengelilinginya. Cabang-cabang ranting pohon yang mati. Sangat bagus untuk dilihat. Sedangkan Situ Patenggang yang kamu katakan itu, jaman saya belum ada. Sepertinya Situ Patenggang itu adalah situ buatan. Saya hanya tahu sedikit soal itu.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Atau pergi ke pasar Ciwidey. Atau ke Bandung menggunakan kereta. Stasiun keretanya di daerah Ciwidey. Cukup jauh dari kampung Ranca Suni. Untuk mencapai stasiun itu kami harus melewati daerah Rancasuni Kadempet, Bayongbong, Ranca Bali, Ranca Walini, Baru tunggul, Singapel, hanjuang beureum, datar puspa, babakan jampang, Cilestari, Cikaryo, Cikembang, Arca, Panundaan, Tanjakan Panjang, Sukasari dan sampailah di tujuan.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Melewati daerah-daerah itu, jaman dulu, adalah daerah yang sangat sepi. Betul-betul sangat sepi. Setiap kami melalui jalan itu, seolah-olah monyet-monyet di pepohonan itu sedang menonton. Kami menempuhnya dengan menggunakan mobil wilis atau Ford kuno.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Sedangkan beberapa orang pribumi ada yang menyempatkan untuk main ke kampung mereka, di mana keluarga besarnya tinggal. Mereka menyebutnya dengan istilah Nganjang. Salah satunya ke kampung Cipelah, Cinumbra, Suka Ati. Konon, mereka harus berjalan kaki sampai menempuh sehari semalem. Pada saat itu belum ada kendaraan angkutan umum.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">4</span><br />
<span style="font-size: large;">Setiap malam minggu sering ada hiburan yang diadakan di Pasar. Tempat itu memang biasa disebut Pasar. Lokasinya di daerah atas, atau daerah tonggoh.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Di sana sering diadakan pagelaran reog, silat, calung atau sandiwara. Kalau sandiwara, sebisa yang saya ingat pemimpinnya adalah Pak Sersan, dia adalah anggota keamanan yang biasa disebut Waker. Selain Pak Sersan, saya mendengar juga ada yang disebut Pak Daman, dia adalah seorang dalang kebanggaan Ranca Suni.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Mereka memang butuh hiburan, untuk refreshing setelah selama seminggu bekerja terus di kebun. Mereka bekerja dari sejak mulai jam 6 pagi sampai jam 6 sore, setelah itu biasanya langsung tidur kelelahan. Mereka bekerja setiap hari, kecuali kalau ada turun hujan, mereka akan berhenti dan dianggap libur.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: x-large;"><span style="font-size: medium;"><br /></span>
</span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">BAB V. Sekolah</span><br />
<span style="font-size: x-large;"><br /></span></div>
<span style="font-size: large;">1</span><br />
<span style="font-size: large;">Saya sekolah di sekolah yang sama dengan warga pribumi. Saya melihat sebagian besar anak-anak pribumi berjalan dengan tanpa alas kaki, termasuk ke sekolah.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Pada umumnya kami mengenakan pakaian yang biasa disebut Sete, atau selevel kain Famatex. Anak perempuan pribumi biasanya menggunakan kebaya. Saya memakai rok lebar warna putih dengan lipatan yang kaku.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Kami sekolah di daerah yang disebut Babakan. Untuk mencapai sekolah itu, kami harus menempuh perjalanan sejauh 3 kilometer, menaiki bukit dan menyusuri jalan Cinumbra. Lokasi sekolahnya di daerah Indra Giri. Murid-murid ada yang datang dari Ranca Suni, Indra Giri, Cinumbra, dan Suka Ati.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Sekolah itu, dengan sendirinya menjadi tempat pertemuan antara kami, warga Belanda dengan mereka yang adalah warga Pribumi.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Saya selalu bisa mengandalkan sambutan murah hati mereka. Saya menjamin bahwa hal itu mereka lakukan bukan disebabkan oleh karena kami selalu memiliki permen.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">2</span><br />
<span style="font-size: large;">Saya dibuat untuk berbicara menggunakan bahasa mereka. Menurut saya bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah untuk dipelajari.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Seiring waktu saya belajar sedikit demi sedikit sehingga akhirnya bisa berkomunikasi dengan penduduk menggunakan bahasa Indonesia.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Tak ada pemisahan antara warga Belanda dengan warga pribumi, kami di satu kelas yang sama. Bahkan saya hampir tidak menyadari bahwa saya adalah seorang anak Belanda. Belanda telah hilang dalam bentuk surga di Rancasuni.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Sering saya hanya merasa bahwa saya adalah warga Ranca Suni. Apa arti penjajah, jika ada orang yang mengatakan hal itu kepada saya, saat itu saya benar-benar tidak akan memahaminya.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">BAB VI. Pabrik</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<span style="font-size: large;">1</span><br />
<span style="font-size: large;">Pabrik yang ada di Ranca Suni, adalah pabrik milik ayah saya, yang mengolah semua teh yang dipetik dari perkebunan teh Rancasuni dan semua teh yang dikirim dari Suka Ati. Luas perkebunan teh Ranca Suni sendiri, luasnya kira-kira 12 hektar.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Kalau kamu ke sana, ke jaman saya dulu, kamu akan tidak asing lagi dengan nama-nama Tuan Alen, Tuan Hengki, Tuang Resing, Tuan Adrian, yang adalah ayah saya. Mereka semua biasa dipanggil Juragan.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Ada yang namanya Tuan Mark, waktu itu dia bekerja sebagai kepala Administrasi atau yang biasa disebut ADM. Kemana-mana selalu naik kuda. Sedangkan wakil kepala bagian selalu menggunakan mobil yang biasa sisebut Willis.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Pabrik di Rancasuni punya banyak karyawan, di antaranya ada yang kerja di bagian teknisi, yaitu orang yang bertugas mengurus masalah teknis mesin pengolahan.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Ada juga buruh Pengolahan, mereka bekerja di pabrik bagian mengolah teh. Ada juga yang kerja sebagai Pangramon, atau Hapen, yang kerjanya di bagain penyemprotan, atau yang biasa disebut ngahako.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Mereka biasanya bekerja dengan menggunakan mobil yang biasa disebut Kormik. Sedangkan yang disebut Juru Serat atau Juru Tulis, kerjanya ya nyatat data-data adminstrasi.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Ada orang yang disebut buruh petik. Dia adalah yang bekerja di kebun untuk memetik pucuk teh. Ada yang khas dari buruh pemetik teh, yaitu jari tengah dan jempol tangannya nya seperti gergaji, kasar bergerigi, karena biasa dipake untuk memetik teh nyaris setiap hari.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Mereka semuanya bekerja di bawah pantauan orang yang biasa disebut Mandor Besar. Sedangkan Mandor Kecil hanya memimpin karyawan di lapangan. pabrik teh saja. \</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Ayahku biasa mengontrol perusahaan dengan menggunakan sepeda kumbang. Biasanya menggunakan stelan dari bahan belacu warna putih dan bertopi. Sebanarnya gagah dia itu.</span><br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-26568313752630873932016-08-18T11:18:00.002-07:002016-08-18T11:49:26.345-07:00JEJAK REKAM PIDI BAIQ JADI WALIKOTA BANDUNG<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSP5mODhdYigGD7y55siCHBK-teQ5ZIftO_fXDWNt6aoGz6FpF_NZRJBN7mYuZ2TdBzj_1teLBiqDnySyB7L4MkAPBz4UyUSseG3cVyl1H1u-Ls11VYu9-k1z4mIwC_U41ycS2_htSdtFP/s1600/WAL+01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSP5mODhdYigGD7y55siCHBK-teQ5ZIftO_fXDWNt6aoGz6FpF_NZRJBN7mYuZ2TdBzj_1teLBiqDnySyB7L4MkAPBz4UyUSseG3cVyl1H1u-Ls11VYu9-k1z4mIwC_U41ycS2_htSdtFP/s1600/WAL+01.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzwSVNMTmZ2T4FRixWB8B71t4NkJDpIEa8SP2zHCSigeK2tySgCepzNZDsW09ERSCaFTVm6vX5EyhuMxtuR8tn1Z59f7Qn9BDr0N0zYV2hfNfZ8dVPURXAnaS12bs00ulKIr2V8cG5Mmto/s1600/WAL+02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzwSVNMTmZ2T4FRixWB8B71t4NkJDpIEa8SP2zHCSigeK2tySgCepzNZDsW09ERSCaFTVm6vX5EyhuMxtuR8tn1Z59f7Qn9BDr0N0zYV2hfNfZ8dVPURXAnaS12bs00ulKIr2V8cG5Mmto/s1600/WAL+02.jpg" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQD9tXRq50Xg82-9I5DUtgUVMxNRwl7KTBQqGdSzxkEa_4VitHvDWY4-R5NIib6YHUXMnW1uLeQXY6bAJJ-7UgHanSmCN4QKtxNREN_3VLioHUS_MzKv_AwCXLpAkHIma7KA6jSDvJ0N37/s1600/WAL+03.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQD9tXRq50Xg82-9I5DUtgUVMxNRwl7KTBQqGdSzxkEa_4VitHvDWY4-R5NIib6YHUXMnW1uLeQXY6bAJJ-7UgHanSmCN4QKtxNREN_3VLioHUS_MzKv_AwCXLpAkHIma7KA6jSDvJ0N37/s1600/WAL+03.jpg" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTmz6KsmgSyYEaTKPN5YodV7ql267I-PuZCm5ohL3dSIIeRXAeg-jE0eEGXEBueUds4fI0sYe8sFR923SK0IjOtaZD59ZgcAsxd_-1NECJvOQ-ZH3aIbhYN9WbWednMwpNMmmvXytedE3B/s1600/WAL+04.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTmz6KsmgSyYEaTKPN5YodV7ql267I-PuZCm5ohL3dSIIeRXAeg-jE0eEGXEBueUds4fI0sYe8sFR923SK0IjOtaZD59ZgcAsxd_-1NECJvOQ-ZH3aIbhYN9WbWednMwpNMmmvXytedE3B/s1600/WAL+04.jpg" /></a></div>
<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-30197693500531548882016-08-14T01:24:00.001-07:002016-08-14T01:25:01.017-07:00Sabab Musabab terciptanya lagu “CITA-CITAKU” The Panasdalam Bank<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: georgia, "times new roman", times, serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">Saya mau nulis tentang sabab musabab munculnya lagu “CITA-CITAKU” dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh jin dan manusia.</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">Lagu “CITA-CITAKU” saya bikin setelah saya bertemu dengan dia tahun 2003 di sebuah rumah yang ada di jalan Ciliwung. Dia adalah kawan lamaku, dikenal sebagai seorang Ladyboy atau Waria. Malam itu aku ngobrol dengannya setelah lama tidak berjumpa. </span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">Di tengah obrolan, dia bilang bahwa dia merasa terjebak oleh dirinya yang terlahir sebagai seorang laki-laki. Padahal dia ingin menjadi seorang perempuan. Jika kemudian dia mengubah dirinya menjadi seorang waria, itu karena sebelum dilahirkan dia tidak bisa memilih jenis kelamin. </span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Sifat dan jiwa keperempuanku, naluriku yang perempuan, terjebak di dalam tubuh laki-laki”, katanya. Itu sesak luar biasa. Selalu ada dorongan ingin berontak, tetapi dia merasa tidak berdaya. </span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Padahal aku ingin jadi Polwan”, katanya tersenyum, tetapi aku merasa apa yang dikatakannya itu serius dan memang. Dia suka seneng setiap kalau melihat ada Polwan. “Cantik dan elegan. Gemes”.</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Kalau aku suka cowok, jangan nuduh yang bukan-bukan. Aku mau ke laki-laki itu karena naluriku adalah seorang perempuan. Aku tuh inginnya Lesbi, bukan homoseks. Mereka pikir aku mau jadi gini? Mereka itu bisanya cuma asal nilai.”, katanya lagi</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Hmm”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Sebenernya aku ingin jadi perempuan yang normal, yang mencintai dan dicintai oleh laki-laki”, katanya. “Menikah, punya anak”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Iya. Apa pandanganmu tentang laki-laki?”, kutanya dia</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Laki-laki itu, apa ya, nafsu. Cintanya nafsu”, jawab dia dan ketawa</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Maksudnya?”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Ya, tinggal lihat aurat aja, langsung berjuang buat ngedapetinnya”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Ha ha ha ha. Kalau perempuan?”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Cinta perempuan itu suci. Pake perasaan”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Aku laki-laki yang kamu gambarin bukan?”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Samalah kamu juga”, jawab dia ketawa.</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Ha ha ha. Enak banget jadi perempuan ya? Tinggal buka aurat, laki-laki klepekan”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Kalau Cinta perempuan itu lebih karena perasaan. Suci. Gak rendahan kayak cowok. Tau Siti Nurbaya kan?”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Tau”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Biar si Datuk Maringgih itu orang kaya, kalau gak cinta, ya gak akan cinta”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Oh gitu ya?”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Dia lebih milih si Bahri kan? Biar gak sekaya si Datuk Maringgih, kalau udah cinta, ya cinta”, katanya</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Hmmm. Aku jadi suka perempuan”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">"Ha ha ha”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Teruslah berjuang”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Berjuang apa?”. dia nanya</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Kau tetap harus hidup kan?”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">“Iya sih”</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">Setelah selesai ngobrol, saya ajak dia untuk makan di warung Bu Ahmad. Itu adalah warung makan yang ada di daerah jalan Dipatiukur, Bandung. Kawan-kawan mahasiswa UNPAD, jaman dulu, suka pada makan di sana, karena harganya relatif murah. </span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">Setelah dia pulang. Aku ambil gitar dan bikin lagu, yang kemudian kuberi judul;: “CITA-CITAKU”. Dan, ini syairnya:</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>Cita-citaku ingin menjadi Polwan, mana mungkin aku hanya lelaki</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>Oh Tuhan, Tolong hambamu, terlahir sebagai seorang lelaki</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>Cita-citaku ingin jadi Bu Ahmad, mana mungkin aku hanya lelaki</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>Oh, ibu, jangan paksa aku, ini bukan jaman Siti Nurbaya</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i> REFF</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i> Sedih hatiku sedih terlahir sebagai seorang lelaki</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i> Oh Tuhan, tolong hambamu, terlahir sebagai seorang lelaki</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i> Oh, ibu, jangan paksa aku, ini bukan jaman Siti Nurbaya”</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>“Seandainya, aku boleh memilih sebelum dilahirkan. </i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>Betapa enak menjadi perempuan, tinggal membuka aurat, lelaki </i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>bekerja keras untuk mendapatkannya”</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>Cita-citaku ingin menjadi Tomboy, mana mungkin aku hanya lelaki</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>Oh Tuhan, tolong hambamu, aku tak sudai jadi Telaki Tomboy</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>Cita-citaku ingin jadi Lesbian, mana mungkin aku hanya lelaki</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><i>Oh, Ibu, jangan paksa aku, aku tak sudi menjadi Homoseks”</i></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;"><br /></span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">Untuk mendengarkan lagunya, klik ini</span></div>
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; font-size: 12px; line-height: 20px;">https://soundcloud.com/pidibaiq/the-panasdalam-bank-cita</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-67758436894169682952016-03-16T10:45:00.001-07:002016-07-29T11:11:13.296-07:00MILEA, SUARA DILAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5JuWkMQ8XSZf0mkGB-cHINgbKyHDzOgBxeh459wiuzINBVsrYbOho3ZJftrBwaaNN68ZdYdcVBXryAHmONgmP4yjpxY_y5eiuI1RmzknyMUELjA6LfR8SUJz94WPU_beC5u1nvo_EcMWQ/s1600/COVER+02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5JuWkMQ8XSZf0mkGB-cHINgbKyHDzOgBxeh459wiuzINBVsrYbOho3ZJftrBwaaNN68ZdYdcVBXryAHmONgmP4yjpxY_y5eiuI1RmzknyMUELjA6LfR8SUJz94WPU_beC5u1nvo_EcMWQ/s320/COVER+02.jpg" width="222" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">"MILEA"</span></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">SUARA DILAN</span></div>
<div style="text-align: center;">
- Seperti yang diceritakan oleh Dilan kepadaku -</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #e06666; font-size: large;">(Belum diedit)</span></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
BAB I</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
PENGANTAR BUKU</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
1</div>
<div style="text-align: left;">
Aku tidak jadi nelepon si Komar, tapi sudah membaca dua buku yang ditulis oleh Pidi Baiq, judulnya “Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990” dan “Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991”.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kebetulan kedua buku itu bercerita tentang kisah asmaraku dengan Lia (Milea Adnan Hussain) pada waktu masih duduk di bangku SMA, tahun sembilan puluhan di Bandung.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sebetulnya aku tidak ingin berpikir apapun soal itu. Tapi setelah kedua buku itu aku baca, terus terang, aku seperti merasa mendapatkan kehidupanku yang lama sedang kembali. Otomatis semuanya serasa seperti hidup lagi.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku juga gak mau menilai lebih jauh mengenai isi bukunya. Tapi waktu kubaca, aku banyak menghabiskan waktu untuk menelaah lebih jauh apa sih yang Lia pikirin, apa sih yang Lia rasakan saat itu. Kukira semua itu bukanlah omong kosong. Itu, buat aku pribadi, sangat menarik, termasuk aku jadi tahu bagaimana dulu Lia memandang diriku melalui apa yang dia ungkapkan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Meski sebagian besar yang dikatakan oleh Lia pernah Lia ungkapkan sendiri secara langsung ke aku, tapi di buku itu, Lia seperti bercerita dengan tanpa penghalang. Rasanya, gimana ya? Bebas merdeka tanpa tedeng aling-aling.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Di dalam buku itu, aku sendiri menikmati cukup banyak momen-momen berharga yang diceritakan oleh Lia. Sesuatu yang perlu dipertimbangkan kalau aku ingin kembali mengenang. Di sana Lia ngasih tahu bagaimana dia merasakan kembali hal-hal yang sudah lama berlalu. Sampai-sampai aku mengira, dengan buku itu Lia sedang berusaha menggali perasaanku untuk merasakan hal yang sama dengan apa yang dia rasakan saat itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku tahu tidak ada yang bisa aku lakukan selain menghargai apa yang jadi pendapatnya. Aku memliki rasa hormat setinggi-tingginya untuk mengatakan kepadanya bahwa itu adalah sepenuhnya hak Lia untuk bebas bicara, dan kemudian tetap saja semuanya adalah sejarah.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
2</div>
<div style="text-align: left;">
Samasekali gak pernah kuduga kalau kisahku dengan Lia akan ditulis jadi buku. Dan sebetulnya aku malu, karena di buku itu aku ngerasa jadi tokoh utama yang punya kedudukan cukup istimewa, terutama kalau Lia sudah mulai memujiku.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Juga sekaligus jadi risih, karena di situ aku betul-betul jadi kayak orang yang amat dimaui. Seolah-olah, aku ini, yang barusan makan nasi bakar, adalah orang yang paling menakjubkan di dunia dan juga romantis dengan apa yang pernah aku lakukan kepadanya. Sebagian besar yang bisa aku lakukan untuk hal itu adalah cuma tersenyum.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi, kukira, kalau dulu Lia punya sikap macam itu ke aku, harusnya bisa kuanggap sebagai hal yang normal, karena kalau ada orang yang sudah cinta ke kamu, dia hanya akan melihat sisi baikmu. Dan kalau kamu berpikir tentang hal ini, kebanyakan kisah cinta memang selalu dimulai dari hal macam itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
3</div>
<div style="text-align: left;">
Kupikir, harusnya aku merasa beruntung dengan adanya buku itu, nyatanya memang iya. Kedua buku itu sudah membantuku mengingat masa-masa yang sudah berlalu, maksudku aku cuma tinggal baca saja, gak usah capek-capek nulis kalau ingin mengenang apa yang dulu pernah aku dan Lia alami.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Apalagi sebagian besar cerita yang ada di dalam buku itu, memang sangat sesuai dengan kejadian sebenarnya, malahan aku merasa ceritanya cukup detil. Entah bagaimana Lia bisa mengingat semuanya, padahal kejadiannya sudah lama sekali.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
4</div>
<div style="text-align: left;">
Gak tahulah. Pokoknya aku mau berterimakasih ke Pidi Baiq, pertama-tama untuk kedua bukunya yang kudapatkan secara gratis. Maksudku, tanpa perlu melihat situasi ekonomi saat ini, kita perlu memahami alasan mengapa kebanyakan dari kita lebih suka dikasih daripada membeli. Kedua, ya itu tadi, bisa membantu aku mengingat lagi masa-masa remajaku di saat aku masih bersama dengan Lia.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekalian aku juga mau bilang terimakasih ke Lia, karena kata Pidi Baiq, data dan informasi untuk menulis buku itu 60% adalah bersumber dari Lia sendiri. Itu artinya Pidi Baiq hanya mengolah data yang bersumber dari Lia untuk kemudian dia susun menjadi sebuah buku novel yang lengkap, dan dari apa yang sudah dia lakukan itu, segalapuji bagi Allah, Pidi Baiq dapat uang royalti.</div>
<div style="text-align: left;">
“Tapi setengahnya, aku kasih ke Lia”, katanya</div>
<div style="text-align: left;">
“Royalti?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Iya”, jawabnya. “Lia juga harus dapat”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ini berarti bisa sama-sama kita katakan, bahwa buku “DILAN, dia adalah Dilanku”, semua cerita di dalamnya berdasar pada apa yang bisa diingat dan dikatakan oleh Lia, dan kukira itu adalah haknya karena selain diriku, Lia juga adalah pemilik masa lalu yang bersangkut paut dengan kisah asmara antara aku dan dia. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
5</div>
<div style="text-align: left;">
Tanggal 15 Agustus 2015, Pidi Baiq datang ke rumahku. Kami ngobrol berdua cukup lama, terutama membahas buku itu, sampai kemudian dia bilang bahwa katanya dia mau nulis buku “Suara Dilan”, itu membuat aku ketawa karena merasa aneh ada novel macam gini. Dia juga ketawa, dan bilang “Suara Dilan” itu adalah buku yang berisi kisah aku dan Lia, sama seperti buku “Dilan, dia adalah Dilanku” tetapi bersumber dari sudut pandangku. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Hmm. Sebenarnya aku pribadi lebih suka cerita Spiderman, yaitu Spiderman menurut versiku sendiri. Kamu harus tahu bagaimana Spiderman bisa dikalahkan oleh hanya dua cucu Kelongwewe. </div>
<div style="text-align: left;">
Atau kalau bukan yang itu, aku lebih suka cerita tentang si Piyan yang pernah nyihir aku jadi seekor kucing, cuma agar dengan itu aku bisa dikejar sampai depresi dan kehilangan nafsu makan. Si Piyan emang gitu, menurut pribadiku dia itu sedikit lebih baik dari kuman, makanya jangan sampai kamu heran kalau ada banyak kuman yang mau ke dia.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Cerita tentang Spiderman versiku, atau cerita tentang aku yang disihir jadi kucing garong, kurasa lebih oke daripada harus bercerita tentang kisah asmaraku dengan Lia. Maaf, maksudku pada situasi yang serius, sebetulnya aku merasa gak enak kalau harus nyeritain lagi apa-apa yang dulu pernah aku alami dengan Lia, mengingat Lianya juga sekarang sudah menjadi istri Mas Herdi yang sangat aku hormati. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Biar bagaimanapun soal ini harus aku katakan karena, dari dasar hatiku yang paling dalam, aku tidak ingin kelak ada salah tanggap dengan apa yang aku ceritakan tentang Lia dan orang yang sudah bersamanya sekarang. Samasekali aku tidak bermaksud mau berdebat soal ini, tetapi itulah yang aku pikirkan. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
6</div>
<div style="text-align: left;">
Pidi Baiq mengerti, dan kemudian dia bilang, bahwa pada intinya bukan lagi soal asmara. Novel “Suara Dilan” harus bisa menjadi pelajaran buat mereka yang baca. Hah? Pelajaran macam apa? Entahlah, tapi setidaknya ada orang yang bilang bahwa novel Dilan itu bisa dianggap seperti buku taktik menguasai wanita. Mungkin Pidi Baiq bercanda, tetapi bisa jadi begitu oleh orang yang menganggapnya begitu. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Katanya, di buku itu ada juga pelajaran ekonomi, terutama cerita tentang aku ngasih kado ulangtahun berupa buku TTS yang sudah kuisi. Aku ketawa karena aku berpikir barangkali itu berdasar pada seolah-olah aku sedang berusaha ngajarin bagaimana caranya ngasih kado dengan biaya yang irit, meskipun jujur saja, sebetulnya bikin capek, karena harus begadang semalaman untuk bisa mengisi jawabannya. Tapi justeru emang di situlah nilainya: Perjuangan he he he! </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ada juga pelajaran olah raga. Berantem itu, katanya, sama seperti olahraga. Sama-sama melakukan gerakan badan sampai ngeluarin keringat, meskipun badan kita jadi sakit dikarenai oleh luka! Tapi harus mikir panjang, jangan sampai asal berantem. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sedangkan di buku DILAN kedua, di situ sepertinya Lia banyak nangis! Tapi katanya, itu juga memberi kita pelajaran, yaitu pelajaran Biologi, bahwa air mata itu, air mata yang mengalir di pipi itu, adalah kelenjar yang diproduksi oleh proses lakrimasi untuk membantu membersihkan dan melumasi mata kita he he he.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
7</div>
<div style="text-align: left;">
Pidi Baiq terus membujukku untuk mau membantu dia mewujudkan buku “Suara Dilan”, oke, tapi aku tidak benar-benar punya waktu yang dijadwalkan untuk duduk dan menulis macam dia. </div>
<div style="text-align: left;">
Juga, bukan orang terbaik yang bisa menceritakan kisah-kisah macam itu. Tapi kalau cuma ngasih masukan sebagaimana Lia lakukan, sepertinya aku siap. Mudah-mudahan bisa aku nikmati meskipun aku tidak pernah berpikir berencana untuk menulis cerita macam ini.<br />
<br />
Siaplah kalau begitu, aku mau cerita. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tapi maaf, kalau aku tidak sepandai Lia di dalam mengatakan perasaan. Aku hanya akan menulis apa-apa yang diperlukan dengan tanpa harus mengulang apa yang sudah Lia kisahkan. Semua yang aku katakan hanya akan mengacu kepada apa yang bisa kuingat dan kepada apa yang ingin aku katakan. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku akan menceritakannya dengan berusaha sedikit memilah mana-mana yang aku rasa perlu saja. Dan dengan cara tertentu aku juga akan coba mengatur, agar apa yang aku katakan tidak sampai menyinggung perasaan seseorang yang terlibat di dalamnya. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Cerita ini akan aku mulai dengan pengenalan singkat tentang diriku, dan beberapa informasi yang menjadi latar belakang hidupku, baik sebagai kenangan atau mungkin bisa dianggap sebagai sesuatu yang cukup andil di dalam mempengaruhi sifat dan kepribadianku. Karena pengalaman akan terus sepanjang waktu mempengaruhi hidup seseorang </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Mudah-mudahan, setelah ini, kita bisa menjadi bijaksana dengan tidak mengadili masa lalu oleh keadaan di masa kini.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
BAB II</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
AKU</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
1</div>
<div style="text-align: left;">
Langsung saja. Namaku Dilan, jenis kelamin laki-laki, bernafas menggunakan paru-paru, sama seperti seekor paus. Tahun 1977, pernah ingin jadi macan, tapi itu gak mungkin.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku lahir di Bandung, dari seorang Ibu yang oleh anaknya dipanggil Bunda, kecuali kalau akunya sedang mau minta uang, aku memanggilnya “Bundahara” (seperti yang sudah Lia ceritakan di dalam buku itu). Tapi aku pernah sekali memanggilnya Sari Bunda, yaitu pada kasus di saat aku ingin makan.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Asal tahu saja, ibuku, si Bunda itu, adalah Pujakesuma, tetapi bukan bunga, melainkan akronim dari Putri Jawa Kelahiran Sumatera, karena dia lahir di Aceh, tepatnya di kota Sigli, ibu kota kabupaten Pidie. Dia alumnus IKIP Bandung, jurusan Sastra dan Bahasa. Ayahnya seorang guru SD, yang dulu di daerahnya dikenal sebagai seorang penyair kelas lokal. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sejak nikah dengan Ayah, dia selalu dibawa pindah, yaitu ke berbagai daerah di Indonesia. Hidup ini, kata Einstein, bagai naik sepeda. Untuk tetep bisa di dalam keseimbangan, harus terus bergerak. Tapi bukan karena itu ayahku pindah, melainkan karena tugas dari komandan, salah satunya ke daerah Teluk Jambe, Karawang.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Waktu aku duduk di kelas 3 SD, kami pernah tinggal di Kabupaten Manatuto, salah satu kota di daerah Timor-Timur yang dulu masih bagian dari wilayah Indonesia sebagai propinsi. Terus pindah lagi ke Ambon, terus pindah lagi ke Manahan, Solo, tapi cuma sebentar, gak tau kenapa. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Hidup berkembang, di saat anak-anak sudah mulai tumbuh besar, Bunda sudah merasa cukup baik untuk memilih tinggal di Bandung, yaitu di kota tempat dulu dia kuliah, sekaligus menjadi mungkin untuk bisa lebih dekat dengan saudara-saudara ayahku yang pada tinggal di Bandung, karena ayahku adalah asli orang Bandung. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Waktu aku duduk di kelas 5 SD, ayah membeli rumah di komplek perumahan Riung Bandung, sebagai fasilitas untuk membangun rumah tangga yang sakinah dan mawardah di bawah iringan lagu-lagu Rolling Stones kesukaan si Bunda, dan suara gelak tawa dari kawan-kawan kuliahnya kalau mereka sedang pada ngumpul di rumah. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Si Bunda tidak bisa ikut ayah yang harus tinggal di rumah dinasnya di Karawang, karena harus ngajar di salah satu SMA yang ada di Bandung. Melalui semua itu kami hanya bisa bertemu ayah kalau ayah pulang ke Bandung, yaitu setiap dia bebas tugas atau karena ambil cuti. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Awalnya si Bunda hanya guru biasa yang ngajar bahasa Indonesia. Entah bagaimana, tahun 1989, dia naik jabatan menjadi seorang kepala sekolah di salah satu SMA yang ada di Bandung. Mengenai soal ini, ada yang harus aku syukuri, yaitu: si Bunda bukan Kepala Sekolah di SMA-ku. Sebab kalau iya, pernah aku bayangkan aku akan dimarah dua kali, ya di sekolah ya di rumah. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Itulah ceritaku tentang si Bunda, ibuku. Jangan sampai banyak-banyak, biar buku ini tidak melenceng menjadi buku biografi si Bunda. Apalagi Lia sudah bercerita cukup banyak tentang si Bunda di dalam buku “Dilan, dia adalah Dilanku”. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
2</div>
<div style="text-align: left;">
Sekarang tentang ayahku. Dia lahir di Bandung. Dulu aku mengira, pekerjaan ayahku adalah berpindah-pindah tempat, seperti nabi Ibrahim yang nomaden, nyatanya ayahku adalah seorang anggota TNI-AD yang suka lagu “What A Wonderful World” nya Louis Armstrong atau “My Way” nya Frank Sinatra dan ditambah lagu-lagu perjuangan Indonesia. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Selain sebagai seorang prajurit sejati yang lumayan cukup galak, ayahku bisa berubah menjadi seorang pria yang manis, dan juga romantis. Dia tidak pernah lupa nulis surat untuk kami di saat mana dia sedang jauh di tempat tugasnya. Seperti yang bisa kuingat, dia nulis kira-kira begini: “Jangan kuatir, ayah hanya jalan-jalan. Di sini, ayah terus gembira karena Ayah yakin akan segera bertemu dengan kalian. Ayah tidak punya musuh. Ayah membela Indonesia dari mereka yang mau ganggu”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ayahku orang yang tegas kalau bicara tetapi cepat untuk tertawa. Dia dapat berkomunikasi dengan anak-anaknya di dalam berbagai cara. Suatu hari, waktu aku masih duduk di kelas 6 SD, aku pulang ke rumah terlalu malam karena ada acara bersama teman-teman. Aku kaget, karena pintu rumah dibuka oleh ayah. Kupikir dia tak akan pulang ke Bandung malam itu. Aku benar-benar berhadapan dengan ayahku yang berdiri kokoh menghadang: </div>
<div style="text-align: left;">
“Siapa kamu?!”, tanya dia seperti kepada orang asing. Tangannya berkacak pinggang. Mukanya serius. Matanya menatapku dengan pandangan yang tajam. Awalnya aku bingung, setelah aku merasa harus ikut permainannya, kujawab dia dengan sambil memandangnya:</div>
<div style="text-align: left;">
“Dilan!”</div>
<div style="text-align: left;">
“Siapa ibumu?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Bunda!”</div>
<div style="text-align: left;">
“Siapa ayahmu?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Kamu!”, jawabku spontan. Aku tidak bermaksud untuk menjawab tidak sopan. Itu, aku menjawab dengan refleks karena dia bertanya cukup cepat. Ayah langsung ketawa dan kamu jadi tahu dia tidak benar-benar serius menginterogasi. Aku selalu memiliki beberapa momen terbaik bersamanya. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sepertinya dia tahu dia memiliki waktu yang sibuk sehingga merasa harus menghemat waktu yang baik untuk keluarganya. Jika ada waktu, kami suka pergi ke tempat-tempat wisata di bawah jaminan tiket diskon khusus untuk keluarga anggota ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, sekarang TNI). </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Atau jalan-jalan ke tempat-tempat yang ada di Bandung. Aku pernah diajak ke tempat billiard di daerah Kiara Condong. Sebagai seorang anak SMP kelas satu, tentu saja itu bukan tempat yang baik menurut para pakar pendidikan, tapi malam minggu itu ayah mengajak aku dan kakakku pergi ke sana.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Apa yang aku dan kakak aku lakukan hanya duduk minum Green Spot dan kacang goreng sambil nonton ayah bermain billiard. Masih bisa aku ingat waktu itu ayah main billiard bersama Abah Apeng (Bandar togel dari Cicadas) dan Kang Ceper (penguasa tempat itu). Tentu saja aku mengenalnya karena ayah pernah cerita tentang mereka. </div>
<div style="text-align: left;">
“Kalau Abah Apeng itu, bandar judi”, kata Ayahku di perjalanan kami pulang</div>
<div style="text-align: left;">
“Gak boleh judi, Ayah”, kata Bang Landin</div>
<div style="text-align: left;">
“Iya dong. Gak boleh,” jawab Ayah. “Ayah cuma berteman”</div>
<div style="text-align: left;">
“Ayah ikut judi gak?”, kutanya</div>
<div style="text-align: left;">
“Ayah sudah bilang cuma berteman”, jawab Ayah</div>
<div style="text-align: left;">
“Iya”</div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan bilang ke Bunda, kita dari tempat billiard,” kata ayahku kemudian. </div>
<div style="text-align: left;">
“Jangan bohong, Ayah”, kata kakakku.</div>
<div style="text-align: left;">
“Oh iya”, jawab ayahku. “Bilang ke Bunda udah dari tempat Billiar, terus nanti kita janji gak </div>
<div style="text-align: left;">
akan ke sana lagi”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sesampainya di rumah, si Bundanya sudah tidur, sehingga yang buka pintu Bi Diah. Besoknya Bunda tidak bertanya dari mana kami semalem. Syukur alhamdulilah, sehingga dengan itu kami jadi gak perlu janji ke si Bunda untuk tidak akan pernah datang lagi ke tempat billiard. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tahun 1997 (kalau gak salah), yaitu waktu aku sudah tingkat akhir kuliah, ada khabar bahwa tempat billiard itu diserbu oleh kelompok tertentu, kemudian aku tidak pernah melihat tempat itu lagi sampai sekarang. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku tidak mau memberi pandangan tentang apa yang dilakukan oleh kelompok agama itu, yang pasti, biar bagaimana pun, tempat itu menjadi salah satu saksinya untuk banyak kenangan yang pernah aku alami bersama ayah. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Mau gimana lagi, apapun yang kau katakan, secara pribadi aku berterimakasih kepada Ayah bahwa aku pernah punya kesempatan untuk pernah datang ke tempat itu dan aku tidak pernah datang lagi ke tempat seperti itu sampai sekarang. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Setiap aku mengenang ayah, aku masih ingat bagaimana ayahku begitu riang dan nyanyi dengan suara keras di kamar mandi, seolah-olah dia tidak akan pernah lupa untuk melakukan hal itu setiap kali sedang mandi:<br />
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
“Hampir malam di Jogya</div>
<div style="text-align: center;">
Ketika keretaku tiba</div>
<div style="text-align: center;">
Remang remang cuaca</div>
<div style="text-align: center;">
Terkejut aku tiba tiba”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kalau ada anaknya yang cemberut disebabkan karena ngambek oleh masalah yang sepele, biasanya dia datang untuk duduk di sampingnya dan aku masih ingat dia pernah bicara: </div>
<div style="text-align: left;">
“Tak ada yang selesai dengan menangis”, katanya.</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku gak nangis”</div>
<div style="text-align: left;">
“Masa ada air matanya?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Gak tau”, kataku langsung telungkup di atas sofa, sambil menghapus air mata diam-diam. Aku masih TK waktu itu.</div>
<div style="text-align: left;">
“Bunda! Air mata siapa di pipi Dilan?”, Ayah nanya ke Bunda dengan agak teriak karena si Bundanya sedang ada di ruang tengah.</div>
<div style="text-align: left;">
“Air matanya laaah!!”, jawab Bunda</div>
<div style="text-align: left;">
“Bukan katanya”</div>
<div style="text-align: left;">
“Diaaaam!”, kataku sambil terus telungkup.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pada masa mudanya, ayahku cukup dekat dengan berbagai lapisan masyarakat. Selain dekat dengan Pak Asni, ulama di daerahku, dia juga dekat dengan preman-preman di wilayah tertentu yang ada di Bandung. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kadang-kadang ayahku sering nyuruh Mang Saman untuk ngantar dia ke tempat yang mau dia tuju, menjadi seperti sopir pribadi. Dan kamu harus tahu Mang Saman itu siapa, dia adalah salah seorang preman yang ada di daerah Buahbatu. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sesekali Mang Saman suka datang ke rumahku bersama istrinya, termasuk untuk membetulkan mobil Nissan si Bunda kalau mogok. Sedangkan istrinya akan diam di dapur untuk membantu Bi Diah membuat masakan. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kalau ayah lagi di rumah, kadang-kadang suka nyuruh Mang Saman ngajak aku dan Disa jalan-jalan. </div>
<div style="text-align: left;">
“Asiiik!”, kata Disa. Kalau gak salah waktu itu Disa masih TK dan aku sudah kelas 5 SD (Aku hanya bisa ngira-ngira, karena benar-benar sudah lupa)</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kami pergi dengan Mang Saman menggunakan mobil Nissan. Tidak jauh, hanya menyusuri jalan di komplek perumahan yang belum rame kayak sekarang. Betul-betul masih sepi sehingga Mang Saman bisa nyetir dengan cara turun dari mobil. Entah bagaimana, dia bisa melakukannya. Dia benar-benar lari di samping mobil yang pintunya dia buka, sementara tangannya masih terus megang setir, sehingga mobil yang sedang maju pelan bisa tetap di dalam kendalinya. Aku ketawa menyaksikan akrobat yang hanya berlangsung sebentar itu:</div>
<div style="text-align: left;">
“Lagiiii!!!”, kataku, setelah Mang Saman loncat dan duduk lagi di bangku sopir.</div>
<div style="text-align: left;">
“Udah ah”, kata Mang Saman, “Nanti dimarah Ayah”</div>
<div style="text-align: left;">
“Ayah di rumah!”, kata Disa tiba-tiba.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Tidak jarang Mang Saman ngajak kami untuk nongkrong di warung kopi yang dulu dikenal sebagai sarang preman, sehingga oleh itu kami bisa mengenal beberapa orang di antaranya. </div>
<div style="text-align: left;">
“Siapa, Man?”, tanya orang gemuk bertatto ke Mang Saman. Aku lupa namanya. Dia memakai jaket jeans belel yang bagian tangannya digunting.</div>
<div style="text-align: left;">
“Anak Pak Ical”, jawab Mang Saman</div>
<div style="text-align: left;">
“Oh?”, kata dia. </div>
<div style="text-align: left;">
“Siapa namamu?”, tanya orang itu ke aku dengan muka yang ramah</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku Dilan, kelas 5 SD”, kujawab dengan lantang.</div>
<div style="text-align: left;">
“Waah”, katanya</div>
<div style="text-align: left;">
“Aku Disa!”, Disa menjawab </div>
<div style="text-align: left;">
“Dilan, Disa”, katanya. “Mau jajan apa?”</div>
<div style="text-align: left;">
“Krupuk!”, kujawab sambil mengacungkan krupuk yang sebagiannya sedang kukunyah.</div>
<div style="text-align: left;">
“Ambil aja ya. Nanti Om yang bayar”, kata dia kemudian kepadaku. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sekitar tahun 1983, preman-preman itu habis karena dibunuh oleh para penembak misterius atau Petrus, entah bagaimana hatiku merasa seperti berhenti saat itu. Banyak orang menduga Petrus adalah operasi rahasia dari Pemerintahan Suharto untuk menanggulangi tingkat kejahatan. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Selama persitiwa itu, Mang Saman sembunyi di rumahku. Dia selamat, tapi yang lain tidak. Mayoritas yang tewas adalah preman yang tubuhnya dipenuhi oleh tatto. Jenazahnya dimasukin ke dalam karung dan dibuang di tempat umum, salah satunya adalah kang Oji. Aku sedih karena anaknya Kang Oji adalah temanku, namanya Uung. Istri Kang Oji datang ke rumahku bersama Uung dan menangis di teras rumah di saat mereka sedang ngobrol dengan Bunda. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Aku sangat dekat dengan Mang Saman, aku pikir dia adalah temanku. Dia meninggal tahun 1988 disebabkan oleh karena dia sakit. Sebelum meninggal dia dikenal sebagai orang yang agamis dan menjadi pengurus DKM di salah satu masjid yang ada di daerahnya. Siapa akan nyangka di ujung hidupnya Mang Saman menjadi orang yang baik sekaligus dikenal sebagai seorang Muadzin. Aku melihat ayah menangis di kuburan Mang Saman sore itu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Itulah ayahku, sebagian tentang dia sudah Lia ceritakan di dalam buku “Dilan, Dia Adalah Dilanku”. Biar bagaimana pun, aku merasa cerita di atas perlu aku sampaikan untuk bisa memahami bagaimana aku tumbuh. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
BAB III</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
KEHIDUPAN REMAJAKU</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
1</div>
<div style="text-align: left;">
Waktu aku SMP, aku punya sepeda. Aku pergi sekolah dengan pake sepeda sampai kelas 3 SMP, karena jaraknya tidak jauh dari rumahku. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sepedaku namanya “Mobil Derek”. Dulu, kalau kamu mendengar aku pergi ke sekolah dengan naik Mobil Derek, harusnya sudah tidak perlu kaget lagi karena kamu sudah tahu maksudku.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Apakah dengan memberinya nama itu aku punya tujuan biar sepedaku jadi keren dan gagah? Oh, aku gak tahu. Mungkin semacam terserah aku mau ngasih nama apa, karena itu sepedaku. Tetapi pamanku protes. Dia itu ayahnya si Wati, namanya Ibrahim, aku biasa memanggilnya Mang Iim.</div>
<div style="text-align: left;">
“Masa’ sepeda namanya Mobil Derek?”. </div>
<div style="text-align: left;">
“Iya. Namanya Mobil Derek. Mobil Derek bin Kontainer”, kataku ke dia tanpa maksud menjawab omongannya. Itu aku bicara sebagai seorang anak kecil yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP.</div>
<div style="text-align: left;">
<br />
Berbeda dengan si Bunda, kalau dia bisa cuek. Menurutku, dia itu orang dewasa yang bisa bicara sebagai seorang anak kecil ketika sedang berbicara dengan anak yang masih kecil. </div>
<div style="text-align: left;">
“Bunda, lihat Mobil Derek?”, tanyaku ke si Bunda sambil nyari sepeda di halaman depan rumah karena mau kupake.</div>
<div style="text-align: left;">
“Mobil Derekmu?” Bunda nanya balik, seperti sama sedang nyari. </div>
<div style="text-align: left;">
“Iya”</div>
<div style="text-align: left;">
“Oh, dipake Bi Diah”, katanya kemudian. “Minjem bentar, ke warung”</div>
<div style="text-align: left;">
“Bi Diah gak boleh naik Mobil Derek”, kataku dengan sedikit agak kesal</div>
<div style="text-align: left;">
“Sebentar kok”</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Sejak mulai kelas satu SMA, aku ke sekolah tidak pake sepeda lagi, karena jaraknya cukup jauh. Sebetulnya bisa saja pake sepeda, tapi capek. Gak mau. Kadang-kadang aku naik angkot ke sekolah, tapi lebih sering naik motor. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Pulangnya nongkrong di daerah Gatot Subroto, yaitu semacam warung kopi punya Kang Ewok. Dipanggil Ewok karena dia itu brewok. Tempatnya enak untuk nongkrong. Di sana, aku biasa kumpul bersama Burhan, Ivan dan lain-lain. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Kami bergaul dan melakukan hal bersama-sama yang nampaknya lebih menyenangkan daripada diam gak jelas di rumah yang dulu belum ada internet. Dan di sana juga untuk pertama kalinya aku mulai merokok, tentu dengan perasaanku yang cemas karena kuatir ketauan sama si Bunda.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com250tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-30906705859205684482016-01-07T20:22:00.001-08:002016-01-07T20:53:47.229-08:00BARACAS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPxfcUgu8Gjo3PySbrMeT76iqxJJqXs8-23L-P6dW11Xglz_wB6kPKK4mirVwX6elePdVgpFZ6xOQp3QQPApjrkRlWpn9m1ocpedMbmTIDoSz7w4pw5-EV-cqW3HW9G6Hpo2qeu9Ka3_L2/s1600/baras.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="136" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPxfcUgu8Gjo3PySbrMeT76iqxJJqXs8-23L-P6dW11Xglz_wB6kPKK4mirVwX6elePdVgpFZ6xOQp3QQPApjrkRlWpn9m1ocpedMbmTIDoSz7w4pw5-EV-cqW3HW9G6Hpo2qeu9Ka3_L2/s320/baras.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<br />
1<br />
Ajo adalah anak Bu Asih. Adiknya bernama Rini. Mereka tinggal di Bandung, di daerah jalan Cilaki.<br />
<br />
Ajo itu laki-laki, masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Bandung. Dia ngambil jurusan Ilmu Komunikasi. Sedangkan Rini adalah perempuan, dia masih SMA kelas dua.<br />
<br />
Suami Bi Asih sudah lama tiada, meninggal dunia karena sakit. Ibu Asih mengandalkan usahanya di bidang garmen untuk biaya hidup keluarganya.<br />
<br />
2<br />
Hari itu, bada maghrib, hujan turun sangat lebat, sesekali terdengar suara petir. Ada suara televisi yang bunyi bersamaan dengan suara hujan di atas genting.<br />
<br />
Ibu Asih duduk di bangku dengan masih mengenakan mukenanya. Dia sedang serius, bicara ke Ajo untuk melarang Ajo pergi.<br />
<br />
Ajo dilarang pergi bukan disebabkan oleh karena di luar sedang hujan, melainkan karena Bu Asih tidak setuju kalau Ajo pergi karena ingin bergabung jadi anggota BARACAS, yang bermarkas di daerah Dago Utara itu.<br />
<br />
"Denger Mama, Jo…..”, kata Bu Asih dengan nada suaranya yang nyaris putus asa.<br />
Ajo berdiri, Bi Asih ikut berdiri, lalu memegang tangan Ajo untuk mencegah Ajo jangan pergi.<br />
“Ajo pengen nyepi dulu…”, kata Ajo. Suaranya mengandung rasa kesal, entah pada siapa.<br />
“Jangan, Jooo!!!”, kata bu Asih dengan agak teriak. Dia tarik tangan Ajo. Ibu Asih benar-benar tidak ingin Ajo pergi.<br />
<br />
Bersamaan dengan itu, Rini keluar dari kamarnya. Sebetulnya Rini sudah tahu dari awal mengenai persoalan yang sedang dihadapi oleh kakaknya, sehingga Rini juga tahu masalah apa yang sedang dipersoalkan oleh Ibu dan kakaknya saat itu. <br />
<br />
Tapi Rini bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan, selain masuk kamar dan telungkup di atas kasurnya selepas shalat maghrib. Rini juga tak ingin kakaknya pergi bergabung dengan BARACAS.<br />
<br />
Saat dia keluar lagi dari kamarnya, dia hanya bisa nyandar di tembok yang dekat pintu kamarnya. Di pipinya adalah air mata.<br />
<br />
Di luar, terdengar suara petir.<br />
<br />
“Biar Mama yang ngomong ke Winny..!”, kata bu Asih. “Obrolin dulu sama Winni. Biar Winny jelasin masalahnya”<br />
“Mama, jangan sebut nama dia!”, Ajo teriak. “Males dengernya! Cewek tai lah!”<br />
“Tapi jangan ke Baracas, Jo!”, kata Bu Asih setelah diam sebelumnya. Nampaknya bu Asih sangat bimbang.<br />
“Aa, jangan, A”, Rini teriak, berharap bisa mencegah Ajo pergi. Dia membawa handphone dan kemudian mulai menghubungi seseorang.<br />
Ajo melepas tangan Ibunya yang sedari tadi memegang tangan Ajo.<br />
“Gak apa-apa, Ma”<br />
“Jangan ke BARACAS, Jo”, kata Bu Asih, suaranya mulai kedenger seperti orang yang sedang nahan untuk jangan sampai nangis.<br />
“Tenang, Ma. Gak apa-apa. Di sana juga banyak orang”, kata Ajo. Ia pandang ibunya. “Ajo akan baik-baik aja”<br />
<br />
3<br />
Ketika Ajo pergi, bu Asih langsung duduk dengan keadaan dirinya yang lunglai. Dia benar-benar merasa tak berdaya, hanya bisa memandang Ajo mulai membuka pintu rumah. <br />
<br />
Seseorang yang dihubungi via handphone oleh Rini itu ternyata adalah Winny, pacar Ajo.<br />
“Teteh,...Aa.....”, Ucap Rini ke Winny dengan suaranya yang lirih sambil ia dudukkan dirinya di ubin.<br />
Entah apa yang dikatakan oleh Winny ke Rini, cuma Rini yang tahu.<br />
<br />
Ajo keluar dari rumah, tak lama kemudian terdengar suara motor. Itu adalah motor Ajo yang siap membawa Ajo pergi kemana Ajo ingin.<br />
<br />
“Joooo!!!!”, bu Asih teriak sambil bangkit dari duduknya berusaha mengejar Ajo, tapi yang nyata kemudian bu Asih malah terkulai di ubin. Dia pingsan.<br />
“Teteeeeeehhh!!!” , Rini teriak ke Winny, lalu dia berdiri, bergegas hendak membantu ibunya. “Mamahhh..!!!!”<br />
<br />
Oh, Ajo sudah pergi.<br />
<br />
4<br />
Dengan susah payah, Rini memindahkan ibunya ke kursi, bersamaan dengan aliran listrik seluruh Bandung mendadak padam!<br />
<br />
Di dalam rumah bu Asih jadi gelap dan hujan masih turun. <br />
“Mamaaaaahh…”, Rini menjerit. Dia menangis.<br />
<div>
<br />
5<br />
Rini merasa takut oleh banyak hal yang tidak jelas tetapi itu kuat, yang ia tahu hanya dirinya yang sedang merasa tak berdaya.<br />
<br />
Hanya ini yang dia pikirkan: Mama pingsan. Listrik padam dan Ajo bergabung dengan BARACAS!!<br />
<br />
6<br />
Kasihan Rini! Kasihan Bu Asih!<br />
<br />
<br />
(BERSAMBUNG)</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-26075533501925144482016-01-06T00:34:00.003-08:002016-01-07T18:08:13.401-08:00Milea, Suara Dilan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYy_GDIDJMRXqQaCutt2daTDR7SOdMs3HBgDKrVnJIINcW89qoBA_QMvlU2zKBkb6ULNWcTb1BnrR5tgR69LrJqvXHV0YZ0o4EPoO9OGvkxWlwdQQpjo_u7lrwd5I4tNmIphkLiD6Qk2E1/s1600/Milea.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYy_GDIDJMRXqQaCutt2daTDR7SOdMs3HBgDKrVnJIINcW89qoBA_QMvlU2zKBkb6ULNWcTb1BnrR5tgR69LrJqvXHV0YZ0o4EPoO9OGvkxWlwdQQpjo_u7lrwd5I4tNmIphkLiD6Qk2E1/s320/Milea.jpg" width="222" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
SEDANG DIEDIT</div>
<br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com28tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-9045019542598415872015-08-05T06:23:00.002-07:002015-11-27T22:50:02.808-08:00DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990 (Edisi Revisi)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbpR6AY1T4WOmFgDjIollvXaqPdbsHpmi_xZ5zGdIZxy_8MRPeidZfZjFhodaqm3FmI0nB27v-v42yTRBpq06eDjJfrPHEttoECpsUOJt3Tcd0lKzd3qYbn7kFRnFMgMg6Xp877Qlhd6H2/s1600/covernya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbpR6AY1T4WOmFgDjIollvXaqPdbsHpmi_xZ5zGdIZxy_8MRPeidZfZjFhodaqm3FmI0nB27v-v42yTRBpq06eDjJfrPHEttoECpsUOJt3Tcd0lKzd3qYbn7kFRnFMgMg6Xp877Qlhd6H2/s400/covernya.jpg" width="276" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik8oCYaBcWx_85U2F5ne9y7cu0rVau0HYuHgogdaTjWhm1dE8IL6DiuwK4jWiwFnxFqKYZzv23aWNQCKeI_3NJlTCK2xytdtCqDU332UEBhdnfh5bbAeItRUVeIX4UutO3bTk6pZYnm80Z/s1600/Milea+hey.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik8oCYaBcWx_85U2F5ne9y7cu0rVau0HYuHgogdaTjWhm1dE8IL6DiuwK4jWiwFnxFqKYZzv23aWNQCKeI_3NJlTCK2xytdtCqDU332UEBhdnfh5bbAeItRUVeIX4UutO3bTk6pZYnm80Z/s320/Milea+hey.jpg" width="232" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">1. AKU</span></div>
<br />
1<br />
Namaku Milea. Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan, dan tadi baru selesai makan jeruk.<br />
<br />
Nama belakangku, diambil dari nama ayahku. Seseorang yang aku kagumi, dan dia adalah prajurit TNI Angkatan Darat. Dia lahir di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.<br />
<br />
Ibuku, namanya Marissa Kusumarini. Oleh teman-temannya biasa dipanggil Icha. Dia mojang Bandung yang lahir di Buah Batu. Sebelum dinikah dan lalu diboyong ke Jakarta oleh ayahku, ibuku adalah seorang vocalist band yang lumayan dikenal di masyarakat musik Bandung pada masanya.<br />
<br />
Ibuku, meski waktu itu masih remaja, tapi sudah bermain musik sama orang-orang yang sudah tua dan keren, seperti Uwak Gito Rollies, Kang Deddy Stanza. Juga dengan Kang Harry Rusli, yang waktu itu bikin kelompok musik Gang of Harry Roesli. Dan kata ibu, mereka semua adalah gurunya.<br />
<br />
Menurutku, ibu punya suara yang bagus. Sepanjang waktu selalu siap untuk nyanyi atau bersenandung di mana saja, terutama di kamar mandi dan di dapur ketika masak. Dia juga suka bermain gitar sambil nyanyi di ruang tamu dan menyebut nama Bee Gees ketika kutanya lagu siapa itu?<br />
“Ini judulnya 'I Started A Joke',” jawab ibu.<br />
“Bagus! Aku suka.”<br />
<br />
Oleh dirinya, musik benar-benar menjadi bagian dari keluarga. Dan ayah mendukungnya dengan kekuatan militer.<br />
<br />
Aku merasa bersemangat tentang hal ini. Dia menyambut anak-anaknya kepada pengalaman seninya. Membantuku untuk melihat banyak hal dalam lebih dari satu sudut pandang. Menjadi terbuka untuk semua ekspresi. Ini menjadi hal penting untuk kau bisa memahami kepribadianku.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkx2GphYm0_foAHLIMaTql37mNSiQMy-1XVSKSlz83UkJ9P-msJ1eoEGw9E-wORnIv8r3DIuFJj3ZihyphenhyphenwUcMrDObCjVob66LorRtov0GqobEGq9OOF6t4uYogivHNAjS3oYFH8FmUr9zrh/s1600/ayah+ibu+dan+airin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkx2GphYm0_foAHLIMaTql37mNSiQMy-1XVSKSlz83UkJ9P-msJ1eoEGw9E-wORnIv8r3DIuFJj3ZihyphenhyphenwUcMrDObCjVob66LorRtov0GqobEGq9OOF6t4uYogivHNAjS3oYFH8FmUr9zrh/s320/ayah+ibu+dan+airin.jpg" width="320" /></a></div>
2<br />
Sejak kecil, aku tinggal di Jakarta, yaitu di daerah kawasan Slipi. Tahun 1990, ayahku dipindah tugas ke Bandung, sehingga ibuku, aku, adik bungsuku, pembantuku, dan semua barang-barang di rumah pun jadi pada ikut pindah.<br />
<br />
Rumahku, yang di Buah Batu, tepatnya di Jalan Banteng, adalah milik Kakekku, Bapak Abidin, yaitu ayah dari ibuku. Tapi, kakekku sudah meninggal pada bulan Mei tahun 1989.<br />
<br />
Kabar bahwa kami mau pindah ke Bandung, membuat nenek sangat senang dan meminta kami untuk tinggal di rumahnya. Tapi sayang, tahun 1990, kira-kira sebulan sebelum kami pindah, nenekku wafat.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF4X-hy3FsFOH7SPBWGLHqUYSkAXqgrH3iZEVSNAO6mbiguCuNweNX2o6rEi4mmsPzCeKMs8HElrZfqDSADAwrf1UdJBZ54VM9Pf-s7W3JS80WVk670VnmsA9D1pNXoXqatw6oC1Eb7bgk/s1600/rumahku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="257" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF4X-hy3FsFOH7SPBWGLHqUYSkAXqgrH3iZEVSNAO6mbiguCuNweNX2o6rEi4mmsPzCeKMs8HElrZfqDSADAwrf1UdJBZ54VM9Pf-s7W3JS80WVk670VnmsA9D1pNXoXqatw6oC1Eb7bgk/s400/rumahku.jpg" width="400" /></a></div>
Rumah nenek yang berukuran type 70 itu, kemudian jadi milik ibuku sepenuhnya, karena ibuku anak tunggal. Ada halaman di depannya, meskipun ukurannya tidak luas, tapi cukup. Tempat tumbuh berbagai bunga dan satu pohon jambu, yaitu jambu batu, yang ibuku suka kesel kalau sudah mulai banyak ulatnya.<br />
<br />
3<br />
Aku juga pindah sekolah ke SMA Negeri yang ada di daerah Buah Batu, Bandung.<br />
<br />
Bagiku, itu adalah sekolah yang paling romantis sedunia, atau kalau enggak, minimal se-Asia, lah. Bangunannya sudah tua, tapi masih bagus karena keurus.<br />
<br />
Di halaman depan sekolah, ada tumbuh pohon besar. Cabangnya banyak dan bagus kalau dilihat senja hari, dan siang kalau mendung, juga pagi kalau mau. Sebagian orang percaya pohon itu berhantu, tapi aku gak takut, kecuali kalau harus tidur sendirian di situ malam hari.<br />
<br />
Tahun 2001, waktu aku datang untuk reuni, aku sudah tidak melihat ada pohon itu lagi di sekolah. Entah kapan ditebangnya.<br />
<br />
Dulu, jalan yang ada di depan sekolahku, cuma jalan biasa. Lebarnya kira-kira tiga meter dan belum banyak kendaraan yang lewat, termasuk angkot. Sehingga untuk bisa nyampe di sekolah, aku harus mau berjalan sepanjang kira-kira 300 meter, yaitu setelah aku turun dari angkot di daerah<br />
pertigaan jalan itu.<br />
<br />
Sekarang jalan itu sudah berubah, sudah jadi jalan raya yang dipadati oleh banyak kendaraan. Dulu, motor juga belum banyak. Hanya beberapa orang saja yang pake. Sebagian besar bepergian dengan angkot atau bemo.<br />
<br />
Rasanya, waktu itu, Bandungnya masih sepi, masih belum banyak orang. Tiap pagi masih suka ada kabut dan hawanya cukup dingin, seperti menyuruh orang untuk memakai sweater atau jaket kalau punya. Dan kalau cuaca sangat dingin, akan keluar uap dari mulutmu, yaitu ketika kau bicara.<br />
<br />
Bagiku, selain bagus dan romantis, sekolah itu adalah tempat khusus yang menyimpan kenangan masa laluku ketika masih remaja, terutama menyangkut seseorang yang pernah bersamaku, yang<br />
pernah selalu mengisi hari-hariku.<br />
<br />
Itu adalah kenangan yang paling susah kulupakan, bahkan ketika aku ingin. Dan malam ini akan aku ceritakan kisahnya, bersama rindu yang tak bisa kuelakkan<br />
<br />
4<br />
Kisah itu akan aku tulis semuanya sesuai dengan apa yang terjadi waktu itu, meskipun tidak akan mungkin detail, tetapi itulah intinya. Beberapa nama tempat dan nama orang ada yang sengaja kusamarkan, untuk tidak merembet menjadi suatu persoalan dengan pemilik tempat dan orang yang bersangkutan.<br />
<br />
Semua, akan kutulis dengan menggunakan cara si dia di dalam bergaya bahasa. Entah gaya apa, pokoknya kalau dia bicara, bahasa Indonesianya cenderung agak Melayu dan nyaris seperti baku. Kedengernya sedikit tidak lazim, seperti bahasa Melayu Lama yang biasa digunakan oleh Sutan Takdir Alisyahbana.<br />
<br />
Tapi, itu bukan hal yang penting untuk kita persoalkan, ini cuma caraku saja untuk sekadar bisa mengenang khas dari dirinya<br />
<br />
5<br />
Sebelumnya, aku mau cerita dulu di mana posisiku yang sekarang. <br />
<br />
Malam ini, aku sedang di ruang kerjaku bersama hot lemon tea dan lagu-lagu Rolling Stones, di kawasan Jakarta Pusat yang gerah.<br />
<br />
Mari kita mulai, dan inilah ceritanya:<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">2. SANG PERAMAL</span></div>
<br />
<br />
1<br />
Pagi itu, di Bandung, pada bulan September tahun 1990, setelah turun dari angkot, aku berjalan bersama yang lain untuk menuju ke sekolah.<br />
<br />
Sebagian ada yang jalan berkelompok, sedangkan aku berjalan sendirian, menembus kabut tipis bersama udaranya yang dingin. Cahaya matahari yang menerobos dedaunan, membuat bercakan cahaya di jalan aspal yang sedang aku lalui.<br />
<br />
Saat itulah aku mendengar suara sepeda motor yang datang dari arah belakang. Suara knalpotnya sedikit agak berisik, lalu kutengok sebentar, pengendaranya memakai seragam SMA, kemudian aku mencoba untuk tidak fokus pada itu.<br />
<br />
Langsung bisa kusadari ketika sepeda motor itu mulai sejajar denganku, jalannya diperlambat, seperti sengaja agar bisa menyamai kecepatanku berjalan. Serta merta aku merasa berada dalam situasi yang tidak nyaman, bahkan aku gak tahu apa yang harus kulakukan selain terus berjalan. Aku gak tahu apa yang dia inginkan.<br />
<br />
Aku hanya berpikir dia adalah salah satu dari anak nakal di dunia, yang suka menggoda perempuan di jalanan. Pikiranku mengembara. Meskipun saat itu banyak orang yang pada mau pergi sekolah, aku merasa harus tetap waspada, khawatir barangkali dia mau berbuat buruk kepadaku.<br />
<br />
Aku benar-benar tidak pernah berpikir bahwa dia akan menyapaku kemudian:<br />
“Selamat pagi,” katanya.<br />
<br />
Sebenarnya aku bingung bagaimana harus memahami situasi macam itu. Aku mencoba menyembunyikan diriku yang gugup.<br />
<br />
Kulihat wajahnya sebentar, dia tersenyum. Aku menjawab sambil mendorong helaian rambutku ke belakang telinga: “Pagi,”<br />
“Kamu Milea, ya?”, tanya dia kemudian, mencoba membuat percakapan<br />
“Eh?” Aku tersentak. Kutoleh lagi dirinya, memastikan barangkali aku kenal, nyatanya tidak.<br />
<br />
Dia menatapku dan tersenyum.<br />
“Iya.”, kataku. Alasan utamaku menjawab adalah sekadar untuk bisa bersikap ramah<br />
“Boleh gak aku ramal?” dia nanya lagi<br />
“Ramal?”<br />
<br />
Aku langsung heran dengan pertanyaannya. Apa maksudnya? Kok, meramal? Kok, bukan kenalan? Aku tidak mengerti.<br />
<br />
“Iya,” katanya. “Aku ramal, nanti kita akan bertemu di kantin.”<br />
<br />
Dia pasti ngajak bercanda, tapi aku gak mau. Maksudku, aku tidak mau bercanda dengan orang yang belum kukenal. Asli, aku gak tahu siapa dia. Betul-betul gak tahu. Mungkin satu sekolah denganku, tapi aku belum mengenal semua siswa yang ada di sekolahku, termasuk dirinya. Harap maklum, aku hanya murid baru. Baru dua minggu.<br />
<br />
“Mau ikut?” dia nanya.<br />
<br />
Enak aja, belum kenal sudah ngajak semotor. Bagaimana bisa begitu mudah baginya? Aku tidak bisa mengerti!<br />
“Makasih,” jawabku tanpa menoleh kepadanya.<br />
“Oke,” katanya. “Suatu hari, kamu akan naik motorku. Percayalah.”<br />
<br />
Kupilih diam, karena gak tahu harus gimana.<br />
“Duluan, ya!” katanya kemudian.<br />
Kupakai bahasa wajah, untuk mengungkap kata “iya”.<br />
Habis itu, dia pergi, memacu motornya.<br />
<br />
Kupandang dia yang berlalu. Baju seragamnya berkelebatan, dan rambutnya berantakan diembus oleh angin.<br />
<br />
Huh!<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVAIawO8MV6XXJDHUSos-d4Up4dhQrmtDmiRadlBW6XwF2RktjdT1Nx79Hrn6nfyXrc-qT4_gWAAox1MUWHpCBCGFWerPE6rNP0WJvYycM3F6S4Apc-ksoFIhkU_yD4tZpwLlSVj1ecRIY/s1600/meramal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVAIawO8MV6XXJDHUSos-d4Up4dhQrmtDmiRadlBW6XwF2RktjdT1Nx79Hrn6nfyXrc-qT4_gWAAox1MUWHpCBCGFWerPE6rNP0WJvYycM3F6S4Apc-ksoFIhkU_yD4tZpwLlSVj1ecRIY/s320/meramal.jpg" width="237" /></a></div>
<br />
2<br />
Di kelas, sebelum pelajaran dimulai, aku cerita ke Rani dan Nandan (teman sekelasku yang sudah agak akrab denganku) tentang ada seorang anak SMA bermotor yang tadi bilang mau meramalku.<br />
“Siapa?” tanya Rani.<br />
“Gak kenal,” kujawab bersamaan dengan guru masuk untuk memulai pelajaran.<br />
<br />
Waktu jam istirahat, tadinya aku mau ke kantin, tapi sama sekali bukan untuk memenuhi ramalan anak itu. Boro-boro, kepikiran juga enggak. Aku hanya ingin membeli sesuatu untuk kuminum. Tapi Nandan, Ketua Murid kelas 2 Biologi 3, minta waktu ingin ngobrol denganku, katanya ada yang mau dibahas. Dia bilang, kalau aku mau minum, gampang, biar diasaja yang beli. Makasih kataku, kemudian dia pergi ke kantin.<br />
<br />
Ketika balik lagi, dia membawa beberapa teh kotak. Saat itu, di kelas, selain ada Nandan, juga ada Rani dan Agus. Hal yang dibahas adalah tentang keinginan mereka untuk menunjuk aku menjadi sekretaris, dan sekaligus menjadi bendahara kelas 2 Biologi 3. Aku, sih, oke-oke saja. Bagiku, gampang, lah, itu.<br />
<br />
Pada waktu kami sedang ngobrol, muncul seseorang yang bilang permisi, lalu masuk ke kelas. Nandan, Rani, dan Agus, tahu siapa dia. Orang itu namanya Piyan, siswa dari kelas 2 Fisika 1,<br />
datang memberi aku surat, katanya itu surat titipan dari kawannya, tapi dia tidak menyebut nama kawannya itu.<br />
<br />
Dengan sedikit rasa heran, setelah Piyan berlalu, kubaca surat itu:<br />
<br />
<i>"Milea, ramalanku, kita akan ketemu di kantin, ternyata salah. Maaf. Tapi, aku mau meramal lagi: Besok, kita akan ketemu.”</i><br />
<br />
Habis itu aku langsung bisa tahu siapa gerangan pengirim<i> </i>surat. Ini pasti dia, orang yang tadi pagi naik motor dan bilang mau meramal.<br />
<br />
Nandan nanya ingin tahu surat apa itu, tapi kubilang itu surat biasa saja.<br />
<br />
Aku masukkan surat itu ke dalam tas sekolah, untuk kembali menyimak Nandan yang banyak bicara tentang ini itu dan lumayan membosankan.<br />
<br />
Serius, dari semenjak kudapat surat itu, aku sudah tidak bisa lagi konsentrasi dengan kata-kata mereka. Entah Nandan ngomong apa. Pikiranku, entah gimana, sebagian besar, mendadak melayang kepada Sang Peramal<br />
<br />
3<br />
Hari hujan ketika bubar sekolah. Aku dijemput pamanku. Dia itu adik dari ayahku, mahasiswa Jurusan Arsitektur tingkat akhir di perguruan tinggi swasta yang ada di Bandung, namanya Fariz. Dia sudah lama di Bandung dan kos di jalan Ciumbuleuit.<br />
<br />
Ayah nyuruh paman menjemputku, supaya bisa lekas datang ke rumah dinasnya, karena ada sedikit keperluan.<br />
<br />
Di jalan pulang, entah gimana, ramalan orang itu yang bilang bahwa besok akan bertemu, terus saja kepikiran.<br />
<br />
4<br />
Apa? Besok bertemu? Bukankah besok itu hari Minggu?<br />
<br />
Segera aku langsung bisa nebak: ramalannya sudah pasti gagal lagi. Bagaimana mungkin bisa bertemu, kalau tidak di sekolah?<br />
<br />
Dari awal, aku sudah tahu dia itu memang tukang ramal amatir! Aslinya sih hanya anak nakal, yang suka iseng menggoda perempuan. Huh!<br />
<br />
Atau kalau itu baginya adalah modus untuk mendekati diriku, dia harus segera tahu bahwa aku ini orangnya selektif.<br />
<br />
5<br />
Di hari Minggu, waktu aku sedang nyuci sepatu, aku mendengar bel rumah berbunyi, karena dipijit oleh tamu. Aku teriak manggil Si Bibi untuk meladeni tamu itu.<br />
<br />
Kebetulan, hari itu, di rumah, hanya ada aku dan Si Bibi. Ayah, ibu, dan adik bungsuku sedang pergi ke Cijerah untuk acara pernikahan saudara.<br />
<br />
Si Bibi bergegas nemui tamu itu, lalu balik kembali menemuiku:<br />
“Tamu,” katanya. “Mau ke Lia.” Lia itu nama panggilanku di rumah.<br />
<br />
Aku bersihkan tanganku dari busa dan langsung ke sana, nemui tamu itu.<br />
<br />
Ya Tuhan, aku kaget, ternyata tamunya adalah Sang Peramal.<br />
<br />
Aku senyum kepadanya yang tersenyum kepadaku. Entah gimana, saat itu aku merasa seperti sedang menjalin kontak batin antara aku dengannya, membahas apa yang diramalnya benar-benar terjadi, tetapi tidak saling dikatakan.<br />
“Hei,” kusapa dia.<br />
“Ada undangan,” dia langsung bilang begitu, seraya menyodorkan sebuah amplop dan berdiri, di depan pintu.<br />
“Undangan apa?” kupandangi amplop itu dan sedikit agak bingung.<br />
“Bacalah,” katanya. “Tapi nanti.”<br />
“Oke,” kataku memandangnya.<br />
“Bacalah bahasa Arabnya apa, Yan?”<br />
Dia nanya ke Piyan yang saat itu datang bersamanya.<br />
“Apa, ya?” Piyan balik nanya.<br />
“Oh! Iqra,” katanya menjawab pertanyaan sendiri.<br />
“Iqra, Milea!” kata dia lagi kepadaku.<br />
Aku ketawa tapi sedikit. Entah mengapa, hanya bisa sesekali saja kupandang matanya.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic4e9RMgpQHOKZDTmUAR79XPudQupYNysimPoQ1cJZx5jDR8dHOWicov-pb3hf05FxJPO_Ms9mLOPukKG_xVrGncab0dPREGBgylERqZ6rLEGpYq8D3vb3Tpdqt-B7zZUtV6scquQdWy0m/s1600/Dilan+dan+piyan+ke+rumah+Milea+jadi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic4e9RMgpQHOKZDTmUAR79XPudQupYNysimPoQ1cJZx5jDR8dHOWicov-pb3hf05FxJPO_Ms9mLOPukKG_xVrGncab0dPREGBgylERqZ6rLEGpYq8D3vb3Tpdqt-B7zZUtV6scquQdWy0m/s320/Dilan+dan+piyan+ke+rumah+Milea+jadi.jpg" width="236" /></a></div>
“Aku langsung, ya?” katanya permisi untuk pergi.<br />
“Kok, tahu rumahku?” kutanya.<br />
“Aku juga akan tahu kapan ulang tahunmu.”<br />
“He he he.”<br />
“Aku juga tahu siapa Tuhanmu.”<br />
“Allah,” kujawab sendiri.<br />
“Iya, kan?”<br />
Aku jawab hanya dengan senyum.<br />
“Aku pergi dulu, ya?” kata dia.<br />
“Iya,” kujawab.<br />
“Assalamu ‘alaikum jangan?!” dia nanya.<br />
“Assalamu ‘alaikum,” jawabku.<br />
“Alaikum salam,” katanya.<br />
Aku gak tahu harus bilang apa, selain cuma bisa senyum.<br />
<br />
6<br />
Aduh, Tuhan, siapa, sih, dia itu! Tanyaku dalam hati.<br />
<br />
Maksudku, selain seorang peramal, aku ingin tahu siapa dia itu sesungguhnya. Dan, mengapa tadi aku harus gugup di depannya?<br />
<br />
Aku masuk kamar dan senyum sendiri, terutama karena memikirkan soal ramalannya yang benar. Tapi, kenapa dia tidak membahasnya? Membahas soal ramalan itu? Atau sengaja? Ah, entahlah.<br />
<br />
Aku baca surat undangan darinya itu sambil selonjoran di atas kasur.<br />
<br />
Itu adalah surat undangan yang ditulis dengan mesin tik di atas kertas HVS:<br />
<br />
<i>“Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan ini, dengan penuh perasaan, mengundang Milea Adnan untuk sekolah pada: Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu.” </i><br />
<br />
Semua nama hari di jadwal itu, lengkap disertai dengan tanggal. Aku senyum. Di dalamnya ada nama: Tuan Hamid Amidjaya. Itu adalah nama kepala sekolahku, ditulis sebagai orang yangturut mengundang. Aku istigfar! Di tiap sisi kertas, ada gambar hiasannya. Dibikin pake<br />
spidol. Gambarnya bagus. Entah bikinan siapa. Aku suka.<br />
<br />
Setelah aku baca surat itu, aku tak mengerti mengapa aku langsung merasa tak ingin pergi dari atas kasurku, aku benar-benar seperti orang yang sedang ditawan oleh rasa penasaran karena ingin tahu siapa dia itu sebenarnya.<br />
<br />
Sambil tiduran, aku jadi seperti orang yang sedang menerawang, memandang atap kamarku. Ketika ada terbayang wajahnya, langsung kupejamkan mataku, agar dengan begitu aku bisa mengusirnya,<br />
karena aku merasa itu gak perlu dan gak penting!<br />
<br />
7<br />
Ah, sial.<br />
Semua hal tentang dirinya hampir membuat aku lupa untuk melanjutkan tugas nyuci sepatu. Langsung kusimpan surat itu di dalam laci meja belajar, sambil senyum-senyum sendirian, dan langsung pergi ke kamar mandi, menemui sepatuku.<br />
<br />
Kucuci sepatu itu dengan pikiran yang penuh dengan dirinya, dan berusaha kulupakan dengan cara menyanyi. Tapi susah, tetap saja kepikiran meskipun sesekali.<br />
<br />
Aduh, siapa, sih, dia itu? Setahuku, dia satu sekolah denganku, tapi tidak sekelas denganku. Cuma itu. Itu saja. Tapi, aku tidak tahu siapa namanya. Kenapa dia tidak memberitahu namanya di saat pertama kali jumpa itu? Haruskah aku yang nanya?<br />
<br />
Oh, sori, ya, gak mau!<br />
<br />
8<br />
Kudengar telepon rumah berdering. Aku senang, karena itu dari Beni, pacarku di Jakarta. Dia satu sekolah denganku waktu masih di Jakarta, dan sekarang kami menjalin pacaran jarak jauh.<br />
<br />
Beniku keren, kau harus tahu itu. Dia tampan, meskipun tidak tampan-tampan amat, tapi cukup dan kukira dia baik. Ayahnya seorang artis film terkenal yang kadang-kadang suka aku banggakan kepada ayah-ibuku dan teman-temanku.<br />
<br />
Beni sangat menyayangiku. Aku juga begitu kepadanya. Meskipun suka bertengkar, tapi selalu bisa diselesaikan dengan baik. Sayangnya habis itu suka bertengkar lagi. Hampir setiap hari, Beni selalu meneleponku untuk melepas rasa rindu dan hal lain sebagainya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3eeiKNYLHbUHfMS7flcHuRQf88B9LC4TLZsDmDoFcMzK9B2ceM2M3ka7iaYq4OyoGRFJNDJA-wu0pl2yGB4uY45SZeRxIWgc_Ed76aeSwS6FhFVrKDI0lWvDULOcCYxlZz_9AezgRcDfj/s1600/dilanf.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="284" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3eeiKNYLHbUHfMS7flcHuRQf88B9LC4TLZsDmDoFcMzK9B2ceM2M3ka7iaYq4OyoGRFJNDJA-wu0pl2yGB4uY45SZeRxIWgc_Ed76aeSwS6FhFVrKDI0lWvDULOcCYxlZz_9AezgRcDfj/s320/dilanf.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">3. DIA ADALAH DILAN</span></div>
<br />
1<br />
Hari Senin, di tengah-tengah barisan siswa yang ikut upacara, aku berharap tidak ada satu pun orang yang tahu bahwa diam-diam mataku mencari dirinya, meskipun aku sendiri tidak tahu untuk apa juga kucari. Mungkin cuma ingin lihat saja. Tidak lebih. Boleh, kan?<br />
<br />
Tapi sampai upacara bendera sudah akan selesai, orang itu, Sang Peramal itu, tak berhasil kutemukan.<br />
Di manakah dia? Hatiku bertanya. Jangan-jangan tidak sekolah? Aku tidak tahu. Ah, ngapain juga kupikirin!<br />
<br />
Emang, siapa dia?<br />
<br />
2<br />
Seorang guru, tiba-tiba memberi komando dengan melalui pengeras suara meminta seluruh siswa untuk jangan dulu bubar dari barisan.<br />
<br />
Kupandang ke depan karena ingin tahu soal apa gerangan,tapi justru di saat itulah aku bisa melihat dirinya.Sang Peramal itu ada di sana, berdiri di depan, menghadap ke arah kami, bersama dua kawannya.<br />
<br />
Dia berdiri di sana karena dibawa oleh guru BP (BimbinganPenyuluhan), setelah berhasil ditemukan dari tempatnya sembunyi, untuk menghindar ikut upacara bendera.<br />
<br />
Dia dan dua orang temannya disebut PKI oleh guru BPitu. Aku tidak mengerti apa sebabnya seseorang sampaidisebut PKI hanya gara-gara tidak ikut upacara bendera. Entahlah. Apakah karena saat itu aku hidup di jaman ORBA (Orde Baru)?<br />
<br />
Nun di sana, di tempat dia berdiri, entah gimana aku merasa yakin, dia sedang menyadari bahwa ada seseorang bernama Milea yang sedang memandangnya di tengah barisan peserta upacara.<br />
<br />
Atau tidak?<br />
<br />
Tapi yang pasti, sebagaimana yang lainnya, aku juga sedang memandang dia dari jauh dengan perasaan yang sulit kumengerti.<br />
“Dia lagi!” bisik Revi seperti ngomong pada dirinya<br />
sendiri.<br />
Revi adalah teman sekelas, yang berdiri di sampingku.<br />
“Siapa dia?” kutanya Revi<br />
“Dilan.”<br />
“Oh.”<br />
<br />
Sejak saat itu aku jadi tahu namanya. Kata Rani, di kelas, setelah upacara bendera, Dilan itu<br />
anak kelas 2 Fisika 1 dan anggota geng motor yang terkenal di Bandung. Jabatannya adalah Panglima Tempur.<br />
<br />
Ya namanya Dilan!<br />
<br />
Kalau tidak salah aku sering membaca namanya ditulis di tembok-tembok pake pilox. Baru tahu, ternyata dia orangnya!<br />
<br />
Sejak semua itu aku betul-betul jadi merasa takut. Aku juga jadi langsung berpikir Dilan pasti sangat nakal dan mungkin jahat. Meskipun aku yakin, dia tidak seperti yang kuduga. Lagi pun kalau benar dia begitu, mengapa juga harus takut, toh, siapa pun dirinya, ayahku seorang tentara, yang akan siap menembaknya jika harus.<br />
<br />
Tapi, tetap aja aku merasa harus menjauh darinya. Jangan biarkan dia melakukan apa pun yang akan membuatku dalam kesulitan. Aku tidak ingin membuangbuang<br />
waktu untuk mengenal anak nakal seperti itu secara lebih jauh.<br />
<br />
Pokoknya, mulai besok, aku harus waspada seandainya dia berusaha mendekati. Dan tidak perlu terlalu menggubris apa pun yang ia lakukan padaku, jika hal itu adalah bagian dari usahanya untuk melakukan pendekatan. Ini bukan aku bermaksud kasar kepadanya, tapi karena aku tahu itu harus. Kalau dia ingin jadi pacarku, katakanlah begitu, aku yakin dia akan minder setelah tahu siapa Beni. Harusnya, dia mundur daripada harus kecewa karena cinta yang tak sampai.<br />
<br />
3<br />
Bubar dari sekolah, cuaca sedang mendung, aku pulang bersama kawan-kawan. Ada Dilan menyusulku dengan motornya. Aku langsung bisa yakin dia pasti akan mengajak aku pulang bersamanya naik motor. Nyatanya tidak, padahal aku sudah menyiapkan berbagai alasan untuk bisa menolaknya.<br />
<br />
“Kamu pulang naik angkot?” dia nanya.<br />
Kujawab dengan anggukan yang sedikit agak judes. Harusnya itu cukup untuk membuat dia tahu bahwa aku sedang tidak ingin diganggu, bahkan tidak ingin membuat obrolan dengannya. Pokoknya saat itu aku merasa sedang berubah di<br />
dalam menilainya.<br />
“Aku ikut ...,” katanya di atas motor yang lajunya sengaja dibikin pelan untuk bisa sejajar denganku.<br />
“Ikut apa?” tanyaku tanpa menoleh. Aku hanya tidak ingin menjadi akrab dengannya.<br />
“Naik angkot,” jawabnya.<br />
Aku diam, gak mau meladeni omongannya.<br />
“Boleh aku ikut denganmu?”<br />
Aku ingin bilang: ”Terserah,” tapi aku kuatir dengan jawaban itu nanti dia akan nyangka seolah-olah aku sudah membolehkan. Karena bingung, jadi aku memilih untuk diam.<br />
“Boleh aku ikut denganmu?” dia nanya lagi.<br />
“Gak usah,” kataku akhirnya sambil memandangnya<br />
sebentar.<br />
“Kan, angkot buat siapa aja.”<br />
Aku diam. Bahkan aku gak tahu harus bersikap gimana ke dia.<br />
<br />
Ah! Apa sih maunya orang ini? Lagian kalau dia ikut, emang mau ikut kemana? Kalau mau pulang, pulang aja sendiri!<br />
“Boleh aku ikut denganmu?”<br />
Aku masih diam.<br />
“Boleh?” dia nanya lagi.<br />
“Kamu, kan, naik motor?” kataku dengan nada sedikit ketus.<br />
“Oh! Gampang. Nanti, motorku dibawa kawan,”<br />
katanya.<br />
<br />
Terserah deh! Aku diam dan terus berjalan dengan memandang ke depan, bersikap seolah-olah gak mau peduli kepadanya.<br />
“Oke. Aku nyimpen motor dulu ya?” katanya sambil pergi.<br />
“Eh?”<br />
<br />
Ah! Sial.<br />
<br />
Tak lama setelah itu, dia datang lagi dengan sedikit berlari. Aku tak ingin tahu disimpan di mana motornya. Itu bukan urusanku, termasuk kalau hilang.<br />
<br />
Di angkot, dia duduk di sampingku. Itu membuat aku benar-benar jadi kikuk dan mati gaya.<br />
“Ini hari pertama aku duduk denganmu,” bisiknya.<br />
Tidak kurespons, karena gak penting.<br />
<br />
Kuambil buku, lalu kubaca. Mudah-mudahan bisa membantu mengalihkan pikiranku kepadanya. Mudah-mudahan bisa membantu membuat dia mengerti untuk jangan mengganggu orang yang sedang baca buku. Tapi dia berbisik, suaranya kudengar pelan sekali menyebut namaku:<br />
“Milea.”<br />
Aku diam. Tidak kutanggapi.<br />
“Kamu cantik,” katanya sesaat kemudian, dengan suara yang pelan tanpa memandangku.<br />
<br />
Heh?<br />
<br />
Serius, aku kaget. Hampir-hampir tak percaya diaakan bicara begitu.<br />
<br />
Aku bingung harus gimana dan berusaha memastikan bahwa kawan-kawanku di angkot, tidak mendengar apa yang dia katakan. Aku merasa seperti malu.<br />
“Makasih,” akhirnya kujawab juga sambil tetap baca buku, dengan intonasi yang datar, tanpa memandang dirinya.<br />
<br />
Dengan suara yang pelan bagai berbisik, kudengar dia bicara lagi:<br />
“Tapi, aku belum mencintaimu,” katanya.<br />
Aku diam.<br />
“Enggak tahu kalau sore,” katanya lagi kemudian.<br />
<br />
Ih! Suaranya pelan, tapi rasanya seperti petir.<br />
<br />
Aku diam, tidak mau merespons omongannya. Dia ngomong lagi: “Tunggu aja.”<br />
Aku masih diam tapi sebetulnya ingin teriak tepat di kupingnya:<br />
“Apa, sih, kamu ini?!” Tapi tidak kulakukan. Aku hanya berusaha untuk bersikap tidak akrab.<br />
Dia bicara lagi setelah diam beberapa saat sebelumnya.<br />
“Aku ramal,” katanya. “Kamu akan segera tahu namaku.”<br />
Mendengar dia ngomong gitu, demi Tuhan, aku ingin langsung bilang ke dia: “Udah tahuuu! Gak usah ramal-ramalan, deh. Udah, deh! Udah tahu! Kamu Dilan, kan? Panglima Tempur geng motor, kan? Geng motor yang suka bikin onar itu, kan? Anak jalanan yang suka nulis namanya pake pilox di tembok rumah orang itu, kan? Kamu Dilan, kan? Udah tahuuu! Udah deh! Mendingan kamu turun.”<br />
Tapi, kata-kata yang keluar malah: “Iya.”<br />
<br />
Ketika sudah sampai di pertigaan Jalan Gajah, aku turun dari angkot, dan langsung kaget, karena dia juga ikut turun. Saat itu aku nyaris khawatir bahwa dia akan ikut ke rumahku. Jika benar, aku akan sebisa mungkin berusaha melarangnya. Pokoknya jangan sampai terjadi!<br />
<br />
Syukurnya tidak. Dilan pamit pergi, naik angkot lagi, menuju arah sekolah. Aku ramal, dia pasti mau mengambil motornya.<br />
<br />
Tadi, sebelum naik angkot, dia sempat bilang:<br />
“Kamu tau, semua siswa itu sombong?”<br />
<br />
Aku merasa dia sedang menyindir sikapku kepadanya hari itu. Karena malas menjawab, kupilih diam. Dia berdiri di sampingku yang berdiri di atas trotoar. Aku se-ngaja gak mau langsung pulang, karena khawatir nanti dia akan ikut.<br />
<br />
Mengetahui aku diam, dia ngomong lagi:<br />
“Siapa yang mau datang ke ruang BP nemui Suripto?”<br />
Asalnya aku diam, tapi akhirnya kutanya: “Siapa?”<br />
Entah gimana aku seperti gak bisa nahan bicara.<br />
Dia senyum: “Cuma aku.”<br />
“Ooh!” kataku dengan bersikap dingin kepadanya.<br />
“Maaf kalau aku mengganggumu,” katanya kemudian dengan suara pelan.<br />
“Iya,” kujawab. “Tuh angkotnya,” kataku menunjuk angkot yang akan lewat. Aku tahu harusnya gak usah ngomong gitu, karena akan berkesan seolah-olah aku sedang mengusirnya, tapi justeru itu maksudku.<br />
“Aku cuma nganter, takut ada yang mengganggumu,” katanya sambil senyum dan melambaikan tangannya meminta angkot berhenti.<br />
<br />
4<br />
Ketika dia pergi, aneh, kemudian ada muncul perasaan bersalah karena sudah bersikap judes kepadanya. Pastilah dia sedih. Pastilah dia kesal. Aku juga pasti akan merasakan hal yang sama kalau diperlakukan orang seperti aku kepadanya.<br />
<br />
Sesampainya di rumah, Si Bibi memberi aku surat. Itu surat yang terbungkus dalam amplop warna ungu.<br />
<br />
Itu surat dari Beni!<br />
<br />
Kubaca suratnya, sambil terus kepikiran soal Dilan yang mungkin hari ini sudah kecewa dengan sikapku.Apa salahnya dia, Milea? Mengapa hari ini kau begitu, padahal baru kemaren kau tersenyum kepadanya dan sedikit terhibur oleh surat undangan yang dia berikan kepadamu?<br />
<br />
Maaf.<br />
<br />
Aku simpan surat Beni, surat yang penuh kata-kata mendayu berisi soal cinta dan rindu itu.<br />
Kata-kata indah yang dijiplak dari buku Kahlil Gibran dan puisi-puisi yang dia ambil dari majalah remaja tanpa ia cantumkan sumbernya agar aku menyangka itu adalah karyanya. Dia pikir, aku tidak pernah membaca puisi dan kata-kata itu sebelumnya.<br />
<br />
Ah, Beni kurang asyik! Maksudku, mungkin aku merasa bosan dengan Beni yang itu-itu melulu. Monoton dan juga biasa!<br />
<br />
5<br />
Si Bibi ngetuk pintu, manggil-manggil, menyuruh aku untuk makan. Aku keluar dari kamar dengan isi kepala yang mulai dikacaukan oleh pikiran tentang omongan Dilan di angkot itu:<br />
<br />
<i>“Milea, kamu cantik. Tapi, aku belum mencintaimu.Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja.”</i><br />
<br />
Kata-kata aneh yang terus nempel di kepalaku bahkan sampai malam harinya. Kata-kata itu, ketika kuingat lagi berhasil membuat aku ketawa sendirian di kamar, dan teriak dalam hati, seolah-olah aku tujukan ke Dilan:<br />
<br />
“Mau cinta, mau enggak. Dengar, ya, hai, kamu yang namanya Dilan. Terseraaahhh! Itu urusanmu! Emang gua pikiriiin!?”<br />
Tapi aku senyum habis itu.<br />
<br />
Setelah usai shalat Isya, aku dapat telepon dari Beni. Dia bicara lama sekali. Atau sebentar ya? Tapi, aku merasa itu lama sekali.Dan kata Beni, dia mau ke Bandung, nanti, minggu depan. “Lu senang?” Beni nanya apakah aku senang jika dia ke Bandung menemuiku?<br />
Kujawab: “Iya.”<br />
<br />
Memang, harusnya aku senang, Beni.<br />
<br />
Oke, kalau begitu. Baiklah, aku akan berusaha untuk senang. Insya Allah.<br />
Doain.<br />
<br />
6<br />
Itu hari Selasa, aku dapat surat dari Dilan. Entah bagaimana dia bisa nitip suratnya ke Rani. Isi suratnya pendek:<br />
<br />
<i>”Pemberitahuan: Sejak sore kemaren, aku sudah mencintaimu – Dilan!”</i><br />
<br />
Aku langsung terkesiap membacanya. Lalu dengan cepat, kututup surat itu. Aku jadi malu sendiri rasanya, dan aku berharap Rani tidak sudah membacanya, tapi kayaknya belum<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk3lnsldQbRM6Y1-goEs09MyRZp8rf8vp2wu0K5gkQnUHEQ7-PiJRHyukLCGyBCQGcXyMrganTsRWVJMYn4pbnmxPZmwl1suUIZ7lecUmkM4vAaEILbWFY6iR2By0xEgvyLkkZrnTdQxVg/s1600/rumah+bi+eem.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="316" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk3lnsldQbRM6Y1-goEs09MyRZp8rf8vp2wu0K5gkQnUHEQ7-PiJRHyukLCGyBCQGcXyMrganTsRWVJMYn4pbnmxPZmwl1suUIZ7lecUmkM4vAaEILbWFY6iR2By0xEgvyLkkZrnTdQxVg/s320/rumah+bi+eem.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"> 4. WARUNG BI EEM</span></div>
<br />
1<br />
Di kantin, pada waktu istirahat, aku duduk satu meja dengan Nandan, Dito, Jenar, dan Rani.<br />
<br />
Masing-masing makan batagor sambil bicara ini itu yang gak penting. Mereka semuanya teman sekelas, kecuali Jenar, dia anak kelas 2 Sosial.<br />
“Semua siswa makan di sini, ya?” tanyaku ke Rani.<br />
<br />
Sebetulnya itu adalah caraku untuk ingin tahu mengapa aku tidak pernah lihat Dilan ada di kantin? Kata Rani beberapa siswa tertentu lebih memilih nongkrong di warung Bi Eem.<br />
“Oh,” kataku.<br />
Langsung kutebak Dilan pasti di sana.<br />
“Biar pada bisa merokok,” kata Nandan.<br />
“Iya,” kata Rani.<br />
“Kan, dijadiin basecamp geng motor juga,” kata Nandan.<br />
“Iya?” tanyaku dengan diriku yang makin yakin bahwa Dilan selalu nongkrong di sana setiap waktu istirahat.<br />
“Iya,” jawab Nandan.<br />
“Pada gak berani datang ke situ,” kata Jenar.<br />
“Kenapa?” tanyaku.<br />
“Gak tau, males aja kali gabung sama mereka,” jawab Jenar.<br />
“Emangnya pada galak?” tanyaku.<br />
“Enggak, sih,” jawab Rani. “Ya, anak-anak nakal gitu, lah.” <br />
“Katanya suka pada minum-minum di situ ...,” kata Nandan.<br />
“Iya?” tanyaku, sedikit agak kaget mendengar informasi dari Nandan.<br />
“Di sana?” Rani juga nanya.<br />
“Katanya ...,” jawab Nandan.<br />
“Anak SMA lain juga suka pada nongkrong di situ,” kata Dito.<br />
“Iya, kan, markasnya ...,” Nandan menimpali.<br />
<br />
2<br />
Sebelum kuteruskan ceritanya, aku ingin menjelaskansedikit tentang warung Bi Eem, biar kamu jadi punya gambaran setiap kali aku menceritakan tempat itu.<br />
<br />
Sebetulnya yang disebut warung Bi Eem itu, adalah berupa rumah zaman baheula, yaitu rumah antik peninggalan orang yang lumayan kaya di zaman dulu.<br />
<br />
Rumah itu tidak keurus karena suami Bi Eem, sebagai keturunannya, secara ekonomi tidak senasib dengan leluhurnya, bahkan suami Bi Eem berstatus pengangguran.<br />
<br />
Dinding rumahnya terbuat dari kayu yang sudah lapuk dimakan waktu. Dicat warna hijau toska tapi sudah pudar karena sudah tidak pernah dicat ulang.<br />
<br />
Kamar yang paling depan, oleh Bi Eem disulap jadi warung, menghadap ke arah ruang tamu yang ada di sampingnya. Ruang tamu itu dindingnya cuma setengah, tempat duduk orang-orang yang jajan di warung Bi Eem.<br />
<br />
Posisi rumahnya berada di tikungan jalan itu, kalau gak salah bernomor 32. Di sampingnya berdiri sebuah gereja.<br />
<br />
Untuk bisa ke warung Bi Eem, kamu harus mau jalan sejauh kira-kira 100 meter dari sekolah.<br />
<br />
Di depan dan di samping rumah Bi Eem terdapat halaman. Di halaman depan ada tumbuh dua pohon jambu air. Halaman itu juga sering dijadikan tempat parkir motor oleh beberapa siswa tertentu. Luas halaman yang ada di depannya kurang lebih berukuran 2 kali 8 meter, sedangkan luas halaman yang ada di sampingnya kira-kira berukuran 1 kali 20 meter. Pagarnya berupa tembok yang sering dijadikan tempat duduk oleh siswa yang pada nongkrong di sana.<br />
<br />
Tahun 2001, waktu aku ke Bandung, aku merasa sedih ketika tahu rumah Bi Eem sudah gak ada. Sekarang<br />
telah berdiri di sana sebuah gedung mewah sebagai gantinya.<br />
<br />
Itulah gambaranku tentang warung Bi Eem.<br />
<br />
3<br />
Oke, kembali ke cerita, di mana aku sedang ngobrol bersama Nandan, Dito, Jenar, dan Rani di kantin.Tak lama dari itu, aku terkejut karena melihat Dilan datang ke kantin. Dia datang bersama Piyan dan satu orang lagi yang aku sudah lupa namanya (kalau gak salah Si Akew).<br />
<br />
Aku tahu harusnya aku bersikap biasa saja, tapi entah gimana, saat itu secara reflex aku menjadi salah tingkah.<br />
<br />
Dia datangi meja kami dan menyapaku: <br />
“Hei, Milea!”<br />
“Hei,” kujawab langsung dengan suara grogi.<br />
“Cuma nyapa,” katanya.<br />
“Iya,” jawabku dengan senyum dan sedikit agak kaku.<br />
Kamu harus tahu deh, mengapa saat itu aku bersikap jadi sedikit baik kepadanya. Bagiku, itu seperti aku sedang menebus dosa oleh sikap judesku kepadanya waktu dia ikut naik angkot bersamaku.<br />
“Eh, Yan,” tiba-tiba Rani nanya ke Piyan. “Wati gak sekolah, ya?”<br />
“Sakit katanya,” jawab Piyan. “Kenapa?”<br />
“Ada bukunya ketinggalan.”<br />
“Oh, ya, udah,” jawab Piyan. “Pulangnya nanti kuam46<br />
bil.”<br />
“Oke.”<br />
Setelah cuma makan bala-bala (semacam bakwan), Dilan pergi bersama kedua temannya, entah ke mana, mungkin ke kelas, tapi sebelum dia pergi, dia sempat bicara ke Nandan:<br />
“Kamu tau gak?”<br />
“Tau apa?” Nandan balik nanya.<br />
“Aku suka Milea.”<br />
Nandan tersenyum sambil sekilas memandangku.Rani, Dito, dan Jenar pada ketawa. Mukaku pasti merah dengan senyuman rasa bingung.<br />
“Tapi, malu mau bilang,” kata Dilan.<br />
“Itu, sudah bilang?” kata Nandan.<br />
Nandan ketawa kecil, tapi ada rasa kesalnya<br />
“Aku, kan, bilang ke kamu, bukan ke dia.”<br />
“Dia denger, kan?” tanya Nandan.<br />
“Mudah-mudahan.”<br />
<br />
Bisa kubaca mata Nandan, kayaknya dia merasa keganggu oleh kata-kata Dilan. Aku tebak, sih, gitu. Cuma nebak. Aku bukan ahli membaca bahasa tubuh. Hanya aku yakin, Nandan pasti langsung gak suka ke Dilan dari semenjak saat itu, dari semenjak Nandan tahu bahwa Dilan menyukaiku. Karena, kata Rani, Nandan itu naksir aku, tapi aku cuma senyum saja mendengarnya, karena mengenai soal itu, aku sudah bisa menduganya sendiri.<br />
<br />
Aku bisa tahu dari sikap dan perilaku Nandan kepadaku, termasuk suka nelepon malam hari untuk nanya-nanya soal PR, juga suka nraktir kami makan di kantin.<br />
<br />
Dia juga selalu berusaha membuatku ketawa dengan aneka macam bahan lawakan yang sudah sering kudengar dari orang lain, bagiku, itu tak lain dan tak bukan, adalah modus untuk mengambil hatiku.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibs9NxazAOdFHGeBMLdx29TFASk8pTQ14Fej2wLPA-G1OA1YmSJGlp3w9JzUJQJpdpWBid03tmiz5FNTbBZcF4LT3GcydyVWdJv7kFmPPbMg1rNl3EbIyFnmkH2lkYcILk8msQD2ufjb8u/s1600/Nandan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibs9NxazAOdFHGeBMLdx29TFASk8pTQ14Fej2wLPA-G1OA1YmSJGlp3w9JzUJQJpdpWBid03tmiz5FNTbBZcF4LT3GcydyVWdJv7kFmPPbMg1rNl3EbIyFnmkH2lkYcILk8msQD2ufjb8u/s320/Nandan.jpg" width="163" /></a></div>
<br />
Tapi Nandan berbeda dengan Dilan, Nandan tidak bisa bebas seenaknya bicara terus terang seperti Dilan.<br />
<br />
Aku setuju, kalau ada yang bilang Nandan orangnya baik. Dan, kalau aku boleh jujur, Nandan lebih tampan dari Dilan. Nandan juga jago basket, dan lain-lain. Pokoknya Nandan adalah lelaki idaman tiap wanita pada masanya. (Lima tahun kemudian, aku melihat fotonya nampang di sampul majalah Gadis)<br />
<br />
Nandan juga masih jomblo, masih belum punya pacar. Pernah, sih, dekat dengan Pila, anak kelas 2 Sosial, tapi gak tahu kenapa, belakangan hubungan mereka jadi renggang. Tapi jangan nyalahin aku.<br />
<br />
4<br />
Setelah istirahat selesai, kami masuk lagi ke kelas untuk ikut pelajaran lainnya.<br />
<br />
Kamu tahu ke mana Dilan?<br />
<br />
Dia masuk ke kelasku, dan duduk di bangku sebelahku, membuat Rani jadi pindah ke kursi belakang yang memang kosong.<br />
<br />
Kok, Rani mau, ya? Heran.<br />
<br />
Aku juga heran, kenapa tidak seorang pun yang berani ngusir Dilan? Nandan sebagai dirinya Ketua Murid, cuma bisa diam saja.<br />
<br />
Sejujurnya, aku sendiri merasa risih dengan kehadiran Dilan. Tapi, mau gimana lagi? Masa, harus kuusir. Gak enak.<br />
<br />
Dia minta kertas, lalu kukasih. Di kertas itu, dia nulis:<br />
<br />
<i>Informasi:<br />Daftar orang-orang yang ingin jadi pacarmu:<br />1. Nandan (Kelas 2 Biologi)<br />2. Pak Aslan (Guru Olahraga)<br />3. Tobri (Kelas 3 Sosial)<br />4. Acil (Kelas 2 Fisika)<br />5. Dilan (Manusia)</i><br />
<br />
Aku senyum membacanya. Kemudian, kulihat dia mencoret semua nama di daftar itu, kecuali nama dirinya.<br />
“Kenapa?” kutanya, maksudnya kenapa semua dicoret kecuali nama dirinya?<br />
“Semuanya akan gagal,” dia bilang begitu dengan berbisik.<br />
“Kecuali kamu?” tanyaku.<br />
“Iya,” kata Dilan sambil senyum. “Doain.”<br />
"Iya", kataku pelan sekali. Ah! Jantungku berdenyut.<br />
<br />
Waktu itu, kawan-kawanku sibuk dengan dirinya sendiri, seolah-olah tidak merasa terganggu oleh hadirnya Dilan, meskipun aku yakin mereka pasti gak suka.<br />
<br />
Kulihat Nandan, duduk terus di bangkunya, seperti orang bingung yang gak suka ke Dilan, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Pak Atam, guru pelajaran Bahasa Indonesia, sudah datang masuk kelas, tapi Dilan tidak pergi. Tetap saja dia duduk.<br />
<br />
Edan ini orang, pikirku! Dia benar-benar ikut pelajaran Pak Atam.<br />
<br />
Sambil berbisik, aku ngomong ke dia:<br />
”Nanti, kamu dialpain di kelasmu.”<br />
“Gak apa-apa,” jawabnya seraya tetap memandang ke depan, menyimak pelajaran, sampai akhirnya Pak Atam tahu ada seorang penyelundup:<br />
“Kenapa di sini?” tanya Pak Atam.<br />
Semua kawan-kawan sekelas memandang ke arah Dilan. Muka mereka seperti puas karena akhirnya Pak Atam tahu dan menegurnya.<br />
“Salah masuk,” jawab Dilan.<br />
Dilan beranjak dari duduknya dan pergi diiringi tatapan Pak Atam yang tidak respek kepadanya.<br />
<br />
5<br />
Waktu bubar sekolah, Dilan nyusul untuk jalan di sampingku dan bilang:<br />
“Aku harusnya ngajak kamu pulang naik motor.”<br />
Kujawab, “Gak usah.”<br />
“Tapi gak jadi,” kata Dilan. “Karena aku tahu kamu akan bilang gak usah.”<br />
<br />
Mendengar itu aku senyum, kupandang dia sebentar dan dia juga senyum.<br />
<br />
Kalau harus jujur, sebetulnya aku bisa aja nerima ajakan Dilan untuk pulang naik motor berdua dengannya, tapi aku merasa belum waktunya. Benar-benar itu lebih karena aku tidak ingin dilihat terlalu dekat dengan dia dan aku tidak tahu mengapa. Soal bahwa Dilan adalah anggota geng motor yang harus aku waspadai, kukira Dilan tidak seperti yang aku duga. Dia malah selalu bisa membuat aku tersenyum. Setidaknya begitulah yang aku pikirkan saat itu.<br />
“Aku mau datang ke rumahmu,” katanya tiba-tiba. “Malam ini.”<br />
Hah? Aku kaget.<br />
“Jangan!”<br />
“Kenapa?” dia nanya.<br />
“Ayahku galak.”<br />
“Menggigit?”<br />
“Serius, jangan!”<br />
“Aku tidak takut ayahmu.”<br />
“Jangan!” kataku. “Pokoknya jangan.”<br />
“Aku mau datang,” katanya sambil berlalu.<br />
“Jangan, ih!”<br />
<br />
Tanpa aku sadar, aku bicara dengan sedikit agak teriak. Aku jadi merasa malu. Kupandangi banyak arah, berharap tak ada orang yang akan denger.<br />
<br />
6<br />
Malamnya, beneran Dilan datang.<br />
<br />
Itu, kira-kira pada pukul tujuh malam. Awalnya kudengar suara motor, masuk ke halaman rumahku. Aku yang sedang makan malam, langsung bisa yakin, tidak salah lagi, itu pasti Dilan. Aku Kenal suara motornya.<br />
<br />
Aku lekas masuk kamar bersama piring makan malamku dan bersama perasaanku yang langsung tak<br />
karuan. Biasanya ayahku jarang ada di rumah, tapi sudah hampir tiga hari ini dia cuti.<br />
<br />
Malam itu, ayahku sedang ada di ruang tengah, sibuk membetulkan radio CB-nya. Ibuku juga di sana,<br />
sedang mencatat urusan kegiatan anggota Persit Kartika Chandra Kirana (PERSIT adalah akronim dari Persatuan Istri Tentara).<br />
<br />
Kutebak jika bel rumah berbunyi, maka salah satu di antara merekalah yang akan membuka pintu, menyambut Dilan (kalau benar tamu itu adalah Dilan).<br />
<br />
Ya, Tuhan, bisikku dalam hati. Kututupi kepalaku dengan bantal sambil tiduran di kasur. Entah siapa yang buka pintu, aku gak tahu. Pasti ada dialog di sana, bicara dengan Dilan, tapi tidak bisa kudengar. Aku ingin tahu, tapi aku merasa akan lebih baik jika tetap diam di kamar.<br />
<br />
Tak lama kemudian, terdengar lagi suara motor yang pergi dari halaman rumahku. Ya, jika benar itu Dilan, maka dia sudah pergi.<br />
<br />
Dengan aneka macam pikiran yang memenuhi kepalaku, aku duduk di kursi belajarku, meneruskan makan malamku sampai habis, sambil terus kepikiran soal Dilan yang datang. Lepas itu, aku keluar dari kamar untuk menyimpan piring makanku.<br />
“Tadi ada tamu,” kata ibu yang berpapasan denganku.<br />
“Oh? Siapa?” tanyaku pura-pura tidak tahu.<br />
“Nanyain kamu,”<br />
“Siapa?” kutanya.<br />
“Katanya utusan kantin sekolah,” jawab ibu sambil memasukkan buku ke dalam laci di meja tengah.<br />
“Utusan, apa, sih? Kayak nabi aja,” kudengar ibu seperti menggerutu.<br />
<br />
Hah? Utusan Kantin? Aku nyaris ketawa. Aku makin yakin itu pasti Dilan.<br />
“Ngapain?” tanyaku.<br />
“Apa itu?” ibu bagai mikir. “Nawarin menu baru.”<br />
“Menu baru kantin?”<br />
“Iya.”<br />
“Ha ha ha ha.”<br />
Kali ini, aku tidak bisa nahan ketawa.<br />
“Malem-malem nawarin menu. Aneh-aneh aja,” kata ibu.<br />
“Ha ha ha. Terus, Ibu bilang apa?” tanyaku.<br />
“Tau, tuh! Ayah yang ngobrol.”<br />
Selesai dari gosok gigi, pas aku mau kembali ke kamar, telepon rumahku berdering. Aku lebih dekat ke tempat telepon, sehingga aku yang ngangkat dan itu adalah telepon dari Dilan, buatku, untuk yang pertama kalinya. Tidak usah ditanya bagaimana dia tahu nomor telepon<br />
rumahku. Kukira dia banyak akal.<br />
“Hallo?” kusapa yang nelepon.<br />
“Selamat malam.”<br />
“Malam.”<br />
“Bisa bicara dengan Milea?”<br />
“Iya, saya.”<br />
“Aku Dilan.”<br />
“Hey.”<br />
Mendadak jantungku langsung deg-degan.<br />
“Milea, bisa bicara dengan aku?”<br />
“Iya.”<br />
“Tadi, aku datang.”<br />
“Iya.”<br />
Aku langsung senyum, mengingat apa yang dikatakan oleh ibu bahwa dia mengaku utusan kantin sekolah yang nawarin menu baru, tapi tidak kubahas soal itu ke Dilan.<br />
“Kau tau aku datang?” tanya dia.<br />
“Tau.”<br />
“Kau tau kenapa aku datang?”<br />
“Kenapa?”<br />
“Kalau aku gak datang karena takut ayahmu, aku pecundang.”<br />
Aku senyum<br />
“Jadi, aku datang,” katanya. “Kalau dimarah, bagus.”<br />
“Kok bagus?”<br />
“Kalau dimarah, nanti kamu jadi kasihan ke aku.”<br />
Dilan ketawa. Aku hanya senyum.<br />
“Kasihan gak?”<br />
“Tadi dimarah?” kutanya dia.<br />
“Enggak.”<br />
“Syukurlah.”<br />
“Tadi, ayahmu bilang, kamu sudah tidur.”<br />
“Oh.”<br />
“Kenapa sekarang bisa ngomong?” tanya Dilan. “Kamu ngigau?”<br />
“Iya.”<br />
“Ha ha ha ha ha.”<br />
Waktu dia ketawa, sebenarnya aku juga ingin ketawa, tapi pasti kutahan. Jual mahal sikit, laah!<br />
Selain itu, aku juga khawatir ayah dan ibu mendengar obrolanku, jadi kuusahakan bicara yang singkat-singkat saja dengannya. Ingat, waktu itu aku masih anak SMA yang masih merasa gak enak kalau mereka tahu itu telepon dari laki-laki, meskipun belum tentu juga mereka akan negur.<br />
“Di mana?” Di luar kesadaranku, tiba-tiba aku bertanya.<br />
“Siapa?” dia nanya.<br />
“Kamu.”<br />
“Kamu?”<br />
“Dilan,” jawabku.<br />
Akhirnya, kusebut juga namanya. Ah, itu adalah hari pertama aku menyebut namanya secara langsung kepadanya. Dia harusnya kaget kenapa aku tahu namanya, atau dia gembira karena ramalannya terbukti benar bahwa aku akan tahu namanya. Tapi, dia tidak membahas soal itu.<br />
“Aku?” tanya Dilan bagai kepada dirinya sendiri. “Aku di Mars.”<br />
“Ketawa jangan?” tanyaku, karena aku menyangka dia sedang melawak.<br />
“Aku di Jalan Mars, Margahayu Raya.”<br />
“Oh, he he he.”<br />
Di Bandung memang ada Perumahan Margahayu Raya, nama-nama jalannya diambil dari nama-nama planet.<br />
<br />
7<br />
Setelah usai nelepon, aku langsung ke kamar lagi. Sebelumnya ayah nanya: “Telepon dari siapa?<br />
Kujawab: “Dari Beni.”<br />
<br />
Dan di kamarku, selain kupakai untuk menyelesaikan tugas PR, sebagian otakku aku pakai untuk mikirin dialog ku dengan Dilan di telepon:<br />
“Boleh aku ramal?” dia nanya.<br />
“Iya.”<br />
“Iya, apa?”<br />
“Boleh,” jawabku.<br />
“Aku ramal,” katanya. “Nanti, kamu akan jadi pacarku!”<br />
<br />
Gila!<br />
<br />
Kayaknya bagi dia itu mudah saja mau ngomong apa pun. Seolah hal itu bukan sesuatu yang berat untuk ia katakan.<br />
“He he he.”<br />
“Percaya gak?” tanya dia.<br />
Maksud dia, dia nanya aku percaya gak dengan ramalannya itu?<br />
“Musyrik,” kujawab.<br />
“Ha ha ha,” Dilan ketawa.<br />
Aku juga ketawa tapi kutahan.<br />
<br />
Entah gimana, lambat laun, aku mulai merasa senang kalau sudah ngobrol dengan Dilan malahan suka berharap bisa lama. Tiap bicara dengannya, berasa mendapat sesuatu yang tidak bisa kudapatkan dari ketika ngobrol dengan yang lain. Dan kalau aku harus jujur, aku juga merasa mulai suka kepadanya.<br />
“Hey, Milea.”<br />
“Iya.”<br />
“Tau gak kenapa aku gak langsung jujur ke kamu?”<br />
“Jujur apa?”<br />
“Jujur bilang ke kamu, aku mencintaimu?”<br />
“He he he.”<br />
Mukaku pasti merah.<br />
“Kan, sudah lewat surat?” kataku senyum.<br />
“Maksudku ngomong langsung ke kamu”<br />
“Terus? Kenapa gak langsung?”<br />
“Kalau mau, ya aku bisa,” katanya. “Gampang.”<br />
“Iya. Kenapa enggak?”<br />
“Kalau langsung, gak seru,” katanya. “Jadi biasa.”<br />
Aku ketawa. Dilan juga.<br />
Ah, dia pasti selalu bisa membuat aku ketawa, ya, minimal tersenyum.<br />
“Nanti kalau kamu mau tidur,” katanya. “Percayalah, aku sedang mengucapkan selamat tidur dari jauh. Kamu gak akan denger.”<br />
Aku ketawa kecil<br />
<br />
8<br />
Di atas kasur, selagi mau tidur, aku dilanda kebimbangan.<br />
<br />
Haruskah terus terang, aku bilang ke Dilan, sebagaimana dia begitu mudahnya berterus terang, bahwa aku sudah punya pacar? Haruskah terus terang, aku bilang ke Dilan, sebelum dia tahu sendiri, dan lalu kecewa, bahwa aku sudah punya pacar?<br />
<br />
Iya, kayaknya harus bilang. Aku harus bilang ke Dilan bahwa aku sudah punya pacar, biar sejak itu Dilan akan berhenti mengejarku dan langsung membuat aku sedih, karena tidak akan ngobrol lagi dengannya di telepon. Tidak akan lagi dideketin orang aneh macam dia, yang kalau aku harus jujur, sebetulnya aku juga suka. Dia itu seru!<br />
<br />
Ah tidak! Aku gak mau bilang. Biarin aja.<br />
<br />
Atau haruskah aku bilang ke Beni, bahwa ada orang, di Bandung, satu sekolah denganku, namanya Dilan, sedang berusaha mendekatiku?<br />
<br />
Kayaknya jangan, deh. Aku tahu Beni, jika kukatakan, justru malah akan nambah masalah daripada berusaha menyelesaikannya. Dia itu sumbunya pendek, gampang meledak.<br />
<br />
Ah, kepada siapa aku harus membahas soal ini. Ke Beni? Itu namanya bunuh diri!<br />
<br />
Lebih baik aku tidur.<br />
<br />
Di luar turun hujan. Kepalaku dipenuhi kata-kata:<br />
“Kamu di mana sekarang, Dilan?”<br />
...<br />
“Oh, iya lupa, tadi kamu sudah bilang: di Mars. He<br />
he he.”<br />
...<br />
“Hati-hati di jalan, Dilan.”<br />
<br />
Kututup mataku dengan bantal dan lalu kuingat lagi kata-katanya:<br />
<i>“Nanti kalau kamu mau tidur percayalah<br />aku sedang mengucapkan selamat tidur dari jauh, kamu<br />gak akan denger.”</i><br />
Itu membuat aku langsung menggumam:<br />
“Selamat tidur juga, Dilan.”<br />
<br />
Habis itu, aku senyum bagai malu pada diriku sendiri.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">5. PAPAN PEMBATAS KELAS</span></div>
<br />
1<br />
Aku baru selesai dari kantin bersama Nandan, Hadi, dan<span style="font-size: large;"> </span>Rani. Gak ada Dilan. Dia jarang ke kantin. Aku sendiri juga heran. Kalau memang benar dia sedang mengejarku, kenapa tidak pernah ke kantin menemuiku? Kenapa lebih memilih kumpul bersama teman-temannya di warung Bi Eem? Kenapa tidak berusaha bisa duduk di kantin denganku. Bicara denganku. Setidaknya dengan itu, aku<br />
bisa tahu langsung darinya, benarkah dia suka ngeganja seperti yang dikatakan oleh Nandan dan Dito? Benarkah dia suka minum minuman keras, seperti yang dikatakan oleh Nandan, Jenar, dan Rani? Benarkah dia itu playboy, punya banyak pacar di mana-mana, seperti yang dikatakan oleh Nandan?<br />
<br />
Jika aku ingin tahu tentang Dilan sebenarnya, aku tidak bermaksud mau ikut campur urusan Dilan. Siapalah aku ini. Dilan bukan pacarku, apa urusanku memikirkan diri dan kehidupannya, tapi aku tidak tahu mengapa ingin selalu mengetahui dirinya dengan lebih jauh lagi. Apalagi aku selalu mendapat informasi yang buruk tentang Dilan. Sebenarnya, aku tidak ingin langsung percaya<br />
tentang semuanya itu dengan gampang.<br />
<br />
Aku betul-betul ingin nanya langsung ke orangnya, dan jika rumor itu benar, ya, sudah, aku jadi tahu siapa dirinya. Habis itu bagaimana aku harus bersikap ke dia, ya, itu adalah hakku.<br />
<br />
Saat itu bagiku, Dilan memang masih begitu misterius, yang selalu membuat aku penasaran untuk ingin mengenalnya lebih jauh!<br />
<br />
Ah, Tuhan! Kenapa aku jadi gini?<br />
<br />
<br />
Bersambung :)<br />
<br />
<i></i></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com56tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-77854823227833332512015-07-15T14:33:00.003-07:002015-07-17T02:14:13.949-07:00BERTEMU MILEA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Beberapa hari lalu, di sebuah café di daerah jalan Riau, Bandung, malam itu aku bertemu dengan Milea Adnan Hussain, yang datang bersama tiga kawan kantornya. Mereka adalah Mbak Astri, Mas Bambang dan Kak Meggy. Aku belum pernah mengenal teman-temannya Milea sebelum hari itu.<br />
<br />
Pertemuan yang bagus. Setelah selesai pesan makanan, kutanya Milea, “Bolehkah aku aplod foto pertemuan ini?”<br />
“No. Please!”, katanya, sambil mengunyah Beef Cordon Bleu<br />
“Oke”<br />
<br />
Ke sana, aku membawa enam buah buku Dilan, sesuai yang dipesan oleh Milea sebelum aku tiba, yaitu 3 buah buku Dilan pertama dan 3 buah buku Dilan kedua. Kemudian buku-buku itu diberikan kepada tiga kawannya setelah aku disuruh memberinya tandatangan. Kukira mereka bahagia, setidaknya itulah yang bisa kuduga.<br />
<br />
Di sana, kami banyak makan dan juga bicara, mulai dari membahas Ridwan Kamil, Bandung sekarang, keluarga, makanan dan banyak lagi yang lainnya. Sebagian besar diisi oleh ketawa. Aku disuruh nraktir, karena katanya aku sudah banyak uang dari hasil royalty penjualan buku Dilan, seolah-olah dia lupa bahwa sebenarnya dia juga dapat bagian.<br />
<br />
Ketika membahas buku Dilan, Milea banyak bicara. Dia cerita tentang kisah asmaranya dengan Dilan secara lebih detail lagi daripada yang bisa aku tulis di buku. Dia juga bicara tentang Yugo dengan lebih detail lagi. Dia juga bicara tentang Bunda dengan lebih detail lagi. Dia juga bicara tentang Kang Adi dengan lebih detail lagi, sama seperti ketika dia berbicara tentang Piyan, Wati dan lainnya. Seolah-olah itu adalah waktunya untuk dia bicara sepuasnya. Dan dia nampak sedih ketika harus membahas nasib Akew.<br />
<br />
Katanya, ketika membahas buku Dilan babak kedua, dia merasa seperti banyak menangis di situ, atau setidaknya dia jadi nampak seperti itu. <br />
“Bagian senangnya kurang banyak diceritain tuh. Kan ada masa-masa pacaran juga di situ” katanya dan dia ketawa sebelum kemudian dia minum. <br />
“Kalau diceritakan, takut ketebelan bukunya, ya Kang?”, kata Mas Bambang seperti membelaku dan ketawa<br />
“Kalau diceritain semua, wah pasti tebel banget ya?”, kata Milea nyaris ketawa. <br />
Aku harusnya bilang iya, tapi hanya ketawa. Mas Bambang bertanya kepadaku tentang berapa lama buku itu ditulis, kujawab dengan bilang:<br />
”Lama karena Lia ngasih datanya suka telat”.<br />
Mas Bambang ketawa.<br />
“Aduuh. Aku sibuk ngurus dunia jaman sekarang”, jawab Milea ketawa. “Oh, hampir lupa. Coba lihat halaman ini…”, katanya sambil membuka buku Dilan pertama. “Nah, di halaman 18. Di sini kan, ditulisnya: aku nempati rumah sejak tahun 1997. Bukan ’97 deh, tapi ‘99. Aku kan nikah tahun 1999”<br />
“Oh. Tapi kan data yang aku terima tahun 1997”, kataku membela diri<br />
“Ya, lupa. Aku lupa. Sori. Ralat deh”<br />
“Nanti aku sampaikan ke pembaca”, kataku kepadanya. "Di buku Dilan kedua juga ada ralat. Udah aku sampaikan ke pembaca".<br />
“Oh yang kamu bilang itu ya?"<br />
"Iya. Gak prinsip sih, tapi penting, karena itu data peristiwa", kataku (Bagian yang diralat itu adalah di halaman 80 harusnya Rabu, bukan Selasa. Di halaman 120 harusnya 1968, bukan 1976. Di halaman 218 harusnya Disa, bukan Airin)<br />
"Oke" <br />
"Ada komentar lagi?", kutanya<br />
"Harusnya kalau republsih dibikin detail lagi"<br />
"Siap", kataku ketawa<br />
"Oh. Itu, Beni tuh gak cuma ngomong Pelacur ke aku. Waktu itu, dia juga ngomong: Setan Perempuan”, katanya dan ketawa. “Ah, tapi sudahlah”<br />
“Banyak Pembaca minta Dilan bicara”, kataku tiba-tiba membelokkan pokok bahasan.<br />
“Bicara gimana?”<br />
“Ya bicara. Menjelaskan, terutama menyangkut buku Dilan kedua. Bagaimana menurut sudut pandangnya tentang peristiwa yang dia alami terutama di bab-bab terakhir”<br />
Milea diam, dengan sikap bagai orang berfikir. Kulihat kedua alisnya dia naikkan ke atas. <br />
“Aku terlalu ngontrol Dilan ya di buku kedua?”, katanya dengan wajah sedikit agak murung<br />
“Kan sebelum diterbitkan, udah konfirmasi dulu, terus kamu setuju, ya udah”, kataku.<br />
Dia ketawa, semua juga ketawa.<br />
“Dilan nanti mau bicara apa?”, tanya dia dengan wajah sedikit agak cemas<br />
“Kan dia juga berhak bicara”, kataku dan kemudian minum<br />
“Sebelum terbit, aku baca dulu dong?”. Dia memohon dengan senyum<br />
“Oke”<br />
<br />
BERSAMBUNG, karena ngantuk</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com138tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-14708947978683017492015-07-14T23:42:00.002-07:002016-08-14T23:52:34.669-07:00SEJARAH PERJUANGAN THE PANASDALAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #222222; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; line-height: 20px; margin-bottom: 15px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2bY5zNxffq2rhajonPWheDo6GYgUIAyUVL1qI5rnrVobRafcxbhGdW6qB2jsd2EqyMooebAnx9AO_HLF-exxykNEERcmZLCUKPJn99b9W4xHT80TLHbh66kxvy9pE8bpxNmfV0BddY23Z/s1600/tumblr_mxwxfphAmF1t8sb15o1_1280.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2bY5zNxffq2rhajonPWheDo6GYgUIAyUVL1qI5rnrVobRafcxbhGdW6qB2jsd2EqyMooebAnx9AO_HLF-exxykNEERcmZLCUKPJn99b9W4xHT80TLHbh66kxvy9pE8bpxNmfV0BddY23Z/s400/tumblr_mxwxfphAmF1t8sb15o1_1280.jpg" width="341" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-color: transparent; background-image: none; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">THE PANASDALAM adalah akronim dari: THE-nya dari aTHEis, PA-nya dari PAganisme, NAS-nya dari NASrani, DA-nya dari Hindu budDA, LAM-nya dari isLAM</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-color: transparent; background-image: none; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Didirikan tanggal 18 Agustus tahun 1995, di salah satu ruangan kuliah yang ada di kampus ITB (Institut Teknologi Bandung), jalan Ganesha 10 Bandung.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Didirikan sebagai sebuah negara dengan nama: NKRTPD, singkatan dari Negara Kesatuan Republik The Panasdalam. Menjadi sebuah negara merdeka yang memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk lampias dari rasa kecewa kepada presiden Indonesia (Bapak Suharto), yang waktu itu dianggap sudah harus meletakan jabatannya. </span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-color: transparent; background-image: none; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">NKRTPD adalah negara kecil, berukuran 8X10 meter. Penduduknya merasa kaya raya karena kalau makan atau minum pada pergi ke luar negeri, yaitu di Indonesia, demikian juga kalau ee atau pipis. Orangtua dan pacar, semuanya pada tinggal di luar negeri.</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: #222222; font-family: georgia, 'times new roman', times, serif; line-height: 20px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: 0px none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: xx-small;"></span></div>
</blockquote>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGwzzWrWDiTQsfH2y7oJ7tWyvBqZ8o5GWKxwvwVD4qSY8p89VDEtjjSToMVerC42pUt9QD7xOqTUcCdXB0Arp0mn9L1LpWlh5pz8ywEw0iCawr9LfhBMhuXnGxpCc0woFGA2EgyTKIjqgr/s1600/logo+the.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGwzzWrWDiTQsfH2y7oJ7tWyvBqZ8o5GWKxwvwVD4qSY8p89VDEtjjSToMVerC42pUt9QD7xOqTUcCdXB0Arp0mn9L1LpWlh5pz8ywEw0iCawr9LfhBMhuXnGxpCc0woFGA2EgyTKIjqgr/s320/logo+the.jpg" width="289" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Di saat awal NKRTPD berdiri, Pidi Baiq mengangkat dirinya sebagai Imam Besar NKRTPD, dan menunjuk Deni Roden sebagai Presidennya. Deni Roden, adalah Presiden yang sangat dibanggakan oleh imam Besar THE PANASDALAM, karena dialah satu-satunya Presiden di dunia yang hapal nama penduduk di negaranya, karena jumlahnya cuma 18 orang</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD-R-LjlDObbu1TKJS421x1KlhbLBkOi-T96JVYHEZbCtL0vJkSNq2JEMvZW1P9x5r6JQOJzmu4ZxCYRc1acb3iF6WOeGv9Ro08J87dg5-qjlHBopLCcYUhMZAvMXSKejoyChgzxPaAIIX/s1600/bendera+RTPD.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD-R-LjlDObbu1TKJS421x1KlhbLBkOi-T96JVYHEZbCtL0vJkSNq2JEMvZW1P9x5r6JQOJzmu4ZxCYRc1acb3iF6WOeGv9Ro08J87dg5-qjlHBopLCcYUhMZAvMXSKejoyChgzxPaAIIX/s320/bendera+RTPD.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Tahun 1998, ketika Soeharto mengundurkan diri menjadi Presiden Indonesia, NKRTPD langsung mengadakan muktamar yang pertama, yang diselenggarakan di daerah Dago Tee Huis, dengan hasil keputusan bersedia bergabung lagi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengubah namanya menjadi D.I THE PANASDALAM, atau Daerah Istimewa THE PANASDALAM, untuk merasa jadi setara dengan D.I. Jogjakarta dan D.I. Aceh</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Tahun 2003 D.I The Panasdalam mengadakan Muktamar yang kedua, diselenggarakan di daerah Lembang, dengan hasil keputusan D.I. THE PANASDALAM berubah menjadi sebuah group band, dengan nama: THE PANASDALAM Kaumusikampusentris ITB. Dan, hanya manggung di dalam kampus ITB saja.</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Bulan Maret tahun 2004, The Panasdalam Kaumusikampusentris ITB, sesuai dengan hasil obrolan malam hari di daerah jalan Ciliwung, THE PANASDALAM Kaumusikampusentris ITB berubah menjadi THE PANASDALAM Kaumusikurangajarasain. Dan menjadi tahun awal untuk THE PANASDALAM Kaumusikurangajarasain mulai manggung di luar kampus ITB.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Bulan Desember tahun 2004, tepatnya di salah satu studio rekaman yang ada daerah jalan Purnawarman Bandung, THE PANASDALAM Kaumusikurangajarasain mengubah namanya lagi menjadi THE PANASDALAM BAND. </span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Pertengahan tahun 2005, di bawah manajer berinisial G.I, entah bagaimana awalnya, THE PANASDALAM BAND sempat dua kali tampil di acara salah satu stasiun televisi nasional dan menjadi band yang membawakan lagu “Rintihan Kuntilanak” - sebagai soundtrack untuk di salah satu film horor.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Sebagian besar orang-orang THE PANASDALAM menentang hal itu, dan terjadilah perdebatan yang kemudian menyebabkan lahirnya kelompok “THE PANASDALAM BRENGSEK” (yaitu kubu orang-orang penentang THE PANASDALAM BAND masuk teve)</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Imam Besar THE PANASDALAM membubarkan THE PANASDALAM BAND.Perselisihan yang hampir menyebabkan adu jotos itu (sempat terjadi perkelahian kecil yg bisa segera dilerai), akhirnya berakhir dengan munculnya “Kesepakatan Ciliwung” (karena dibahas di daerah jalan Ciliwung Bandung), bahwa: ”The Panasdalam harus kembali ke tujuan semula, untuk tidak masuk teve, tetapi lebih memilih masuk sorga”.</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSb7zXAP5cJFSk9BpsW825SbEK65pP2k5q8FwStWh2bhEGj3wEJ1Qui_leguSP_t9x8tGjGgtF7p9pKUBaRsRBWNxUa_I3Ml5I4q5qHVyWTwZT8AxL4iYz-7NKO_5pUpg2bHDErx5URe3w/s1600/tumblr_my1igvulqJ1t8sb15o3_r1_500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSb7zXAP5cJFSk9BpsW825SbEK65pP2k5q8FwStWh2bhEGj3wEJ1Qui_leguSP_t9x8tGjGgtF7p9pKUBaRsRBWNxUa_I3Ml5I4q5qHVyWTwZT8AxL4iYz-7NKO_5pUpg2bHDErx5URe3w/s400/tumblr_my1igvulqJ1t8sb15o3_r1_500.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguD4oBRlALgR5wZgZ9DLzpGyBkihQca7FtZVzlx7vPU-kDBhAEeDSHrSbE6Axye7NIoueHPSyjjR1N51Zta3wA3iCto00x25T39eM_cGzVvTrcYuY4Fly3pIHZW04B_9S_kOnI7JBm1DR1/s1600/The+Panasdalam+di+Taman+Musik+Bandung.mp4_snapshot_05.24_%255B2016.04.28_12.21.10%255D.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguD4oBRlALgR5wZgZ9DLzpGyBkihQca7FtZVzlx7vPU-kDBhAEeDSHrSbE6Axye7NIoueHPSyjjR1N51Zta3wA3iCto00x25T39eM_cGzVvTrcYuY4Fly3pIHZW04B_9S_kOnI7JBm1DR1/s400/The+Panasdalam+di+Taman+Musik+Bandung.mp4_snapshot_05.24_%255B2016.04.28_12.21.10%255D.jpg" width="400" /></a></div>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Sejak adanya “Kesepakatan Ciliwung”, THE PANASDALAM BRENGSEK langsung membubarkan diri dan Imam Besar THE PANASDALAM mendirikan kembali THE PANASDALAM BAND dengan memasukkan beberapa personil baru untuk menggantikan personil THE PANASDALAM BAND yang menyatakan mundur.</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQhDQMUCW0odqnRIYLcRmV7n_UaOqyxBiSLP1dlP9KgITAh2aNs3XGDMTV2p0DmS6TCZgGGEoCeEMcWuUd9GOwbqTLj0E9ELLyUpB3s0uPhyphenhyphenGlCLYuNbR0H3c6JDMmvBMwyz6E9-6I7UhA/s1600/jari+kelingking.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQhDQMUCW0odqnRIYLcRmV7n_UaOqyxBiSLP1dlP9KgITAh2aNs3XGDMTV2p0DmS6TCZgGGEoCeEMcWuUd9GOwbqTLj0E9ELLyUpB3s0uPhyphenhyphenGlCLYuNbR0H3c6JDMmvBMwyz6E9-6I7UhA/s400/jari+kelingking.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Salam Jari Kelingking adalah Salam Resmi The Panasdalam sejak 2002</span></div>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Tahun 2006, pada muktamar THE PANASDALAM ke III, yang diselenggarakan di Lembang, melahirkan sebuah keputusan: Satu, THE PANASDALAM BAND berubah lagi menjadi THE PANASDALAM BANK. Sama sekali bukan Band. Nama Bank diambil untuk tujuan pencitraan, agar ada muncul kesan bahwa kami selalu banyak uang. Dua, THE PANASDALAM BANK harus taat pada isi “Kesepakatan Ciliwung” dari sejak itu dan untuk selama-lamanya</span></span></div>
</div>
</div>
</blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaHtqkVn0QTktVPdaNz4YZhlWkklyP0nvsZZvHPrl6K1aWMh5CH5wEoVQVL0TD6uJKnCHVs4QSTev-V82gkyVlgKPZnBEhbfYx4w5zvV6sdeLhlfRw2skRdk7khDWXwtr-WPvFLaB2UkOs/s1600/unitos.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaHtqkVn0QTktVPdaNz4YZhlWkklyP0nvsZZvHPrl6K1aWMh5CH5wEoVQVL0TD6uJKnCHVs4QSTev-V82gkyVlgKPZnBEhbfYx4w5zvV6sdeLhlfRw2skRdk7khDWXwtr-WPvFLaB2UkOs/s320/unitos.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-color: transparent; background-image: none; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Tahun 2013, Posisi THE PANASDALAM BANK, berubah menjadi cuma sebagai bagian kecil dari yang kemudian disebut sebagai: THE PANASDALAM SERIKAT. </span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-THE PANASDALAM SERIKAT menaungi banyak unit-unit kegiatan di dalamnya, seperti: </span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-color: transparent; background-image: none; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-THE PANASDALAM BANK, (Band The Panasdalam)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">- bieqipid, (Toko oleh-oleh tradisional The Panasdalam)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-THE PANASDALAM INSTITUTE, (bergabung dg Perusahaan Listrik MandiriRakyat, LIMAR) </span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-FUCK THE PANASDALAM FOUNDATION, (Badan keuangan The Panasdalam)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-KINGDOM OF HAVE FUN THE PANASDALAM, (Pasukan khusus tour kampus)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-FPIKHB (Front Pembela Islam Kristen Hindu dan Buddha), </span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-MOU THE PANASDALAM (Majlis Of understanding The Panasdalam - semacam</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;"> MUI nya Indonesia)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-KEPALANG MERAH THE PANASDALAM (Palang Merah-nya The Panasdalam)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-PASUKAN BERANI HIDUP THE PANASDALAM (Tentaranya The Panasdalam)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-URINOIR Co.ltd </span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">-RUPABOS (Rumah Penampungan Anak Bolos Sekolah)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: transparent; color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; line-height: 20px;">-THE PANASDALAM DISABILITAS (Kegiatan kelompok kawan-kawan Disabilitas) -KATAMORGANA (Klab menulis)</span><span style="background-color: transparent; text-align: justify;"> </span><span style="background-color: transparent; color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; line-height: 20px;">dan lain-lain sebagainya</span></div>
</div>
</blockquote>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcviFcsv5nH0UP8REZ4TTILqjs-kUvaDahZnwRFzUE7nIEdZHM9prssYp5kG7WFN8PlLrPBePLXrE2Zi2L6xGRxJbfDbo2J5r1ooITvUVvx7DPM6m0oXkYHkHqYztJzB2OzEBFtv7vCqQt/s1600/tumblr_mxyhaiB6GR1t8sb15o1_1280.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcviFcsv5nH0UP8REZ4TTILqjs-kUvaDahZnwRFzUE7nIEdZHM9prssYp5kG7WFN8PlLrPBePLXrE2Zi2L6xGRxJbfDbo2J5r1ooITvUVvx7DPM6m0oXkYHkHqYztJzB2OzEBFtv7vCqQt/s400/tumblr_mxyhaiB6GR1t8sb15o1_1280.jpg" width="385" /></a></div>
<br />
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: #222222; font-family: georgia, 'times new roman', times, serif; line-height: 20px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: 0px none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="background: none 0% 0% repeat scroll transparent; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tahun 2009, kata SERIKAT, yang ada di belakang nama THE PANASDALAM, sengaja dibuang, agar tidak terlalu boros didalam menggunakan hurup alfabet, sehingga namanya menjadi cuma THE PANASDALAM. </div>
<div style="background: none 0% 0% repeat scroll transparent; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Tahun 2009, Imam Besar THE PANASDALAM membubarkan THE PANASDALAM FANS CLUB. “Mari, jangan fans, ini lebih baik kalau kita jadi kawan”, katanya. </div>
<div style="background: none 0% 0% repeat scroll transparent; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; text-align: left; vertical-align: baseline;">
Bahwa kemudian di awal tahun 2010-an banyak kelompok yang menyatakan dirinya sebagai sebuah NEGARA, termasuk dengan memakai embel-embel REPUBLIK atau yang sejenis dengan itu, maka dengan ini, kami umumkan, bahwa:THE PANASDALAM yang kini ada, bukan lagi sebagai sebuah negara, melainkan cuma komunitas biasa yang ada di dunia. </div>
</div>
<div style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: 0px none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6Y5f-YwtZeU-LW3Xxv3MigXPTVeX4nfEiq9rPJSHnpqwBfJKkA4qIvTjb0JxGE6_DAwI03SajqGpIvcreWkUz73g4eDHHalZThY7t8SbikPPuzEfbR9YVmH5uI2rhSVMMHB6L37fKCDei/s1600/pakruojis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6Y5f-YwtZeU-LW3Xxv3MigXPTVeX4nfEiq9rPJSHnpqwBfJKkA4qIvTjb0JxGE6_DAwI03SajqGpIvcreWkUz73g4eDHHalZThY7t8SbikPPuzEfbR9YVmH5uI2rhSVMMHB6L37fKCDei/s400/pakruojis.jpg" width="381" /></a></div>
<span style="font-size: x-small;"></span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Imam Besar The Panasdalam bersama </span><br />
<span style="font-size: xx-small;">kawan2 mahasiswa filsafat di daerah kawasan Rusia</span> </div>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">THE PANASDALAM memiliki semboyan resmi, yaitu: “Argumentum In Absurdum” sebagai sebuah frase yang diambil oleh Imam Besar THE PANASDALAM pada isi pidato Paus Yohanes Paulus II di Polandia pada waktu musim salju.</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Sedangkan motto “Ingin Berak Sejak 1995” dipake sebagai hal khusus untuk sesekali mengganti semboyan “Argumentum In Absurdum” pada saat diinginkan.k kelompok yang menyatakan dirinya sebagai sebuah NEGARA, termasuk dengan memakai embel-embel REPUBLIK atau yang sejenis dengan itu, maka dengan ini, kami umumkan, bahwa:THE PANASDALAM yang kini ada, bukan lagi sebagai sebuah negara, melainkan cuma komunitas biasa yang ada di dunia. </span></span></div>
</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; color: #222222; font-family: georgia, 'times new roman', times, serif; line-height: 20px; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU1kMekCrTQIhOrN-Ke1C2eGi1p5D4NeeOUUBMwkn8s6EICrT7DC7i4RqJSRnJm4X22rdTE0XTgA_floKot21Xtt4R5zxjjztPdVOCDoRlZvWp1dOV8m4iXepO2IuOtY5oP_c4y32UQ_nM/s1600/OSIS+SD.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU1kMekCrTQIhOrN-Ke1C2eGi1p5D4NeeOUUBMwkn8s6EICrT7DC7i4RqJSRnJm4X22rdTE0XTgA_floKot21Xtt4R5zxjjztPdVOCDoRlZvWp1dOV8m4iXepO2IuOtY5oP_c4y32UQ_nM/s400/OSIS+SD.jpg" width="332" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">SD Negeri The Panasdalam</span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Berikut, di bawah ini, adalah beberapa kata ungkapan yang sering dilontarkan oleh THE PANASDALAM dan oleh unit-unit yang ada di dalamnya:</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">“Kami tidak mencari uang dari The Panasdalam, karena kami masih bisa minta kepada orangtua” (The Panasdalam)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">“Dengan musik, kami tunjukkan kelemahan kami di dalam bermusik” (The Panasdalam Bank)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">“No tolerance for intolerance” (Front Pembela Islam Kristen Hindu dan Buddha)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">“Bangkitlah Musik Thailand” (The Panasdalam Bank)</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">“Bangkitlah Mafia Musik Indonesia” (The Panasdalam Bank)</span></span><span style="background-color: transparent; text-align: justify;"> </span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Sekarang, sejak tanggal 12 Januari 2015, THE PANASDALAM berumah di Jalan Ambon nomor 8 A Bandung atau di hook pertigaan antara jalan Ambon dan Jalan Flores. Di sana ada Galeri The Panasdalam, untuk siapa pun yang mau pameran dan gratis. Di sana ada Panggung The Panasdalam, untuk siapa pun yang ingin tampil dan gratis. Kalau setiap Rabu sore ada acara "INSTUDENTIL", yaitu acara ngejam musik anak-anak sekolah yang ada di Bandung.</span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: transparent; text-align: justify;">Di sana juga, suka ada acara PENGADILAN MUSIK. Dengan Jaksa penutup Umum tetap: Pidi Baiq dan Budi Dalton. Hakimnya juga tetap, yaitu Man Jasad. Terdakwanya adalah siapa saja yang dipilih oleh kami, bisa penyanyi atau group band. Beberapa di antara yang pernah diadili adalah MUSIKIMIAnya Fadly PADI, COKELAT, ROSEMARY, SPEAKERFIRST, Ikhsan Skuter dll. Si terdakwa diperbolehkan membawa pembela yang dipilih sendiri oleh terdakwa, bisa seorang, dua atau lebih</span></div>
</div>
</blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB7Gg-4rvkR5tcVa5bGu4XiGXncSUMpYf0_ioA2BXpF0VapLAwejObtYN_ix82nbMoK2VPvkKGa3ClmxQCecqA_BFWwWU2rc1ljrp4QK3YDJaQtOxuE0YXIB9O7i0dGHGol_rtIk2eoa46/s1600/CcmKI-tUUAAIBvc.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB7Gg-4rvkR5tcVa5bGu4XiGXncSUMpYf0_ioA2BXpF0VapLAwejObtYN_ix82nbMoK2VPvkKGa3ClmxQCecqA_BFWwWU2rc1ljrp4QK3YDJaQtOxuE0YXIB9O7i0dGHGol_rtIk2eoa46/s320/CcmKI-tUUAAIBvc.jpg" width="277" /></a></div>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Poster PENGADILAN MUSIK</span></span></div>
</div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: transparent; text-align: justify;">Ada juga acara PENGADILAN BUKU, beberapa penulis yang pernah diadili adalah Sujiwo Tedjo dan Risa Saraswati. PENGADILAN MUSIK atau PENGADILAN BUKU diselenggarakan lebih berdasar pada oleh karena kami iri.</span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="background-color: transparent; text-align: center;">Foto-foto kegiatan pertunjukan di Panggung dan pameran di Galeri The Panasdalam:</span></div>
</div>
</blockquote>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2Qq4h_dpUaPuTXbWV-uZc_gP_TM0OHNmO_1K5xA4_hjLtG9msf93ydp1gO-InNPmiFBJnslg3YpbB0PUn6VOSJiGXp8MB2LiPTbfLJie7ZLDI-rHtOAmta2Zi4TllC_wzYInoBsISzgOM/s1600/CFq__2gVIAApZ1m.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2Qq4h_dpUaPuTXbWV-uZc_gP_TM0OHNmO_1K5xA4_hjLtG9msf93ydp1gO-InNPmiFBJnslg3YpbB0PUn6VOSJiGXp8MB2LiPTbfLJie7ZLDI-rHtOAmta2Zi4TllC_wzYInoBsISzgOM/s320/CFq__2gVIAApZ1m.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiyo8KLr1w_pMOy61CHUhFt0UUId9jDk8bvDQaIyGzjs8r3CwSZeQAmSmXAHNp256o41GwfpUPxT4iI8Hz5TKjSa-F9YK7wjSdLMxO-M40Bqtji7ACp-Thp23EvP0QShOqJOy0C1Zt5tFD/s1600/CFrhUeKUsAAGNXh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiyo8KLr1w_pMOy61CHUhFt0UUId9jDk8bvDQaIyGzjs8r3CwSZeQAmSmXAHNp256o41GwfpUPxT4iI8Hz5TKjSa-F9YK7wjSdLMxO-M40Bqtji7ACp-Thp23EvP0QShOqJOy0C1Zt5tFD/s320/CFrhUeKUsAAGNXh.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieCnLWgrWYN8y9Agjy5Ka1SlPlhypn0JtFuPDk_SBuiMY0GMzEiV0HU91wHAL9sFVrMGaOlEcL-jadKNY46uUcK_Q7VqwzsX2riGAT6mDHN-_dFMkN9e92Lj_v1ZRj6Wy04BZbVRtXtuHK/s1600/CFrIEyiUgAA2viJ.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieCnLWgrWYN8y9Agjy5Ka1SlPlhypn0JtFuPDk_SBuiMY0GMzEiV0HU91wHAL9sFVrMGaOlEcL-jadKNY46uUcK_Q7VqwzsX2riGAT6mDHN-_dFMkN9e92Lj_v1ZRj6Wy04BZbVRtXtuHK/s320/CFrIEyiUgAA2viJ.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1PNFgqQpKfvnKWuMOEmE6t05SMp-FfWhRw-LtIO2qkkjoXKK0uT_XWkpMtdipCqAx2kLTXqLm-epwAOHpPoSY3jG9xc_d86qkYHyoDgxi6nLz-aRtC03WqkGEhwT6I5by8nj9RyOtqouQ/s1600/rumah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="276" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1PNFgqQpKfvnKWuMOEmE6t05SMp-FfWhRw-LtIO2qkkjoXKK0uT_XWkpMtdipCqAx2kLTXqLm-epwAOHpPoSY3jG9xc_d86qkYHyoDgxi6nLz-aRtC03WqkGEhwT6I5by8nj9RyOtqouQ/s400/rumah.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: #222222; font-family: georgia, 'times new roman', times, serif; line-height: 20px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: 0px none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: x-small;"> <span style="font-size: xx-small;">Rumah The Panasdalam waktu sedang dibangun</span></span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; line-height: 20px; text-align: justify;">Di sana juga ada cafe, namanya Kantin Nasi On The Panasdalam, tempat tamu bisa nongkrong sambil makan, sambil minum, nraktir atau ditraktir.</span></div>
</div>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: #222222; font-family: georgia, 'times new roman', times, serif; line-height: 20px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: 0px none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRVymtyoPpuXPMHUCVYNh3ShRGQZ9jsvn4ZPFvhWO7rQq_KJlRiiKnM7tUXtdVLPDiOdv3ViHxHoRs2kr_2KhIwVCW6M8NQF8WfVCzQiBPZ5Zrob1euYlashGuyn1fl8CLIxD7ZFp6X1L4/s1600/ambon+oke.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRVymtyoPpuXPMHUCVYNh3ShRGQZ9jsvn4ZPFvhWO7rQq_KJlRiiKnM7tUXtdVLPDiOdv3ViHxHoRs2kr_2KhIwVCW6M8NQF8WfVCzQiBPZ5Zrob1euYlashGuyn1fl8CLIxD7ZFp6X1L4/s400/ambon+oke.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="font-size: x-small;"></span></div>
</blockquote>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;"> Cafe di Rumah The Panasdalam yang rame selalu setiap hari</span><br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRi_CAPWjU9a6K9H_qI0-tkezXYVYssS7B5EaY39IJHA4m9snvlNjAOeC1NgbCNCTNCtG9vD-t3cH3VHtPpA1qrZ0pICXTM1hmWgtU1xEiTLZyD91YOKc33w4csLSS-U-kcwMHQr3UEJjo/s1600/B78UixaCIAAOqI-.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRi_CAPWjU9a6K9H_qI0-tkezXYVYssS7B5EaY39IJHA4m9snvlNjAOeC1NgbCNCTNCtG9vD-t3cH3VHtPpA1qrZ0pICXTM1hmWgtU1xEiTLZyD91YOKc33w4csLSS-U-kcwMHQr3UEJjo/s320/B78UixaCIAAOqI-.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"> <span style="text-align: center;">Kunjungan kawan-kawan Crossboy Bandung 1970 ke Rumah The Panasdalam</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="text-align: center;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpmishc3-kEztZpmbQ7TIdAeR1R6INs25M0XW5urJjOpH9th5Iz7-s6WWmxmD2Ad76eXq7hCFofIL62snu2X3c802yGxy8xJea6rVOaUTH0FJxwljVpm2R9bgWFncqHt2jLHuzS1lG1Psi/s1600/Bzp7ae9CUAEq97x.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpmishc3-kEztZpmbQ7TIdAeR1R6INs25M0XW5urJjOpH9th5Iz7-s6WWmxmD2Ad76eXq7hCFofIL62snu2X3c802yGxy8xJea6rVOaUTH0FJxwljVpm2R9bgWFncqHt2jLHuzS1lG1Psi/s320/Bzp7ae9CUAEq97x.jpg" width="317" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"> <span style="text-align: center;">Kunjungan Mbak Sophi ke Rumah The Panasdalam</span></span><br />
<span style="text-align: center;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVMwXMB26wTHAcftk-UNTQxEubn5Yl_PLY7JfD3kM9xSTmetT-KrTrtfBdJlfUC3c-IboDpaxG1tyfyrUj3M0IXTVNVtZPd6Jxv7YgqQnVZ0-a3FQH76qzdo3hHE2CGSMrCBw6UEi54I6l/s1600/CgiOx1YU4AE0t5f.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVMwXMB26wTHAcftk-UNTQxEubn5Yl_PLY7JfD3kM9xSTmetT-KrTrtfBdJlfUC3c-IboDpaxG1tyfyrUj3M0IXTVNVtZPd6Jxv7YgqQnVZ0-a3FQH76qzdo3hHE2CGSMrCBw6UEi54I6l/s320/CgiOx1YU4AE0t5f.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNOg6yhXujmJqo6QtxnEZFuycqZzemjeT09uPgfeQiVWl2dzgahzODvRUO1OB5Sj5hn5Z7onltJbyj9s2bgPYbKhR_9PoUmemkNSlnE1RwjqAv3DW45zN_gXwrT1F0aFpiVFHYqDMcb_TG/s1600/CgiOx9PVEAEk5se.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNOg6yhXujmJqo6QtxnEZFuycqZzemjeT09uPgfeQiVWl2dzgahzODvRUO1OB5Sj5hn5Z7onltJbyj9s2bgPYbKhR_9PoUmemkNSlnE1RwjqAv3DW45zN_gXwrT1F0aFpiVFHYqDMcb_TG/s320/CgiOx9PVEAEk5se.jpg" width="240" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"> <span style="text-align: center;">Kunjungan TIM JKT48 dan Melodi JKT48 ke Rumah The Panasdalam</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLLf-UOul2h0mBlV5IEDuImvpyTmcoIxcGL5dPm0pK2pIZOy6G5WTbFWhXLAV4JZsMgkMZiAvkUXu_SbgYc6VSCp87pFT6Tp8f6ZBD1Q_PtoLd2ti01SLHOHvyT_6fMiGFN-pBGsRVHLzY/s1600/ChDUxtQUcAEaf5R.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLLf-UOul2h0mBlV5IEDuImvpyTmcoIxcGL5dPm0pK2pIZOy6G5WTbFWhXLAV4JZsMgkMZiAvkUXu_SbgYc6VSCp87pFT6Tp8f6ZBD1Q_PtoLd2ti01SLHOHvyT_6fMiGFN-pBGsRVHLzY/s320/ChDUxtQUcAEaf5R.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"> <span style="text-align: center;">Kunjungan kawan Komeng ke Rumah The Panasdalam</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm2HP6h2uWQ0Ee_FI2qO5LmOkzy3Wla53ev3aObOI344Q-aKcvklF3ByNoXEiNTldVt0sHW9pBNFLHVf8wNtSOdcTfleAfd5wtxhWmEjs-VfI2v5yt7UnJ7cfv8BRjrOcm1Twvr-7lp2wM/s1600/ChDw_m_U8AETLdH.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm2HP6h2uWQ0Ee_FI2qO5LmOkzy3Wla53ev3aObOI344Q-aKcvklF3ByNoXEiNTldVt0sHW9pBNFLHVf8wNtSOdcTfleAfd5wtxhWmEjs-VfI2v5yt7UnJ7cfv8BRjrOcm1Twvr-7lp2wM/s320/ChDw_m_U8AETLdH.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small; text-align: center;">Kunjungan kawan-kawan COKELAT ke Rumah The Panasdalam</span><br />
<span style="font-size: x-small; text-align: center;"><br /></span></div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs-Rm0LSNfAVhW06_yxPSmfhquJ4MRTX-LvJNjlC6x9LZea2aP1hmnG8Qqy1EC1pA31SkiU9_R0BmzIo4g6rvRjx5qa8ScTTsI8JG8dH44NDPiARJ_sAVs8QEI2AKD6fZocsKyAeDjS_GA/s1600/CLRCwcyVEAAwY_M.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs-Rm0LSNfAVhW06_yxPSmfhquJ4MRTX-LvJNjlC6x9LZea2aP1hmnG8Qqy1EC1pA31SkiU9_R0BmzIo4g6rvRjx5qa8ScTTsI8JG8dH44NDPiARJ_sAVs8QEI2AKD6fZocsKyAeDjS_GA/s320/CLRCwcyVEAAwY_M.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;"> Kunjungan Sultan Cirebon ke Rumah The Panasdalam</span><br />
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; line-height: 20px; text-align: justify;">Tiap tahun sekali, The Panasdalam menyelenggarakan acara KEMAH MUSIM KEMARAU, yang diikuti oleh siapapun yang mau ikutan, asal bukan bayi, atau orangtua yang sudah uzur.</span></div>
</div>
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2x4i1rHd5DIbzodbb3RA7O-iz1Pzp0lRQhpDFNrxArV8cpiwljgId-sNsIzNw__4FldPYf4V5m-NH_oTGi9q0HsfDLPB3TpJwYSNWTRicXFKdZbLLQPCVkOL4jgmsCTSnLixlvdeN8sjd/s1600/COh82vrVAAEa6ZD.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2x4i1rHd5DIbzodbb3RA7O-iz1Pzp0lRQhpDFNrxArV8cpiwljgId-sNsIzNw__4FldPYf4V5m-NH_oTGi9q0HsfDLPB3TpJwYSNWTRicXFKdZbLLQPCVkOL4jgmsCTSnLixlvdeN8sjd/s320/COh82vrVAAEa6ZD.jpg" width="285" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Logo dan poster KEMAH MUSIM KEMARAU babak II tahun 2015</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb_FrOV3gVK70rYajPrAGqumXniX6dyRuCgHIdEn8qDa-9zAvgYgYeoAEfDx18aVmdaTckDJ-uj8Tm2Qt93TR9KU3WaEr9r0Ne8bxqZdj45LthhFs08JsB2yOd2slyYR0KTwoCRBrhBze9/s1600/CO0_omLUEAA7IdL.jpg" imageanchor="1" style="font-family: georgia, 'times new roman', times, serif; line-height: 20px; margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb_FrOV3gVK70rYajPrAGqumXniX6dyRuCgHIdEn8qDa-9zAvgYgYeoAEfDx18aVmdaTckDJ-uj8Tm2Qt93TR9KU3WaEr9r0Ne8bxqZdj45LthhFs08JsB2yOd2slyYR0KTwoCRBrhBze9/s320/CO0_omLUEAA7IdL.jpg" width="299" /></a></div>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: #222222; font-family: georgia, 'times new roman', times, serif; line-height: 20px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: none; background-origin: initial; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: xx-small;"></span></div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background-attachment: scroll; background-color: transparent; background-image: none; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: none 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="line-height: 20px;">Tahun 2015, The Panasdalam resmi membuat unit The Panasdalamovie, bekerjasama dengan Maxima Pictures untuk menggarap beberapa judul film. Film pertama yang sudah selesai syuting dan masih dalam proses editing, adalah BARACAS (Barisan Anti Cinta Asmara), dibintangi oleh Agus Ringgo, Tika Bravani, Stela JKT48, Ajun, Budi Doremi, Gian dll. </span></span></div>
</div>
</blockquote>
<blockquote style="background-color: white; border-left-color: rgb(188, 164, 116); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; color: #222222; font-family: georgia, 'times new roman', times, serif; line-height: 20px; margin-left: 0px; padding-left: 1em; quotes: none;">
<div style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 0px none; margin-bottom: 15px; outline: 0px none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWgastoV3my2PmUjxa4IFgAcllP0SpXA7bXr2lq4_RcWXOQDDbnuk5D_FrtRhHf0S-HpNBfELD5LzyBLvu58IJPAc12z1nI0EyxjZK3jzis0Bi1D2-Wb7FZSFx-GACEOW_7y56SWB4bQ2S/s1600/CavB8sRUYAAaZPm.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="177" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWgastoV3my2PmUjxa4IFgAcllP0SpXA7bXr2lq4_RcWXOQDDbnuk5D_FrtRhHf0S-HpNBfELD5LzyBLvu58IJPAc12z1nI0EyxjZK3jzis0Bi1D2-Wb7FZSFx-GACEOW_7y56SWB4bQ2S/s320/CavB8sRUYAAaZPm.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
</blockquote>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Pidi Baiq menjadi sutradara film BARACAS</span><br />
<span style="font-size: xx-small;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhhUwOe8qaxf9BQeDj2ozkCdaYf8wzdxCfhrrhfncTWXrExqwotJxSNE9k4GJVxxVObw9HFx4M8jNe1Nn9utgsJhTc_Xb_7uEf7GVOS9KzzqqSPoNVJMqAdcuiIaD7vHK2jHbEGN1ZFdgn/s1600/CavAze7UUAA7dNb.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="234" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhhUwOe8qaxf9BQeDj2ozkCdaYf8wzdxCfhrrhfncTWXrExqwotJxSNE9k4GJVxxVObw9HFx4M8jNe1Nn9utgsJhTc_Xb_7uEf7GVOS9KzzqqSPoNVJMqAdcuiIaD7vHK2jHbEGN1ZFdgn/s320/CavAze7UUAA7dNb.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;"> Kegiatan syuting film BARACAS</span><br />
<span style="font-size: xx-small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6GxNwRrnQ2Cv3MrQW2b2xH9cm8P5bZHsIaPzNCM_nqROWHdQAUJqXM6dR4PQOfqkaU24cEqFYQihv11YrKqayDDLzWRSksV8f0qBKfPQAzKNdzljoee9HSNnt7-U2-Rolqcqsn52QXxm6/s1600/CavBsDmUkAA4ozE.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="234" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6GxNwRrnQ2Cv3MrQW2b2xH9cm8P5bZHsIaPzNCM_nqROWHdQAUJqXM6dR4PQOfqkaU24cEqFYQihv11YrKqayDDLzWRSksV8f0qBKfPQAzKNdzljoee9HSNnt7-U2-Rolqcqsn52QXxm6/s320/CavBsDmUkAA4ozE.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;"> Kegiatan syuting BARACAS, setelah makan siang</span><br />
<span style="font-size: xx-small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDIx6oGOMhfImatjbO3ANVZqLUC_fZCYSS_jLnlzB83_rW9b5agbd3xnw7iBrqj0grDT5cX89U4-Jm5sQmDj00tH1wLyVGGig4GxgRvFo1We0_ajqR9sosteG7KwGOTUlxxPkHZiDITdCY/s1600/CavD8YwUsAIRBd6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDIx6oGOMhfImatjbO3ANVZqLUC_fZCYSS_jLnlzB83_rW9b5agbd3xnw7iBrqj0grDT5cX89U4-Jm5sQmDj00tH1wLyVGGig4GxgRvFo1We0_ajqR9sosteG7KwGOTUlxxPkHZiDITdCY/s320/CavD8YwUsAIRBd6.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">Logo Thepanasdalamovie</span><br />
<span style="font-size: xx-small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; line-height: 20px; text-align: justify;">Demikian, mudah-mudahan kamu semua masih belum mengerti. Salam sayang dan untuk selama-lamanya!</span><br />
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; line-height: 20px; text-align: justify;"><br /></span>
<span style="color: #222222; font-family: "georgia" , "times new roman" , "times" , serif; line-height: 20px; text-align: justify;">Dari @the_panasdalam</span></div>
</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-87191774501987227232015-02-15T20:11:00.002-08:002015-02-15T22:37:07.600-08:00Bersama Akademi Berbagi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 20px; padding: 0px 0px 15px;">
Bersama Akademi Berbagi, mengunjungi kawan-kawan Bantar Gebang. Karena mereka adalah juga kita. Satu. Jika kita tidak berbagi bersama dengan mereka, maka kita inilah sampah”<br />
<br />
Kemudian bikin lagu. Itu, bagiku, sangat menyenangkan<br />
"Bagaimana kalau kita bikin lagu?"<br />
"Mauuuuu!!!!"<br />
"Lagu buat kamu! Buat kamu!"<br />
"Mauuuuu!!!!"<br />
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 20px; padding: 0px 0px 15px; text-align: left;">
<b style="font-size: x-large;">"Kami Anak Bantar Gebang" </b></div>
<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 20px; padding: 0px 0px 15px; text-align: left;">
<b>Kami anak-anak Bantar Gebang</b></div>
<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 20px; padding: 0px 0px 15px; text-align: left;">
<b>Satu selalu, kasih sayang</b></div>
<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 20px; padding: 0px 0px 15px; text-align: left;">
<b>Bisa senang, bisa menang</b></div>
<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 20px; padding: 0px 0px 15px; text-align: left;">
<b>Bisa renang, bisa sayang</b></div>
<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 20px; padding: 0px 0px 15px; text-align: left;">
<b>Bisa terbang, bisa kayang</b></div>
<div style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; line-height: 20px; padding: 0px 0px 15px; text-align: left;">
<b>Selamanya</b><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
Asiiik, di bawah ini ada videonya, </div>
<div style="text-align: center;">
direkam diam-diam oleh Tita Larasati. </div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dyW9ijbh9ylOC_XSm8mURPw6AyH-KKwT8UuWrNT73WIGFtfUIPzWK-SPa2OBY01YCuDk1dgLFkEvQHaMVFq-Q' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-21657193478433329752014-11-17T05:42:00.000-08:002014-11-17T06:08:29.815-08:00MANUSKRIP AMSTERDAM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg315lzHhGmIgNBAZgY4W_0O_s7Qb_6hAJXGOW9aaBfGTM8xlNS2BE7ZTTBIM85giC00YZkjL3nK5bPFBZhC8IVKC0ieWeXnJS0MFVoqeoEmwWJinxc4_mwMRg7hjGL1g3Y9UKMN5X7hL4k/s1600/amstel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg315lzHhGmIgNBAZgY4W_0O_s7Qb_6hAJXGOW9aaBfGTM8xlNS2BE7ZTTBIM85giC00YZkjL3nK5bPFBZhC8IVKC0ieWeXnJS0MFVoqeoEmwWJinxc4_mwMRg7hjGL1g3Y9UKMN5X7hL4k/s1600/amstel.jpg" height="266" width="400" /></a></div>
<span style="font-size: x-large;"><br /></span>
<span style="font-size: x-large;"><br /></span>
<span style="font-size: x-large;">MANUSKRIP AMSTERDAM</span></div>
<br />
<br />
1<br />
Itu adalah sebuah Coffee Shop bernama “De Dampkring”, di mana sejumlah kecil ganja dijual. Terletak di sudut jalan Haarlemmerstraat, Amsterdam, tidak jauh dari Central Station,<br />
<br />
Setelah bersepeda sendirian, Basile duduk di sana, di ruangan yang didominasi oleh cahaya warna merah dengan kualitas tingkat rendah.<br />
<br />
Suasana saat itu cukup tenang bersama alunan musik dengan volumenya yang tepat.<br />
<br />
Langit abu-abu dan rendah tetapi belum hujan. Cuaca memang sedang benar-benar buruk, bahkan di seluruh Eropa.<br />
<br />
Itu bulan Mei 2001 dan itu dingin!<br />
<br />
2<br />
Pada waktu cerita ini dibuat, Basile sedang merampungkan gelar master Filsafat di Universitas Amsterdam, dan magang di majalah Het Parool untuk Jurnalisme Budaya.<br />
<br />
Basile mengenal dirinya sebagai seorang Indonesia yang pergi ke Amsterdam sejak setahun yang lalu. “Ah, sudahlah. Bukan siapa aku, tetapi apa yang aku lakukan”<br />
<br />
Basile adalah yang berfikir tentang manusia, yang tinggal di tempat berbeda di seluruh dunia, untuk mencari kehidupan lebih baik. Dan merenungkan tempat lain yang lebih memungkinkan untuk meraih masa depannya.<br />
<br />
Hari itu, Amsterdam bukan hari yang baik untuk pergi, tapi Basile pergi untuk bertemu dengan Sarah. Seorang gadis dari kota Israel yang sudah ada di Amsterdam pada waktu yang sama dengan Basile, juga kuliah di kampus yang sama dengan Basile, tetapi berbeda jurusan.<br />
<br />
Kemarin, di kampus, mereka hanya punya waktu sepuluh menit untuk bertemu.<br />
"Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi?", Tanya Basile<br />
"Bisa bertemu di “De Dampkring”, jawab Sarah, sambil berkemas untuk pergi.<br />
“De Dampkring?” Tanya Basile, berusaha yakin dia tahu tempat itu. “Oh. Oke”<br />
"Besok, pukul 22:00", kata Sarah<br />
"Tapi aku tidak punya nomor teleponmu" kata Basile.<br />
"Aku curiga kamu sudah mendapatkannya dari Isaac”<br />
“Ha ha ha belum”<br />
“Dan mencatatnya dalam buku yaa. Diam-diam"<br />
“Ha ha ha. Aku serius. Aku belum punya"<br />
"Oke sampai jumpa di De Dampkring"<br />
"Ah! Ya sudah"<br />
"Bye! Syalom Alaihim! (Alechem)"<br />
"Bye!"<br />
<br />
3.<br />
Hari itu, mereka benar-benar bertemu. Percakapan membaur di udara, di atas makanan.<br />
<br />
Mereka diskusi, sebagai satu dialektika tentang perbedaan yang tidak dilarang oleh perasaan dan kebijaksanaan.<br />
<br />
Itu menyenangkan bahwa mereka terlihat santai dan tidak memiliki sepenuhnya naluri kesukuan. Bertindak tidak seperti orang lain yang memiliki pemikiran sempit.<br />
“Aku sudah terlatih sejak bayi untuk menjadi Yahudi”, kata Sarah ketawa. Lalu ia hirup lagi kopinya.<br />
“Dan berkembang menjadi cantik untuk duduk denganku sekarang”, kata Basile<br />
“Kau yakin gak salah lihat?”. Sarah tersenyum.<br />
"Aku senang bersamamu dan itu yang penting."<br />
<div>
"Ha ha ha"</div>
"Hari ini, Aku hanya ingin tinggal jauh dari orang-orang"<br />
"Kenapa?", tanya Sarah<br />
"Aku sedang tidak ingin membaca atau berpikir. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain bertemu denganmu"<br />
<br />
Sarah tersenyum bersama hujan yang turun secara dramatis hari itu. Awan gelap berguling di atas kanal, meninggalkan segala sesuatu yang diwarnai oleh kegelapan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5hMHsdikHzm1JBZqvEKvayM9KNLldiyO_4bf3DhlviRC0nfOflbTTvCw0rMs9wYWuYDsZYsjEft55BHNAb5826c2qiM-CyuMiKJM2i-uHg8FI11kK-qxgI8wBpqmu30J7KWjcvKZni2nh/s1600/amstel2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5hMHsdikHzm1JBZqvEKvayM9KNLldiyO_4bf3DhlviRC0nfOflbTTvCw0rMs9wYWuYDsZYsjEft55BHNAb5826c2qiM-CyuMiKJM2i-uHg8FI11kK-qxgI8wBpqmu30J7KWjcvKZni2nh/s1600/amstel2.jpg" height="266" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
BERSAMBUNG YA :) <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-57306337309958025162014-10-27T16:45:00.002-07:002015-07-06T01:13:09.711-07:00DILAN, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz-g46DdqEreYo3V_wGcCL1zEaE8yPVl2L5z70taH-54g99c1YsbNrjZJxaq1BDeeVM6t_JPMI3PJ2ps36tuusnY-wJZj9m9AuKAcwjvqslpewnY5uTUlxAsXQA6OhdV1PtuaYS8j7Lkji/s1600/dilan+kedua.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz-g46DdqEreYo3V_wGcCL1zEaE8yPVl2L5z70taH-54g99c1YsbNrjZJxaq1BDeeVM6t_JPMI3PJ2ps36tuusnY-wJZj9m9AuKAcwjvqslpewnY5uTUlxAsXQA6OhdV1PtuaYS8j7Lkji/s400/dilan+kedua.jpg" width="257" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Sedang diedit ulang :) </div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com157tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-75929612674394352292013-10-15T15:30:00.003-07:002014-03-28T12:40:07.164-07:00Dilanku. Dia Adalah Dilanku Tahun 1990<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<div class="MsoNormal">
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Cover Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7p7Jee2rTtzjk9IqIMVOrdPA7oIta-nEId0vX9hPMxVeEv_7f5BEXuEmvw1yJ_Ftr4gEcL8dnDinGfBRCoYSF9fi193AvDTKW8rV_2H57EsGWe8wOooNnIL5RqxGzTo-66i_b4XB1jQCy/s1600/dilanuntukmizanbawa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7p7Jee2rTtzjk9IqIMVOrdPA7oIta-nEId0vX9hPMxVeEv_7f5BEXuEmvw1yJ_Ftr4gEcL8dnDinGfBRCoYSF9fi193AvDTKW8rV_2H57EsGWe8wOooNnIL5RqxGzTo-66i_b4XB1jQCy/s1600/dilanuntukmizanbawa.jpg" height="400" width="276" /></a></div>
<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;">COMING SOON</span><br />
<span style="font-size: x-large;">April 2014</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com426tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-84034990749017026652013-05-04T14:22:00.000-07:002014-01-24T09:36:53.403-08:00TERA ERRAU<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="line-height: 18px;"><b>SEDANG DIEDIT UNTUK DIAPLOD SEBANYAK MUNGKIN</b></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-78937242437059812512013-05-04T13:17:00.000-07:002013-05-04T14:42:52.766-07:00SUWAT - Sumber Waras Tidak<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>SUWAT<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Sumber Waras Tidak<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
(Sedang digarap, mudah-mudahan bisa lekas terbit) <b><o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Suwat I <o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>SANG IMIGRAN</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dia sudah tinggal di bumi selama dua puluh lima tahun,
sebelum akhirnya bertemu denganku enam hari yang lalu. Ini pertemuan ketiga, di
sebuah cafe kecil yang sore, yang dingin, yang bagus, di bulan Oktober yang
baik. 2001 masehi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dia bertanya lagi:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Jadi, menurutmu, siapa dirimu, Basile?”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Iya, kamu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku adalah bajingan yang bergerak bersama waktu, Gioia”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Dia mulai mencoba lagi mempermanis dirinya dengan senyuman,
dan selalu berhasil.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Hmmm. Dari mana asalmu?”. Matanya bekerja dengan baik untuk
membuat dirinya menjadi makin penuh pesona sebagai seorang mahasiswi jurusan
filsafat dari Universitas terkenal di dunia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku ini, imigran dari sorga, Gioia, yang diselundupkan ke
bumi oleh ayahku yang tegang di kamar pengantin”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Oh ya? Ha ha ha. Mengapa harus tegang?”, Dia memegang
cangkir kopinya sambil ketawa. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Supaya bisa memenuhi alasan atas apa yang harus
dilakukannya itu”</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Juga harus keras ya?!”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Oh, tentu ha ha ha!”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Kalau tidak, pasti akan susah menyelundupkanmu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ha ha ha”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Angin laut telah diadakan di cafe ini sebelum kami datang.
Keindahannya terbuat dari ranting-ranting pohon yang tumbuh di tepi jalan. Satu
matahari di sana, sedang pergi ke area yang lebih gelap, didorong oleh awan
berwarna-warni. Kami datang, untuk kopi, dan lainnya, dalam perjalanan pulang
dari kampus.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Dan ibumu?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ibuku?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Iya. Apa peran ibumu sampai kamu bisa ke bumi?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Tugas ibuku, ya dia menyimpan hasil selundupan"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Hmmm"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Di tempat yang kokoh selama sembilan bulan”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Dia tersenyum. Seorang wanita dengan rambutnya yang bagus
dalam dua kepang besar. Tubuhnya dilindungi oleh jaket tebal agar bisa
membentuk sebuah keserasian. </div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Betul, jika ada jin yang akan mengabulkan
permintaanku, salah satu dari keinginanku adalah, pasti, ingin menikah
dengannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku tidak tahu apa yang dirasakan ibuku.....ketika dia
melibatkan dirinya dengan rasa sakit, untuk bisa mengeluarkanku dari lubang
khusus yang ada di tubuhnya itu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Lubang kemana kamu diselundupkan? Ow, dan dari situ juga
kamu keluar ya?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Lubang yang tidak dimiliki oleh laki-laki”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku tahu yang kau maksud”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Untuk itu, ibu dibantu oleh dokter dan suster”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Dengan bayaran yang akan ditanggung oleh ayahku”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Itu ayah yang baik. Tapi pelaku penyelundupan tetap harus
ditangkap”. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Kalau ayah dan ibuku ditangkap, pihak rumah sakit juga
harus, Gioia”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Karena mereka juga terlibat dalam konspirasi menyelundukan
kamu ke bumi?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Iya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Oke"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Betapa hangat dia di dalam jaketnya itu! Aku merasa bahwa
aku suka dengan semua yang ada padanya!<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Angin berhembus seperti napasku. Beberapa daun berguguran.
Parfumnya melayang adalah keinginannya. Dari semua bintang yang ada, hanya dia
yang hidup di mataku, rasanya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Suwat II <o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>IBU</b></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Pada matanya aku selalu merasakan sensasi yang akrab. Segalanya, termasuk helaian rambut di keningnya, tampak cocok untuk disesuaikan dengan dirinya. Hingga kiamat dan bahkan mungkin setelah itu.</div>
<div class="MsoNormal">
“Bagimana rasanya saat kamu sampai di bumi ini, Basile?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Pertama kali di bumi, yang aku dapat adalah cahaya
matahari”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Terbukti, kamu bukan Drakula!"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Karena?"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Kalau iya, sudah hangus sejak itu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“He he he. Aku merasa mendapat kebahagiaan"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Ya"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Kebahagiaan yang bisa dilihat dari pancaran wajah
orang-orang yang datang menengok”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Saudara-saudaramu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku dipeluk ibu, dengan pelukan yang selalu dirasa kurang
oleh ibuku”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Mengapa?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Dia terlalu ingin memastikan bahwa saya aman, Gioia, bahwa
saya nyaman”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aman dari siapa?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Termasuk dari tentara pencabut nyawa. Bisa saja, jika
harus, mereka akan mendeportasi aku kembali ke sorga”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Bagaimana rasanya dipeluk ibu di bumi?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Satu keadaan di mana saya merasa sangat dicintai”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Hmm”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Merasa sangat dihargai, untuk pikiran dan hatiku”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Saat itu aku langsung tahu, itu mungkin akan selalu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Tentu, Basile. Kemarin kamu pernah bilang tentang sorga di
bawah telapak kaki ibu. Bagaimana itu bisa kamu katakan?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Itu nabiku yang bilang begitu. Aku setuju. Sorga adalah
pondasi untuk kedudukan istimewa seorang ibu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku juga setuju”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Sesekali aku suka
membayangkan, bagaimana dulu ayah dan ibu melakukan pertemuan”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Pertemuan untuk?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Mungkin diskusi. Berdua di sebuah tempat khusus. Berdua
membuat sebuah rencana besar menyelundupkan aku ke bumi”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya”. Dia tersenyum.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Meskipun aku tidak yakin bahwa mereka benar-benar
merancangnya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Kalau benar?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Kalau benar, mereka mungkin melakukannya dengan melalui
beberapa tahapan yang harus dilalui”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Tahapannya?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Itu akan dimulai dari mata”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Lalu turun ke hati”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Dari mata turun ke hati, ya itu cinta”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Dan turun lagi”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ke?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ke bawah perut”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Hmm”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Diubah menjadi nafsu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Untuk?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Untuk mereka kelola di tempat sunyi, sebelum lalu pergi ke
sorga”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Wow”. Dia minum lagi kopinya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Mereka melayang ke angkasa, bersama gelora perasaan yang
dialaminya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Terbang dengan penuh kenikmatan”. Dia tersenyum, bukan disebabkan oleh karena di adik angkatanku, tapi dia makin manis kalau begitu. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“He he he. Iya. Lalu kembali ke bumi. Lunglai sesaat setelah
aku tersimpan di dalam perut ibuku”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“He he he”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Bagi mereka, sebelum semua itu, mereka harus lebih dulu
pergi ke Kantor Urusan Agama”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Apa itu?"<br />
<div style="text-align: justify;">
"Instansi pemerintah, di Indonesia, yang mencatat legalitas formal pernikahan”<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
“Ya"<br />
"Mereka ke sana untuk tidak mendapatkan kecelakaan sebelum pergi ke sorga mengambilku”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Kecelakaan?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Maksudku supaya tidak dianggap kecelakaan”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Oh, aku mengerti Married By Accident maksudmu? Ha ha”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Kamu sudah mengatakannya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Ya ya ya"</div>
<div class="MsoNormal">
Suaranya seperti laut yang bergumam. Apakah aku menyukainya
begitu cepat? Semua orang akan begitu. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>Suwat III<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b>BUMI</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Malam sudah sedang merayapi langit. Membimbing kami untuk mulai
berasa lebih dekat. Musik cafe adalah sesuai dengan yang ingin kami dengar. Dan kata-kata,
saling mencari pemahaman perasaan untuk menemukan satu sama lain di sana.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Hai, Imigran dari sorga”. Dia tersenyum.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya, Gioia?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Apa pandanganmu tentang bumi?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku melihat banyak hal aneh di sini, setidaknya itulah
pendapatku”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Anehnya?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Matahari malah menyala ketika siang, bukan justeru di malam
hari. Kukira, itu akan lebih bermanfaat untuk membuat malam menjadi terang”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ha ha ha. Aneh yang lainnya?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Orang gila difasilitasi telepon genggam, agar ada benda
dengan siapa dia harus ngomong dan ketawa sendiri”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ha ha ha”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Jangan ketawa, Gioia, aku serius”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku juga ketawanya serius”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Dan berjalan di atas bumi ini, Gioia”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya. Bagaimana menurutmu?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Di atas bumi yang terus berputar ini”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Bagiku seperti sedang bermain sirkus”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku setuju”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Bukan hal mudah melakukannya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Hmm”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Membutuhkan keseimbangan"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Iya betul"<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
"Sampai-sampai aku baru bisa berjalan setelah dua tahun
tinggal di bumi”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku juga ha ha”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Orangtuaku mengajarkan aku untuk bisa”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Hmm. Bumi yang menakjubkan”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya, Gioia. Oleh itu semua aku dibuatnya terkesima”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku betul-betul terkesima, sampai membuat aku tidak bisa
berkata-kata hampir setahun lamanya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku juga! Baru bisa ngomong setelah 2 tahun!”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ha ha. Jangan-jangan kau juga sama imigran dari sorga?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Kukira begitu”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan ada di sini,
Gioia. Dan bersamamu malam ini”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Inilah bumi, Basile. Selamat datang”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Telat”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Telat bagaimana?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Telat mengucapkannya”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Iya, maaf”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
“Ha ha tidak apa-apa”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di kepalaku tidak ada tempat yang begitu menyenangkan, Gioia,
selain duduk bersama denganmu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Aku ingin berjalan-jalan di bawah pohon berdua denganmu,
dari pagi sampai malam, atau di mana pun, semuanya aku yakin akan indah.</div>
<br />
<div class="MsoNormal">
(BERSAMBUNG)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-8823376603127618142013-04-06T05:23:00.002-07:002013-04-06T11:40:16.360-07:00I Am Sterdam -dinukil dari buku saya: Drunken Molen<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di hari pertama kamu datang, kamu bisa tinggal dulu di rumahnya Larasati. Di Tweede Jacob Van Campenstraat 126A 1073XX, Amsterdam. Kamu juga makan di sana dan harus nyuci sendiri piring bekas makanmu. Kamu juga pipis di sana dan siram sendiri bekasnya. Kamu juga ee di sana dan kamu harus mau cebok sendiri. Memakai sabun, sampo dan pasta giginya Larasati juga.<br />
"Ga tau mana arah kiblat" Larasati bilang begitu ke kamu waktu kamu mau shalat. Kamu lupa ya? Dia kan Nasrani, tidak akan tahu ke mana arah kiblat.<br />
"Mana arah barat?"<br />
"Ini Barat"<br />
"Ha ha. Ke arah mana matahari tenggelam?"<br />
"Sana"<br />
Lalu kamu shalat dengan menghadap ke arah barat seperti yang Larasati tunjukkan dan itu bukan menghadap ke arah Ka'bah di Arab. Kamu sadar hal itu setelah shalatmu selesai dan ketawa.<br />
"Larasati! Aku shalat menghadap Inggris! Inggris di sana kan?"<br />
"Harusnya?"<br />
"Ke Arab ih!"<br />
"Arab di sana!". Larasati menunjukkan tangannya ke arah sebelah timur.<br />
"Waaah. Aku shalat menghadap Elizabeth"<br />
"Ha ha ha"<br />
"Anjing! Ha ha Aku shalat bukan menghadap Pangeran Gusti Allah, tapi Pangeran Charles!"<br />
"Ha ha ha"<br />
"Kupikir ini Indonesia"<br />
<br />
***<br />
<br />
Kamu tidur di kamar belakang. Kamar dengan jendela yang bila kau buka, kau akan bisa melihat apartemen di Quelijnstraat.<br />
"Itu apartemen, penghuninya kebanyakan orang Maroko" Larasati bilang begitu, dan kamu memandangnya sambil merokok di halaman belakang rumah. Memandang apartemen itu yang di pagarnya hampir selalu dijem ur karpet dengan motif gaya Timur Tengah.<br />
"Mereka.."<br />
"Ya..."<br />
"Setiap malam selalu menghisap hashish. Kamu tahu hashish gak?"<br />
"Bagaimana kamu tahu mereka menghisap hashish?"<br />
"<i>You know</i> laaah, tetangga"<br />
"Oh. Iya".<br />
<br />
***<br />
<br />
"Kalau kamu mau lihat-lihat kampus. Kamu ke sana aja sendiri. Dekat. Bisa jalan kaki"<br />
"Aku manja. Ada angkot gak?"<br />
"Kamu bisa naik trem nomor 10 kalau begitu"<br />
Lalu kamu merasa sedikit risau. Karena kamu tahu kamu baru sehari di sana. Larasati tidak bisa mengantarmu, karena malas dan banyak urusan, termasuk harus mengurus suami dan anaknya yang masih kecil itu, si Dhanu. Termasuk harus menghitung uang karena dia kebetulan ditunjuk jadi bendahara acara pameran komik Indonesia di Rijkmuseum Voor Volkenkunde, Leiden. Termasuk sibuk harus menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya biar bisa menjadi Doktor.<br />
"Sibuk sekali"<br />
"Sampau lupa diet"<br />
"Ha ha ya sudah, aku pergi sendiri ke sana. Nih, Belanda sih sudah ada dalam genggaman tanganku", katamu sambil kamu tunjukkan tulisan Belanda di telapak tanganmu.<br />
"Ha ha ha"<br />
"Ada mistar gak?", tanya kamu sambil meraih kapur tulis yang ada di atas meja kerjanya.<br />
"Buat apa?'<br />
"Ini. Pinjam ya?", katamu sambil mengambil mistar di antara tumpukan kertas.<br />
"Buat apaan?!"<br />
"Ini denahnya!" Larasati memberi kamu denah yang sudah dia bikin seperti yang kamu minta.<br />
"Sip. Aku pergi dulu"<br />
"Oke. Kamu pasti bisa lah. Inget-inget aja jalannya, biar kamu bisa kembali ke rumah"<br />
"Iya"<br />
"Kalau kamu lupa jalan pulang...."<br />
"Iya?"<br />
"Kamu ambil taksi minta antar ke Schipol". Larasati bilang Schipol itu maksudnya nama bandara<br />
"Ngapain?" <br />
"Langsung pulang ke Indonesia" <br />
"He he he"<br />
"Minta pesawat yang ke Buahbatu"<br />
"Buah Batu Air Lines"<br />
"Kalau ada apa-apa di jalan, kamu tinggal nanya, kamu kan punya mulut"<br />
"Oh iya. Siap grak". Kamu pergi sambil mikir: Iya, kalau aku tersesat aku mau nanya pake bahasa Indonesia. Biar orang bisa maklum kenapa aku tersesat. Pantes lah tersesat karena aku bukan warga negara Belanda. Kedua, kalau mereka benar Belanda, harusnya mereka sudah bisa bahasa Indonesia, karena pernah lama di Indonesia, bahkan katanya sampai 350 tahun. Kalau ternyata tidak bisa, itu bukan bodoh, melainkan karena ketika Belanda di Indonesia, mereka sibuk membuat tata kota yang baik yang sekarang malah diacak-acak oleh orang Indonesianya sendiri. Membangun gedung-gedung yang bagus yang sebagian sudah dirobohkan oleh para bandit pengusaha untuk dirubah menjadi bangunan mall yang menggelikan.<br />
<br />
***<br />
<br />
Kalau tidak salah, itu adalah tahun 2002, ketika kamu tiba di sana. Bulannya sedang Juni, sedang siap-siap mau masuk musim panas. Musim panas yang penuh dengan angin dan oleh karena itu mengapa maka dingin. Kamu keluar dari rumah Larasati dengan berbalut jaket tebal. Berjalan sendiri, menyusuri trotoar berwarna merah jingga. Jika orang melihatmu dari atas, orang akan melihat sebuah gari putih memanjang di atas trotoar.<br />
<br />
Itu adalah garis kapur tulis, kapurnya terikat diujung mistar yang kau seret dimulai dari depan rumah Larasati. Panjang sekali garis itu dan kamu sengaja membuatnya, untuk berguna menjadi petunjuk saat kamu harus kembali ke rumah Larasati. Harusnya, juga berguna untuk Larasati, kalau dia ingin tahu ke mana kamu pergi. Ke sana, melewati jembatan angkat di atas sungai Amstel. Ke sana, ke kampus yang tinggi besar dengan pagar besinya yang juga tinggi. Gedung yang dingin dan sunyi karena itu hari minggu.<br />
<br />
Ada suara burung dan derit sepeda yang lalu lalang di jalanan. Sebuah kolam, atau mungkin danau kecil, di seberang jalan itu, kamu melihat di atasnya beberapa itik yang bagus sedang berenang disaksikan oleh daun-daun pohon Willow. Pohon menangis. Benar-benar, seperti ada orang kaya yang sengaja menghabiskan uangnya untuk membuat keadaan bisa menghanyutkan setiap perasaan bagi siapa pun yang ada di sana. Uh, cabang-cabang ranting pohon yang banyak di sepanjang jalan itu, adalah cabang-cabang ranting pohon yang sangat cocok ada di sana, membuat sore menjadi bagus untuk diphoto. <br />
<br />
Kamu kembali ke rumah Larasati dengan menyusuri garis putih sambil tersenyum dan berhenti sebentar di suatu daerah yang sepi untuk membuat sketsa di atas kertas yang kau bawa. Daerah itu, lalu kamu tahu nyatanya memang selalu sepi, hampir setiap hari. Itu di sekitar belokan yang mau ke arah rumah Larasati. Di sana, kamu membaca tulisan vandalisme yang dibuat dari pilox: <i>The Faults </i>pada sebuah tembok yang sedang direhab <br />
<br />
"Mungkin itu gengmotor" jawab Larasati, ketika kamu bertanya apa maksud dari <i>The Faults</i>.<br />
"Oh"<br />
"Atau gak tau apa"<br />
Dua hari kemudian, kamu sengaja membeli pilox dan pergi ke sana untuk membuat tanda silang dan tulisan TAI pada tulisan <i>The Faults</i> itu, lalu membuat tulisan baru di bawahnya: XTC, salah satu nama gengmotor yang ada di Bandung.<br />
"Yes" katamu dalam hati dan senang.<br />
<br />
***<br />
<br />
Lama-lama, kamu mulai diserang rindu. Rindu akan banyak hal yang berhubungan dengan Indonesia, termasuk makanannya.<br />
"Apa itu filsafat?" Larasati bertanya kepadamu, di kesempatan ketika kamu main lagi ke rumahnya.<br />
"Filsafat adalah, tapi aku sedang ingin jengkol sekarang dan sambal!"<br />
"Coba kamu pergi ke Albert Cuypstraat"<br />
"Ada di sana?"<br />
"Di ujung pasar Albert Cuyp, ada toko. Namanya toko Ramee. Kamu bisa beli mie instan, tauco. Rokok Indonesia juga ada. Borong aja semuanya, barangkali kamu tolol"<br />
"Ayo, besok"<br />
Ya harus besok, karena kamu harus pulang dulu dan tidur malam itu setelah usai membaca buku Rumah Kaca karya Pramudya Anata Toer yang dulu dilarang beredar di Indonesia. Tidur bersama rasa rindu yang entah mengapa mampu membuatmu sedikit kacau di sore hari yang tadi, barangkali juga disebabkan oleh kamu yang sedang demam waktu itu.<br />
<br />
***<br />
<br />
Tapi besoknya, kamu malah ke sana, menyusuri sungai Amstel dengan membawa kail yang dibuat dari peniti dan diikat oleh tali seperti benang kasur, tujuanmu hanya satu untuk: mencari belut! Waw, udara yang dingin dan usaha yang sia-sia. Kamu lalu pulang <br />
"Ngapain?" Larasati bilang begitu ketika kamu ceritakan kepadanya. <br />
"Ha ha ha Kampungan ya?"<br />
"Bukan kampungan itu, itu namanya belegug!"<br />
"Ha ha ha Ga apa-apa deh"<br />
Pada dasarnya kamu tahu, kamu bukan bermaksud semata-mata ingin mendapat belut. Toh kamu juga tahu, kalau cuma ingin belut (di sana disebut <i>paling)</i>, kamu bisa tinggal pergi ke New King, ke rumah makan Chinese Food, di Zeedijk, di daerah deket Red Light District itu. Kamu mungkin hanya ingin, entahlah apa itu, susah sekali menerjemahkan perasaan.<br />
<br />
Sekarang kamu di sini. Sudah di Indonesia lagi. Sudah pulang sejak beberapa tahun lalu. Coba lihat photo-photomu itu, salah satunya photo kamu yang telanjang dada sedang turun ke kanal kecil di Haarlem dan mengeduk airnya dengan ember, apakah kamu tersenyum melihatnya? Photomu yang lain, sedang menyapu jalanan di daerah pecinan, apakah kamu tersenyum melihatnya? Photomu yang lain, seolah-olah sedang jualan hot dog di lapangan deket Musium Van Gogh, apakah kamu tersenyum melihatnya? Kalau iya, tapi ibumu tidak, dia malah terkejut.<br />
"Ngapain kamu di sana?!!"<br />
"Kerja sambilan"<br />
"Membersihkan sampah?"<br />
"Memangnya kenapa kalau membersihkan sampah? Dat is goed, Moeder!"<br />
"Mana kincir anginnya?"<br />
"Ha ha di sana laah!"<br />
<br />
Bandung, Februari 2008 <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-88145039369704024632013-04-05T23:06:00.003-07:002013-04-09T08:02:25.044-07:00CUIDAD DE LA HABANA CUBA - diambil dari bukuku "Drunken Molen"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
CUIDAD DE LA HABANA </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<i>Orang Kuba tidak menerima bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena mereka tidak akan mengerti ..........</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan, di Havana. Yaitu di Cuidad De La Habana, Kuba.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Apa kau pernah di sana? Menyusuri trotoar
jalan di hari sore berangin bersama Juanita? Bersama Juanita Yoani Sanchez nama
lengkapnya. Perempuan Kuba yang bagus kalau senyum, dan tetap bagus meskipun diam. Hari itu adalah hari terakhir kamu tinggal di Kuba karena besok kamu akan
kembali ke negaramu, ke Republik Indonesia, meskipun kamu sudah hampir setahun tinggal di
sana. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kepada Juanita, kawan baikmu itu, kamu minta diantar untuk
membeli oleh-oleh sambil masih tetap duduk di kursi kayu dan menggenggam surat
khabar GRANMA. Surat khabar yang bila kau baca kau akan pusing karena kamu tahu
kamu tidak terlalu mengerti bahasa Spanyol. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu Juanita membawa kamu ke sana, sore
itu, ke tempat yang sebenarnya bukan toko oleh-oleh. Cuma toko biasa dengan
bangunannya yang tua bergaya Baroque. Kamu ingat, temboknya warna biru yang sudah
dibikin pudar oleh waktu. Di bagian tertentu ada sedikit warna kuning, pasti sengaja, mungkin untuk berguna bisa memberi sedikit aksen.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kamu masuk bersama Juanita dengan cara membuka pintu yang ada
tulisan: ABIERTO nya. Di dalam toko, pada sebuah pilar yang melengkung, kamu
membaca sebuah tulisan besar berbahasa Spanyol: INI HAVANA DAN KAMU BAHAGIA”,
kira-kira begitu kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ada sebuah meja
tua yang panjang, tempat tinggal mesin hitung, tumpukan buku, daun kering, cerutu
dan banyak lainnya lagi yang akan panjang kalau kamu sebutkan semuanya secar
detail.</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Kalau kamu ingin
cerutu dan Café Cubano”, kata dia dalam bahasa Inggrisnya yang khas, “Di sini
kamu bisa dapat”.</div>
<div class="MsoNormal">
“Kalau tidak ingin?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Sudah jangan beli!”. Kamu ketawa dan dia juga. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Juanita menyapa seorang bapak tua dan gemuk. Bapak tua itu asalnya
duduk, lalu berdiri untuk menyambut kalian datang.</div>
<div class="MsoNormal">
“Hello”, katanya.</div>
<div class="MsoNormal">
“Hello. Assalamualaikum, Pak Haji!”. Kamu berseru,
menyapanya.</div>
<div class="MsoNormal">
“Ya? Bisa saya bantu?”, kira-kira begitu kalau diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia.</div>
<div class="MsoNormal">
“Mau beli oleh-oleh, Pak Haji!”<span style="mso-spacerun: yes;">, k</span>atamu lagi.</div>
<div class="MsoNormal">
“Haji? No. I am Jose”</div>
<div class="MsoNormal">
“Ya Haji Jose. Saya mau membeli oleh-oleh”, kamu menjawab
dalam bahasa Inggrismu. Juanita tersenyum, entah mengapa, dan pergi ke sana
untuk melihat barang dagangan yang ada di sana, tapi maksudnya lebih seperti sengaja untuk tidak
ikut terlibat dalam percakapan itu. Kayak yang malu punya kawan macam kau. Kamu
diantar Jose melihat benda-benda itu juga.</div>
<div class="MsoNormal">
“Berasal dari mana kamu?”, Jose bertanya</div>
<div class="MsoNormal">
“Indonesia, Pak Haji”</div>
<div class="MsoNormal">
Jose tersenyum. Mungkin dia berpikir: “Anak muda ini mengapa
selalu memanggil aku Haji? Apa sih Haji itu?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Indonesia? India? Bombay?”, Jose bertanya lagi.</div>
<div class="MsoNormal">
“Bukan, Pak Haji. Kamu tahu Indonesia?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Di mana itu?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Di mana ya? Kamu tahu Sokearno?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Soekarno? Tidak”</div>
<div class="MsoNormal">
“Lady Diana? Tahu Lady Diana?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Ya. Lady Diana. Kamu dari England?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Bukaaaaan. Saya dari Indonesia, Pak Hajiii”</div>
<div class="MsoNormal">
“Lady Diana dari England, bukan?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Dia lahir di Indonesia. Tapi tidak mau ngaku”</div>
<div class="MsoNormal">
“Oh ya?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Nyatanya begitu”</div>
<div class="MsoNormal">
“Aku baru tahu”</div>
<div class="MsoNormal">
“Pak Haji, Tahu Pele?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Ya aku tahu Pele. Pemain sepakbola. Saya suka dia”</div>
<div class="MsoNormal">
“Dia lahir di Brazil”</div>
<div class="MsoNormal">
“Ya. Aku tahu. Hmm Indonesia nama daerah di Brazil?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Ih. Bukan. Udah ah, pusing”</div>
<div class="MsoNormal">
“Oke, kalau begitu. Ga apa-apa”. Jose bilang begitu sambil
tersenyum.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu kamu nanya ke “haji” Jose soal barang yang kamu ingin
tahu apa itu. Jose menjelaskannya dengan baik. Juanita datang seraya
menyenggolmu untuk minggir. Dia membawa sebuah boneka aneh seperti boneka dari Voodo
dan bertanya kepada Jose agar bisa mendapatkan penjelasan. Kukira, Jose pasti
suka ketika menjelaskannya karena dia tahu Juanita memang cantik.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kamu akhirnya membeli beberapa ikat cerutu Cubano, dan yang
lainnya lagi yang kamu sudah lupa apa saja. Juanita tidak membeli apa-apa,
karena dia tahu, dia bisa membelinya kapan saja bila mau. Tak lama dari itu, lalu datang seorang ibu tua dengan rambutnya yang dikuncir.
Itu ibu gemuk, segemuk Jose. Kalau tidak salah, waktu itu, dia memakai tank top berwarna
biru tua. Kamu sudah lupa siapa namanya, tapi dia adalah manusia dan istrinya
Jose. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dia masuk ke sana untuk untuk jadi berdiri di balik meja kasir. Kepadanya
kamu serahkan barang-barang yang kamu akan beli untuk dihitung, supaya menjadi jelas
berapa kamu harus bayar. Oh, sekian peso dan dia sangat baik dan ramah. Tidak
semua orang Kuba itu ramah, memang, tapi di sana kamu bisa pergi ke mana saja dengan
hanya menyetop mobil untuk bisa mendapat tumpangan. Hal yang macam itu, di sana,
disebutnya sebagai Bote.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
“Dia dari Indonesia. Kamu tahu Indonesia?” Jose ngomong
begitu ke istrinya sambil tersenyum.</div>
<div class="MsoNormal">
“Indonesia? Di mana itu?”. Istrinya Jose balik bertanya
seolah-olah ditujukan kepadamu.</div>
<div class="MsoNormal">
“Dekat Antartika, Bu Hajjah”, jawabmu.</div>
<div class="MsoNormal">
“Antartika? Oww. Hajah apa itu?” istri Jose bertanya lagi
dan kamu berusaha bertahan untuk tidak ketawa. Di ujung meja, Juanita sedang berdiri bersama Jose yang sedang mebungkus barang belanjaanmu. Mereka ngobrol, tapi
kamu tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
“Iya saya datang dari Antartika”, katamu lagi kepada istrinya Jose.</div>
<div class="MsoNormal">
“Aku tahu Antartika. Bagimana tinggal di sini menurutmu?”</div>
<div class="MsoNormal">
“Dingin sekali”</div>
<div class="MsoNormal">
“Dingin? Oh ya? Ini panas. Antartika sedingin es”, kata
istrinya Jose.</div>
<div class="MsoNormal">
“Ah itu isu. Jangan asal percaya. Coba ibu pergi ke sana.
Buktikan dulu”</div>
<div class="MsoNormal">
“Tidak. Itu jauh”.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu kamu bertanya kepada Juanita soal jumlah uang yang
harus kamu serahkan. Juanita segera membantumu dan menyerahkan beberapa jumlah
uang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kepada istrinya Jose. </div>
<div class="MsoNormal">
“Terimakasih banyak” kata istri Jose sambil menyerahkan uang
kembalian.</div>
<div class="MsoNormal">
“Sama-sama” katamu sambil berkemas untuk siap-siap mau pergi.</div>
<div class="MsoNormal">
“Ya”</div>
<div class="MsoNormal">
“Pak Haji, Bu Hajjah. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Mangga,
</i>ah! Assalamualaikum”, katamu sambil pergi bersama Juanita untuk meninggalkan
mereka.</div>
<div class="MsoNormal">
“Ya, terimakasih, Indonesia. Sampai Jumpa”</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kamu dan Juanita memilih berjalan kaki untuk pulang. Menyusuri
trotoar jalan, menyusuri gedung-gedung tua, menysurui hari yang tak lama lagi sudah
mulai akan senja. Kamu dan Juanita tertawa, termasuk ketika membicarakan orang-orang yang pada
nganggur duduk di tangga yang ada di depan rumahnya. Tertawa dengan begitu banyak, seolah-olah hanya untuk itu kalian hadir ke dunia. Juga sekaligus untuk mengungkap akan semua kenangan tentang apa saja yang
sudah pernah engkau dapatkan di Kuba, yaitu selain pengetahuan tentang seni liberal. Membuat semakin
kuat saja desiran yang engkau rasakan di rongga mulutmu itu. Desiran khas yang muncul karena didesak oleh banyak hal
yang engkau rasakan dan tidak lagi mampu kau bendung. </div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-24522030035636665442013-03-31T19:10:00.002-07:002013-03-31T19:10:31.195-07:00Mesjid Rolling Stones (Bagian II)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Itulah mesjid, selain menjadi tempat
shalat, adalah juga tempat anak-anak bisa merasa senang dan ramai untuk
berkumpul bersama teman-teman. Bahagia rasanya bisa pergi ke sana setiap
menjelang akan magrib. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Lebih lagi kalau sudah ramadhan, mesjid
jadi lebih rame lagi. Dulu, selama bulan
ramadhan kegiatan sekolah diliburkan. Biasanya kami dikasih ijin oleh orangtua
untuk tidur di mesjid. Untuk tidur bersama teman-teman. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Menjelang sahur, nanti bangun, untuk
rame-rame keliling kampung. Membangunkan manusia, dan juga binatang karena
berisik oleh ember atau kaleng yang kami pukulin. Kami lakukan sambil menyanyi
dengan suara yang keras. Lagunya bebas, setiap hari selalu berganti syair:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Mang Ajid, baaaangun, Mang
Ajiiiiid!!!”. Itu kalau kami sedang tepat berada di depan rumah Mang Ajid.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Mang Muston jangan!”. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ha ha ha” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Pak Bambang banguunn, Pak Bambang!
Katanya mau tidur!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ha ha ha”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Pokoknya tidur di mesjid itu asik.
Sebelum tidur bisa ngobrol-ngobrol dulu, atau pernah menggotong si Dedi yang
sudah tidur duluan, untuk dipindah ke tempat lain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Sayang sekali pas lagi diangkat, si
Dedinya keburu bangun. Harusnya jangan, biar ketika bangun, dia kaget, karena
berada di dalam keranda mayat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Berharap dengan itu, si Dedi nanti akan
cerita bahwa dia pernah dipindahkan tidurnya oleh jin, dan juga menyesal karena berani tidur di
mesjid tidak baca-baca dulu, tidak mengingat Allah dulu, melainkan malah
mengingat si Dila anak Bu Kandar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Tiap habis shalat taraweh, sekitar jam
delapanan, biasanya anak-anak akan masih main di luar. Main apa saja, bebas.
Main petak umpet, main remi, atau apa saja. Itu bisa, karena selama bulan
ramadhan, sekolah diliburkan. Dan jaman
dulu mobil belum banyak. Jalanan juga masih lengang. Masih sunyi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Malam itu saya ikutan bermain petak
umpet dan kebagian jadi “kucing”. Saya jongkok, sambil menutup muka saya dengan
kedua belah tangan, membiarkan mereka lari nyari tempat sembunyi. Setelah itu, saya pulang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Seandainya harus dicari, padahal saya
tahu, mereka biasanya akan sembunyi di balik pohon, di samping rumah, di balik
drum minyak tanah milik toko Koh Bunbun, dan di tempat lainnya yang dianggap
baik untuk sembunyi. </span><span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Iya. Tapi sayanya ngantuk. Jadi aja pulang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Enggak langsung tidur sih, baca buku dulu. Mereka pasti bingung, kenapa tidak
juga dicari. Mau keluar, takut nanti ada “kucing”. Mau terus sembunyi, tapi
lama sekali. Iya lama sekali. Entah sampai kapan akhirnya mereka sadar si
“kucing” desersi. Saya gak tahu karena sayanya sudah tidur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Besoknya saya tidak pernah diajak lagi
bermain petak umpet. Biarin. Kan kalau saya gak ikutan, si Piyan juga pasti gak
mau ikutan, si Wildan juga gak akan, si Entis juga gak akan. Si Nandan juga.
Tidak tahu kenapa bisa begitu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Seperti malam itu, waktu yang lain pada
main petak umpet, Entis, Piyan, wildan dan Nandan pada bergabung bersama saya,
duduk ngobrol di warung Bi Nae. </span><span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Warung Bi Nae itu warung kecil. Seperti
warung kopi, dan ada atapnya, ada pintunya juga. Tempat biasa anak-anak muda
pada nongkrong.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Anak muda yang saya maksud adalah
mereka yang usianya lebih tua dari kami. Tapi anak mudanya waktu itu pada gak
ada, mungkin lagi pada ke sana, menghadiri di acara kendurian yang
diselenggarakan di rumahnya Mang Sadeli. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Tahu rumah Mang Sadeli gak?
Mudah-mudahan enggak, biar gak percuma saya jelaskan sekarang. Rumah Mang
Sadeli itu letaknya di seberang jalan warung Bi Nae, tapi agak ke sebelah kanan
lagi, kira-kira 10 meteran. Deket mesjid. Kalau rumah Bi Haji Acih tahu gak?
Gak usah tahu lah, gak penting. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Warung Bi Nae seperti sengaja harus ada
di bumi, untuk menjadi saksi atas saya dan teman-teman berencana menyembunyikan
sendal punya orang yang lagi hadir di acara kenduri itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Caranya gampang, tinggal pergi ke sana
dengan cara diam-diam, terus diambilin deh sendalnya, untuk dibawa ke warung Bi
Nae. Waktu itu Bi Naenya sedang ada di dalam warung. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Di sini aja” kata saya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Hi hi iya”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Nanti mereka nyari ke sini. Kan warung
Bi Nae jadi laku” kata saya. Kamu tahu siapa Bi Nae? Bi Nae itu adalah kakak
dari ibuku. Tentulah saya akan senang kalau dagangannya laku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Eh, jangan. Nanti yang disalahin Bi
Nae”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Terus? Di mana?”, saya nanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Di mana ya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Eh, tulisin aja sendalnya?”, saya
bilang begitu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Tulisin apa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Tulisin nama orang”, kata saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kan enggak tahu sendal siapa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Biarin. Tulis asal aja”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Hi hi iya”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Setelah saya ngambil spidol di rumah,
satu persatu sendal itu ditulisin. Ditulis dengan menulis nama orang. Gak usah
dipikirin deh itu sendal siapa, pokoknya tulis. </span><span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Bisa jadi itu sendal Mang Opik, tapi di
sendalnya ditulisin: PUNYA HAJI MUKSIN ALATAS. Bisa jadi itu sendal Mang
Makmun, tapi disendalnya ditulisin: PUNYA RHOMA IRAMA. Ada juga sendal yang
ditulisin PUNYA SADELI, PUNYA BU ASRI. Atau mungkin itu sendalnya Pak Latif,
tapi di sendalnya ditulisin: MILIK KYAI HAJI DAROPI CAKEP.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Siapakah Daropi itu? Kenapa harus
ditambahi keterangan KYAI dan CAKEP? Masa’ gak tahu? Daropi itu kakaknya si
Piyan! Gak enak kalau ditulisnya MILIK DAROPI JELEK BANGET, karena ada si Piyan.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Dan, astagfirullahaladziim, ada juga
sendal yang dikasih tulisan dengan hurup arab dan asma Allah. Kalau sekarang,
pasti tidak akan mungkin saya lakukan. Harus bisa maklum, itu terjadi di jaman
dulu, di jaman saya masih siswa SMP. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Setelah semua ditulisin, sendal-sendal
itu dibalikin lagi ke tempatnya. Lalu pergi, untuk tidak tahu apa yang kemudian
terjadi. Tentu saja mereka akan mendapati sendalnya sudah ada tulisan dengan
spidol permanen. </span><span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Kalau saja dulu mereka minta ditulisnya
pake spidol yang buat whiteboard, tentu gak akan bisa kami penuhi, karena jaman
dulu belum ada spidol macam itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Besok harinya ada Kang Daman bercerita
kepada bi Nae, katanya gara-gara itu sampai ada orang yang pulang dengan
nyeker, karena di sendalnya ada tulisan huruf arab yang susah dihapus. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Di rumah, sebelum saya tidur, saya
berfikir, bagaimana kalau seandainya Mas Oki tahu dan bertanya, kenapa
sendalnya ditulisin dengan nama: MILIK PRIBADI IBU HAJI ITOH? Bolehkah saya
menjawab:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">”Saya gak tahu, Mas. Kalau tahu pasti
akan ditulisin SENDAL MAS OKI, dan dikasih gambar ikan mas koki”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kenapa digambarin ikan mas koki?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Biar bagus aja, Mas”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Habis itu, saya tidur bersama buku
Layar Terkembang, bersama buku Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma, yang tadi
siang dibawa oleh kakak saya dari sekolah. Buku yang seru yang besoknya membuat
saya jadi bikin cerpen sebanyak empat lembar dan tidak tahu harus diapain. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Bandung dan panas medio Juli 2012
masehi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-45333873779360700532013-03-31T18:59:00.003-07:002013-03-31T21:41:20.017-07:00Mesjid Rolling Stones (Bagian I)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">Waktu itu saya masih SMP. Seperti biasa, menjelang magrib, pergi ke mesjid, berkumpul di tengah mesjid, agak deket dengan mimbar, mengerumuni microfon untuk mengumandangkan puja-puji kepada Allah. Ada</span><span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> si Piyan, ada si Entis, ada si Wildan dan lain-lain sebagainya.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Allah pasti bilang: Berisik!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kenapa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kan Allah Maha Mendengar, ditambah pake speaker”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Iya sih”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Tapi dengan speaker, rasanya seperti keren. Suara kami tidak cuma didenger oleh Allah, tapi juga oleh semua mahluk yang ada di dunia! Termasuk oleh Ibu. Termasuk oleh Ayah. Termasuk oleh orang yang sedang sakit gigi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ibu denger aku enggak? Tadi, di speaker mesjid?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Denger. Iya, harus begitu”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“He he he. Bukan!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Denger apa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Tadi aku teriak: “Bi Ruah minta uang!”. Denger enggak?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kamu ini!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Bi Ruah itu pembantu di rumah saya. Nanti deh saya cerita tentang bi Ruah. Sekarang saya mau cerita tentang mas Oki dulu mumpung sudah ngantuk.</span><br />
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Jaman itu, mas Oki masih muda, tapi usianya jauh lebih tua dari kami. Sudah tamat SMA tapi tidak kuliah dan rambutnya ikal. Suka ada di mesjid kalau sedang tidak ikut bapaknya jualan beras di pasar. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Di mesjid, dia suka mukul bedug sebelum adzan. Juga suka ngejemur karpet mesjid setiap hari kamis. Dia itu apa ya? Dia itu manusia dan anggota DKM, Dewan Kebersihan Mesjid, tapi dulu istilahnya bukan DKM, entah apa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Pokoknya saya suka menyebut si mas Oki itu dengan sebutan Ikan mas Oki. Keren kan? Kedenger jadi seperti Ikan Mas Koki. Saya ngomongnya cuma ke teman, mas Oki jangan sampai tahu, nanti dia marah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Suatu hari dia marah karena ada yang nempelin stiker Rolling Stones di podium mesjid. Mas Oki curiga, pelakunya pasti ada diantara anak-anak yang nanti akan ngaji setiap habis shalat magrib.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Bener aja, mas Oki datang. Minta izin ke Mang Auf, guru ngaji kami, untuk mau nanya siapa yang berani nempel stiker:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Siapa yang nempelin stiker Rolling Syaiton ini!?”. Dia ngacungin stikernya. Kami semua pada diam. Tidak ada yang ngaku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Anak-anak bingung dan takut kalau-kalau Mas Oki akan menuduhnya, karena memang tidak. Saya lihat mata Mas Oki memandang saya, sebentar sih, habis itu dia bicara:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Sekarang kalian boleh gak ngaku. Tapi Allah pasti Maha Tahu, siapa yang nempel stiker ini di rumah-Nya. Nanti pasti akan disiksa di neraka!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ngaku aja. Siapa?” Mang Auf ikut nanya. Tapi tetap tak ada yang ngaku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ya sudah kalau begitu. Tanggungjawab sendiri di akhirat. Makasih Kang Auf”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Di rumah, sebelum tidur, saya senyum, inget Mas Oki bilang Rolling Syaiton. Dan langsung kepikiran juga dengan ancamannya bahwa nanti harus tanggungjawab di akhirat. Saya langsung bingung, apa yang harus saya jawab kalau ditanya malaikat:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">”Pidi, kenapa kamu nempelin stiker Rolling Stones di podium mesjid Al-Muhazirin?”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">”Itu stiker punya kakakku”, dan langsung minta maaf. Minta dimaklum karena dulu saya masih anak kecil, masih belum mengerti bahwa stiker Rolling Stones tidak cocok ditempel di mesjid dan itu dosa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Terus, kenapa, waktu di bumi, kamu ngunci toilet dari luar padahal ada Mang Muston di dalamnya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kapan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Waktu dia kencing di toilet mesjid?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kok jadi nanya itu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kenapa? Jawab”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Mang Muston itu gak asik!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kenapa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kami lagi muji-muji Allah, microfonnya diambil”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Terus?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Dia maunya sendirian. Kami gak boleh! Kataya berisik”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Terus?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kenapa dulu harus ada Mang Muston, bersama kami?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kenapa memang?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Harusnya dia di Mars. Anak-anak Alien juga pasti gak akan suka?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Tapi kalau kalian yang megang microfon, kalian gak cuma muji Allah, kalian juga suka ngejek orang”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ngejek apa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">”Halo, halo. Pengumuman, si Umang gak pernah mandi!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Bukan aku ih! Itu si Nandan”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kamu juga. Tapi nama yang diejeknya beda!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Si Bakri?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Iya, ke si Bakri, ke Mang Oman juga, kamu pernah. Ke si Entis. Ke si Dadi. Kamu itu, banyak”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Habis itu saya tidur, sebelum dia bertanya lagi di dalam kepala saya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Bandung di awal Juli 2012 masehi</span></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-88799733836805449392013-02-23T09:14:00.001-08:002013-02-24T01:57:53.196-08:00SMP MARRY <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Inilah jamannya, waktu saya masih SMP. Orang y</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">ang </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">dianggap </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">cantik</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> oleh si Bondan,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> waktu </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">saya kelas tiga SMP</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">, </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">kayaknya </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">cuma si Merry</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> deh. T</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">eman</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> sekelas saya</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">.</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> Jangan bergerak, sekarang saya mau cerita tentang si
Merry. <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Selain</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> keturunan Tionghoa</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">,</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">si Merry juga keturunan nabi Adam. Dia juga suka turun
dari mobil yang mengantarnya ke sekolah. Kupingnya dua, hidungnya satu.
Pokoknya cocoklah untuk menjadi penghuni bumi. Kakinya dua. Tangannya dua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Saya pernah tidur di temani </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">oleh si Merry, yaitu waktu sedang</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> belajar di kelas. </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Maksud</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">nya, tidak cuma ditemani </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">oleh </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">si
Merry, tapi juga </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">oleh</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> teman-teman sekelas</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">.</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">
</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Terus</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> dilempar kapur oleh pak Thalib, guru
biologi. </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Itu membuat saya
jadi bangun dan disuruh cuci muka. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Berbeda dengan pembantunya si Merry,
saya tidak pernah bertemu ayahnya Merry. Eh, pernah sih ketemu, tapi lebih
tepat dikatakan melihat, yaitu setiap ketika ayahnya mengantar si Merry ke
sekolah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ayahmu ganteng, Mer”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Oh, iya dong”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Sayang, pintu mobilnya suka ditutup”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kenapa gitu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Aku jadi gak bisa lihat”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ih!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Banyak hal yang bisa saya ingat dari si
Merry. Pertama, dia perempuan. Kedua, kalau ke sekolah seragamnya sama dengan
yang lain. Ketiga,</span><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">waktu jam istirahat</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">, saya melihat dia</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> lagi duduk bersama temannya</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">. Namanya</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">
Yuli. </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">K</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">elas tiga</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> juga</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">,
tapi dari kelas yang lain</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">, dan kurus. Kurus
banget, cocok untuk tinggal di Ethiopia, tapi dia gak mau</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">. </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Sebelum pergi ke kantin saya dan teman-teman mendatangi
Merry dulu</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">:
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">B</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">oleh
nanya</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">, Mer</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Nanya apa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">S</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">iapa
yang </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">paling </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">kamu cintai</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> di dunia ini</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">?”</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“P</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">engen tahu aja</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Iya pengen tahu. S</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">iapa</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">, Mer</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kedua orangtuaku lah”, jawab si Merry
sambil </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">senyum dan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">memandang temannya. </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Selain kedua orangtuamu</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">?</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> Ada gak?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Siapa? Gak ada</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">! Udah ah!</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ada laaah pasti”, saya bilang begitu. </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span><br />
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Mungkin Merry langsung curiga bahwa saya
sudah </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">mendengar gosip Merry pacaran sama </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">si </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Adnan</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">, anak kelas lain</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">. </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Dan Merry merasa saya sedang ingin mendesaknya untuk dia
menjawab: Adnan.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Siapa</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">ya</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">?</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> Siapa, Yul?</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">”</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">. Merry nanya ke
Yuli. Yuli ngangkat bahunya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Siapa?”</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">, saya tanya lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Tuhan”</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">. Dia memandang saya dan menjawabnya sambil senyum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Tuhan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Iya</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">.</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">K</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">enapa
gitu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Ah</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">” saya memandang teman-teman: ”Kalau Tuhan sih...</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">saingan</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">ku</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">
berat</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> nih</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">!</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Merry ketawa, Yuli juga, kawan-kawan
saya juga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kirain si Adnan!</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">”</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">, kata saya lagi seraya pergi keluar bersama teman yang
ketawa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Mau gimana lagi, itulah merry. Entah di
mana dia sekarang. Mudah-mudahan masih ada di bumi. Kalau dia baca ini,
mudah-mudahan dia nanti akan bilang:”Kok waktu kamu dulu ngirim surat ke aku,
enggak diceritain sih?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Oh iya. Saya pernah ngirim surat ke
dia. Surat itu di dalam amplop tertutup. Saya nulisnya di dalam kelas, waktu
jam istirahat. Terus nyuruh si Afud untuk dikasihin ke si Merry yang lagi
ngobrol di luar bersama teman-temannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kalau udah dikasihin, kamu jangan
pergi dulu, Fud”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Kenapa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Tunggu dia bikin surat jawabannya”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Oh. Iya. Siap”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Beneran, Fud. Tungguin”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">“Iya!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Dari jendela kelas, saya bisa lihat si
Afud sedang nunggu si Merry membaca surat itu bersama teman-temannya. Kalau
mereka ketawa mungkin karena isi suratnya adalah ini:<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Kepada<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Merry yang cantik<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Jangan tahu, ya, siapa yang nulis surat ini. Gak penting, yang jelas bukan
Afud. Ini surat pemberitahuan saja bahwa yang bernama di bawah ini:<o:p></o:p></span></i><br />
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Nama: Afud, atau Mahfud.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Kelas: 3 D. Teman sekelasmu.<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">suka sama kamu. Suka ngomongin kamu dari senin sampai minggu. Katanya kamu
cantik, seperti Enny Beatrix. Afud ingin jadi pacar kamu, tapi malu mau bilang.
Ini Afudnya yang nganterin surat. Jangan sampai Afud tahu isi surat ini ya. <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Dadah!<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Penulis Rahasia<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Teman-teman si Merry nunjukin surat itu
kepada si Afud untuk dibaca. Si Afud bukannya marah, saya lihat dia ketawa. Si Afud
pasti langsung bilang saya penulisnya.</span><br />
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span>
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Afud tentu saja adalah dia, kawan saya
yang baik dan selalu riang gembira. Saya pikir harusnya dia merasa</span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">terjebak dalam
persahabatan yang tak terhindarkan dengan saya. </span><span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Dan Merry, siapa pun dirinya, sama sekali
saya tidak ada rasa ingin menjadi pacarnya, dari dulu hingga sekarang. Bahwa
apa yang sudah saya lakukan kepadanya, saya melakukannya juga kepada yang lain.
Kepada si Lela, kepada si Rena, kepada si Erni dan kepada siapa saja. </span><span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Saya tidak pernah punya pacar selama
hidup di SMP. Tidak pernah ingin. Hidup saya seolah-olah dikhususkan hanya
untuk bermain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Bagi saya, ketika mengingat semua itu,
mudah-mudahan tidak pernah akan berpikir untuk ingin kembali ke masa lalu,
karena saya tahu hal itu sudah gak
mungkin. </span><span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Ada tempat di dunia saya yang sekarang,
yang cukup baik untuk gembira mengenangnya, sambil makan sosis yang dicelup ke
dalam saos malam ini.</span><span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;"> </span><span style="font-family: 'Arial Narrow', sans-serif; font-size: 14pt;">Dan apa rasanya membayangkan bagaimana malaikat mencatat
semua itu, mudah-mudahan sambil tersenyum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Bandung, 24 Pebruari 2013<o:p></o:p></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-50013773240704285822013-02-22T09:08:00.000-08:002013-02-23T02:41:42.557-08:00MARIA, OCO DAN GILANG ADALAH TEMANKU SORE<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj55opwMxzujdnVJlQsyHBD6a5TAtDmB0dmhDfQ55NBr5aZqdrByXnoyLBhZ7zLZ6l_2hHWNq4zU6AKdtMM-kwfd5TbwatN52jKzrH9qkiIPDdun0f2-GgtuxJ8Lpj-eGw_bHKArVDQIrMC/s1600/OCO+TERBANG+FRAME.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="278" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj55opwMxzujdnVJlQsyHBD6a5TAtDmB0dmhDfQ55NBr5aZqdrByXnoyLBhZ7zLZ6l_2hHWNq4zU6AKdtMM-kwfd5TbwatN52jKzrH9qkiIPDdun0f2-GgtuxJ8Lpj-eGw_bHKArVDQIrMC/s320/OCO+TERBANG+FRAME.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDtx9ND7iU1vkI6k5wkpVkqqUbIHQG0atI85PxRTTtKA58TBKZjpS2DFvopDft17XYK1t4VbCH7GMhCq5oKYQ_h1TDtn8ohdfH181x__NL5F0Rt-cR9lX_1GtOw39aAYK7aZfIo8C0nCQ4/s1600/GILANG+TERBANG+FRAME.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDtx9ND7iU1vkI6k5wkpVkqqUbIHQG0atI85PxRTTtKA58TBKZjpS2DFvopDft17XYK1t4VbCH7GMhCq5oKYQ_h1TDtn8ohdfH181x__NL5F0Rt-cR9lX_1GtOw39aAYK7aZfIo8C0nCQ4/s320/GILANG+TERBANG+FRAME.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbUGCcwsLJMpp4vImqtY5vp32thiUQRFkCVL0z6cBiFOVVVICTjOqzAoiKQkBMBfnlq6tDmnRynlkuQ9kPJ6SyvhbDQ71TigO0eHUGCmqHZxoDmA8z1N231CEUVr7JVdHWtfEcfGxRnmOz/s1600/maria+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbUGCcwsLJMpp4vImqtY5vp32thiUQRFkCVL0z6cBiFOVVVICTjOqzAoiKQkBMBfnlq6tDmnRynlkuQ9kPJ6SyvhbDQ71TigO0eHUGCmqHZxoDmA8z1N231CEUVr7JVdHWtfEcfGxRnmOz/s320/maria+copy.jpg" width="282" /></a></div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-39648763259587475392013-02-21T05:25:00.003-08:002013-02-21T05:25:58.211-08:00Bersama Kuro Abe Manami, seniman made in Japan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfZBE7co-2R2qNtFFVlvzaHAG8tfIi7gwozPSrQ_aW3AVC3C6y7W0LyLRiMkgpgRnCo4cHy9YiieWmwDmc4K5h79ruaSwIZEAJp_kMxDfzuq80KDppPRROfgcqk9UPslUEUX-YxU82b4-i/s1600/oke9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfZBE7co-2R2qNtFFVlvzaHAG8tfIi7gwozPSrQ_aW3AVC3C6y7W0LyLRiMkgpgRnCo4cHy9YiieWmwDmc4K5h79ruaSwIZEAJp_kMxDfzuq80KDppPRROfgcqk9UPslUEUX-YxU82b4-i/s400/oke9.jpg" width="315" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDX8R409GEFAelhxPekeKVG0DMdbJoGwo8KINUVhGPnMevqP8F_CryyI9doYCfQsP3BB3NQ2YhVMktpp0nohq-d0ds8yKZYYeIuF6FxNbCqO5TkbbichpH-S3Gqa_xCgFnhyoP3nT7yOWT/s1600/kuro.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDX8R409GEFAelhxPekeKVG0DMdbJoGwo8KINUVhGPnMevqP8F_CryyI9doYCfQsP3BB3NQ2YhVMktpp0nohq-d0ds8yKZYYeIuF6FxNbCqO5TkbbichpH-S3Gqa_xCgFnhyoP3nT7yOWT/s400/kuro.jpg" width="363" /></a></div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-39827852688765155512013-02-17T02:00:00.001-08:002013-02-17T02:00:56.119-08:00EUREKA!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
Eureka!! Sekarang aku tau bagaimana suara lumba-lumba</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnO5YVLtMoUPdfwiASERsaaV78UGAU_j1YdQ8HrUlCTvZqI6uHLm0AEbRKcvkdAXNDmYeMLuifV4Droos-UXeNvfAuoplIGsuAcA3bvQSXLT2ozWv8XHfTASye9B93AW8-YwPNPQ3UzxIo/s1600/lumba.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnO5YVLtMoUPdfwiASERsaaV78UGAU_j1YdQ8HrUlCTvZqI6uHLm0AEbRKcvkdAXNDmYeMLuifV4Droos-UXeNvfAuoplIGsuAcA3bvQSXLT2ozWv8XHfTASye9B93AW8-YwPNPQ3UzxIo/s400/lumba.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-26017371344464615112013-02-16T23:48:00.003-08:002013-02-17T02:03:32.939-08:00SISI SUNYI NUSANTARA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<b>SISI SUNYI NUSANTARA</b></div>
<div style="text-align: center;">
(Hymne The Panasdalam Institute)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Malam telah tiba</div>
<div style="text-align: center;">
Mengitari bumiku</div>
<div style="text-align: center;">
Alam telah sunyi </div>
<div style="text-align: center;">
Di cakrawala</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Indonesia tumpah darahku</div>
<div style="text-align: center;">
Kekayaanmu milik negara</div>
<div style="text-align: center;">
Di sanalah aku berdiri</div>
<div style="text-align: center;">
Tanpa sandang pangan dan papan</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Indonesia tumpah darahku</div>
<div style="text-align: center;">
Tanah sawahku direbut orang</div>
<div style="text-align: center;">
Kepadamu harus berbakti</div>
<div style="text-align: center;">
Maaf sibuk harus cari nasi</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Tetapi sunyi itu api</div>
<div style="text-align: center;">
Yang Menyala dan membakar bumi</div>
<div style="text-align: center;">
Tetapi engkaulah hujan</div>
<div style="text-align: center;">
Yang menyirami api</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizK1b-q2EezIQkOBV27-C_kBej6DP_bBa-xgHypwys9xP-6mRAuLoO03ikJ0lNkmAk_i74LW4I9de7kcd2gGfKrTre6-UaG_Nxy5noNv6oD9VBKizDJJA6uZCPSMjuqWoGSS0KXFcolEbg/s1600/ok.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizK1b-q2EezIQkOBV27-C_kBej6DP_bBa-xgHypwys9xP-6mRAuLoO03ikJ0lNkmAk_i74LW4I9de7kcd2gGfKrTre6-UaG_Nxy5noNv6oD9VBKizDJJA6uZCPSMjuqWoGSS0KXFcolEbg/s320/ok.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-eJFcIXwX1dTKipqydjtgdMqKK3Ll12_AXM7AiB6NJTFHza51eZnydDPy-jW8mFHq7ZygqmwW1Moyf0xqzpNKRcx4P3i7yfM5JA33o-60oyjlXgbppuFfZbUZB6i2XpzsCCmi1yK1SWvG/s1600/ok2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="196" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-eJFcIXwX1dTKipqydjtgdMqKK3Ll12_AXM7AiB6NJTFHza51eZnydDPy-jW8mFHq7ZygqmwW1Moyf0xqzpNKRcx4P3i7yfM5JA33o-60oyjlXgbppuFfZbUZB6i2XpzsCCmi1yK1SWvG/s320/ok2.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilyh8Bfph110G54L11djKJEmomAXtpgH5ogHrgD7_VEdIGmEs1K5s0BrvwMNBPPVxGcT9LZd1xsoWUXhn8MzEIv23xkO0VraweEn8Zi7XxyJUtFj2N08jP0eEXcTVVoW97PQAIgydPAJGk/s1600/ok3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilyh8Bfph110G54L11djKJEmomAXtpgH5ogHrgD7_VEdIGmEs1K5s0BrvwMNBPPVxGcT9LZd1xsoWUXhn8MzEIv23xkO0VraweEn8Zi7XxyJUtFj2N08jP0eEXcTVVoW97PQAIgydPAJGk/s320/ok3.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXORUtv9UQT6uAAZb3_3zWXVzHGnzeK_RFpQh0t069t3EaKbQWikrHws5RnpJCen6riOknxZMhP7VwcZFHsLlBZttXMW3nXbUw_5ajwnOcIpsI8HSUVqaG1c0FCl1wM_yJvATIav9GYh4i/s1600/ok4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXORUtv9UQT6uAAZb3_3zWXVzHGnzeK_RFpQh0t069t3EaKbQWikrHws5RnpJCen6riOknxZMhP7VwcZFHsLlBZttXMW3nXbUw_5ajwnOcIpsI8HSUVqaG1c0FCl1wM_yJvATIav9GYh4i/s320/ok4.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRT6xL6vRfStNogKmxmlWmFJFR0ZzaZeAfV0KeRUP3FhLDieKw0LPgF-bPo53XW6JLBoEcPOb_RbNhtHTx5_V0wkWpShVdkw3SZ8qP5iwhMeHLx_WpwnY-9dr1ACT3diT2TUm4JuYQkY9U/s1600/ok5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRT6xL6vRfStNogKmxmlWmFJFR0ZzaZeAfV0KeRUP3FhLDieKw0LPgF-bPo53XW6JLBoEcPOb_RbNhtHTx5_V0wkWpShVdkw3SZ8qP5iwhMeHLx_WpwnY-9dr1ACT3diT2TUm4JuYQkY9U/s320/ok5.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5794333760096206689.post-91870466402515406192013-02-16T08:49:00.005-08:002013-02-21T00:09:03.163-08:00WHERE IS THE KUDA, BERANTEM DAN TABRAKAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRkKn2Nj-fo9MXlEfiLbdSIRrINicBAFhM5Pvsr0LMpwi0zmQaGjRDFTsvSu7Iz2ZI8KrjhZT02mLrskez49A9KS0Uk2oK_4wzKUTuSF2kaMnyCOeanCdhOW9Ry4-Fg1L7AadYqTko9eKv/s1600/733878381.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRkKn2Nj-fo9MXlEfiLbdSIRrINicBAFhM5Pvsr0LMpwi0zmQaGjRDFTsvSu7Iz2ZI8KrjhZT02mLrskez49A9KS0Uk2oK_4wzKUTuSF2kaMnyCOeanCdhOW9Ry4-Fg1L7AadYqTko9eKv/s400/733878381.jpg" width="265" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTNzGmMA8YY3ecVMFa5L4dKUORjYAQYGczJberL68UGBhqlLFO5DDP9Xrw9WXSqTvD-f_qYe0wD3DnJSRw67f0k7-9CLetoylnSKOjSWFwx5_yf58ZSVpEp87GsgncqhGBxiihlnCvPH4q/s1600/WITKUOKE.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTNzGmMA8YY3ecVMFa5L4dKUORjYAQYGczJberL68UGBhqlLFO5DDP9Xrw9WXSqTvD-f_qYe0wD3DnJSRw67f0k7-9CLetoylnSKOjSWFwx5_yf58ZSVpEp87GsgncqhGBxiihlnCvPH4q/s400/WITKUOKE.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjei0e1LdyewEceqPjiyCPy0746cEhSbOrHA-WzX1RRol2FcDt53lj_yviT5_-_6rNboHNCP022Rj5KHEgHB38nc05QmCtmuXW5qAZ6brnIbSuMvB-utuT2VGhQtLaNaN-loF4pH99TyzOw/s1600/wokewoke.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjei0e1LdyewEceqPjiyCPy0746cEhSbOrHA-WzX1RRol2FcDt53lj_yviT5_-_6rNboHNCP022Rj5KHEgHB38nc05QmCtmuXW5qAZ6brnIbSuMvB-utuT2VGhQtLaNaN-loF4pH99TyzOw/s400/wokewoke.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09101335258954897217noreply@blogger.com0